"Nggak kok."
"Mas dari tadi di tatap terus sama pacar nya tau, Udah berapa lama pacaran? Kalian seumuran dengan anak ibu, sama kayak kalian gini. Pacaran terus," celetuk ibu-ibu yang tadi menegur Eca ketika menatap Angka tadi.
Matanya terbelalak dan tersenyum pada ibu tersebut yang menandakan untuk menyuruh ibu tersebut untuk tidak berbicara lagi.
'Duh buu kenapa cepu sih! Malu kan Eca,' ucap Eca dalam hati menunduk dan mendongak ke arah Angka untuk menjelaskan maksud pembicaraan orang yang tidak di kenal tersebut.
"Nggak tadi tuh Ec-," ucapan Eca terpotong ketika Angka langsung membalas pertanyaan ibu tersebut.
"Oh maaf bu kita temenan aja kok."
DEG JLEB
Pernyataan Angka membuat Eca benar-benar tertunduk malu, rasanya ia ingin sekali menghilang dari hadapan Angka detik itu juga dan ingin melompat dari tebing yang tinggi.
Raut wajah Eca yang tadi nya memerah dengan senyuman semringah berubah menjadi pucat pasi dan raut wajah yang datar, sangat datar!
"Tinggal gerimis, Ayo Eca mau pulang," ujar Eca yang langsung berjalan melewati Angka dan berdiri di depan motor Angka.
Angka yang kebingungan melihat tingkah Eca berubah 360° hanya menghela napas.
"Mas, ngambek tuh gak di akuin," ujar ibu tersebut.
Mendengar celotehan terakhir dari orang yang tidak dikenal Angka langsung berjalan untuk mendekati Eca kembali.
"Ca? Masih hujan tau."
"Gerimis doang, Eca mau langsung pulang. Capek," ketus Eca dengan nada pelan dan bergumam.
Dalam perjalanan suara Angka terus bergeming di kepala Eca.
"Oh maaf bu kita temenan aja kok."
"Oh maaf bu kita temenan aja kok."
"Oh maaf bu kita temenan aja kok."
"Oh maaf bu kita temenan aja kok."
Membuat dirinya mengeleng-gelengkan kepala dan menepuk pelan keningnya.
°°°°°
Sesampainya di depan rumah, ia langsung turun dan berjalan tanpa berbicara pada Angka. Namun langkah nya terhenti kemudian berbalik ke arah Angka yang saat ini masih menatap dirinya.
"Mau masuk dulu?" tanya Eca dengan nada juteknya.
"Oh.. Boleh aku mampir dulu deh," sahut Angka dengan percaya diri dan memasukan motornya ke halaman rumah Eca.
"Kok Angka mampir sih?" gumam Eca ke arah Angka yang saat ini sedang membetulkan rambutnya.
"Kan tadi kamu nawarin?"
"Kan Eca cuma basa basi aja, Ka," sahut Eca sembari menghela napas panjang dan memanyunkan bibirnya.
Melihat tingkah menggemaskan Eca membuat Angka tersenyum tipis dan mengelus kepala Eca sembari berjalan kearah pintu rumah dimana ada keberadaan ibunya.
"Lagian Aku udah lama gak kesini, emang tante Yora gak nanyain aku?"
"Nggak!"
"Mustahil," pungkas Angka.
"Assalamualaikum ma," sapa Eca dengan nada datar.
Melihat kedatangan putri kesayangan dan Angka membuat ibu nya tersenyum lebar.
"Eh udah pulang, oh sama Angka juga. Baru juga tadi pagi tante nanya sama Eca kapan Angka main lagi."
"Oh iya tante? Tadi kata Eca katanya tante gak nanyain Angka," sahut Angka sembari mencium tangan ibu Eca.
"Mah!" tegas Eca menyuruh ibu nya untuk tutup mulut.
"Kok baju nya basah? Gak neduh emang?"
"Iya tan, tadi nanggung nerobos hujan. Maaf ya tante bawa pulang Eca basah kuyup."
"Nggak kok mah, tadi Eca yang nyuruh Angka buat gak berhenti pas hujan deres," ujar Eca melakukan pembelaan untuk Angka dan berusaha berkata jujur.
"Yaudah sekarang, Eca bersih-bersih. Ganti baju abis itu makan."
Eca hanya mengangguk dan berjalan pelan menuju tangga, namun langkah nya terhenti karena tersadar tubuh nya masih di selimuti oleh jaket Angka.
Ia berbalik dan mengembalikan nya pada Angka.
