Klontang..
Aku terkesiap saat aku tiba-tiba mendengar suara benda yang jatuh saat itu, segera aku bangun dan mengucek mataku , samar-samar aku melihat dua sosok lelaki yang kini berada tepat di hadapan ku. Aku pun terlonjak kaget karena mereka berdua menunduk saat aku bangun dan terduduk di sofa panjangku.
" Loh Mas Alan dan Pak Dion, kenapa kalian menunduk seperti ini?" tanyaku dengan sedikit memundurkan badanku dari wajah mereka
Mereka tak langsung menjawabku, aku lihat keduanya mulai membetulkan posisinya menjadi berdiri dan Pak Dion segera menjauh dari Kami. Aku merasa sangat hetan dengan tingkah mereka saat ini, Bos dan bawahan sama-sama berada di Rumah