"Nih jaket nya makasih, Ka."
"Sama- sama Ca."
"Yaudah Angka ganti baju punya Pati aja ya, nanti masuk angin."
"Gak usah tante ngerepotin nanti," tolak Angka dengan nada pelan.
"Gak usah sok nolak, mama bener nanti kamu masuk angin," tegas Eca yang langsung berjalan menuju kamarnya.
"Eca kenapa ya? kok kayak kesel gitu ya Ka?" tanya ibu Eca pada Angka.
"Mungkin capek kali ya tan."
°°°°°
Sesampainya dikamar dirinya masih mematung duduk di depan kaca riasnya sembari mendumal apa yang ia alami sedari ia dihalte sampai di rumah.
"Kenapa sih yang nama nya ibu-ibu tuh cepu banget, Kan Eca malu jadi nya sama Angka Arghhhh," gumam Eca sembari mengacak-acak rambutnya yang lepek dan basah.
"Angkasa juga.. Nyebelin banget!" gerutunya kemudian Eca kembali memikirkan perkataan Gee di cafe mengenai hubungan nya dengan Angka.
°°°°°
FLASHBACK ON
"Jaman sekarang ngilangin gengsi tuh hal yang wajar, daripada gak ada status sampai sekarang."
"Lo suka kan sama Angkasa?"
"Kalau Angkasa sewaktu waktu punya pacar. Lo gimana?"
"Yakin masih bisa berteman dekat sama dia?"
FLASHBACK OFF
Suara Flo dan Gee terus bergema di telinga dan pikirannya, perasaan Eca kali ini begitu kalut. Hatinya pun juga terasa pedih ketika mendengar Angka tak mengakui sebagai seorang pacar. Laki laki yang sangat ia sukai hanya menganggapnya tidak lebih dari sekedar teman.
"Huft... ," helaan napas nya beberapa kali terdengar di seisi ruang kamar tidurnya.
Rasanya malas sekali untuk Eca kembali berdiri dan membersihkan diri.
Ia berpikir tidak masalah menidurkan kepalanya ke meja riasnya untuk memikirkan apa yang terjadi tadi.
"Angka beneran gak suka sama Eca ya.. ," ucap Eca dengan nada sepelan mungkin.
°°°°°
Hampir sejam lebih Eca tidak keluar kamar semenjak ia masuk tadi, Ibu nya yang sadar Eca tak kunjung keluar kamar kemudian memanggil dan mengetuk pintu kamar Eca.
TOK TOK TOK!
"Caa? Makan dulu yuk? Kasian Angka udah nungguin buat makan bareng."
"Ca?" panggil ibunya sekali lagi yang kemudian tersontak kaget apa yang ia lihat terhadap Eca.
"ASTAGA GANESHA!!" teriak ibunya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Angka yang mendengar ibu Eca berteriak menyebut nama puterinya, ia langsung ikut terburu-buru berlari ke arah kamar Eca.
"Kenapa tante? Eca kenapa?"
"Liat tuh kelakuannya, di suruh bersih-bersih malah tidur," ujar tante Yora tersenyum kecil dibalas dengan Angka juga tertawa kecil melihat Eca tertidur pulas di meja riasnya.
Angka merasa dirinya bisa tertawa puas disaat Eca tidak sadarkan diri seperti ini.
"Ternyata bener yang kamu bilang, Eca kecapean."
"Tante takut Eca masuk angin belum ganti baju, mau tante yang bangunin atau Angka?" tanya tante Yora padanya.
"Angka aja ya? Biar Eca cepet bangunnya, kalo dibangunin Angka."
"Iya tante."
Setelah Angka mengiyakan permintaan tante Yora, tante Yora langsung turun kebawah untuk menyiapkan makan malam nya kembali.
Angka yang masih berdiri di depan pintu kamar Eca, mulai berjalan perlahan memasuki kamar Eca, Ia juga sesekali melihat seisi kamar Eca dan salah fokus pada salah satu foto dirinya dan Eca yang ternyata sengaja Eca cetak dan memajang di madding belajarnya tanpa sepengetahuan dirinya.
Tubuh Angka kemudian membungkuk menyejajarkan dengan wajah Eca yang saat ini menghadap ke arah samping.
"Ca.. Bangun bersih-bersih dulu.. ," ucap Angka dengan nada pelan dan lembut. Tak ada respon dari Eca, Angka kemudian menyentuh pipinya secara sengaja supaya Eca lebih cepat bangun dari tidurnya.
"Caa.. ,"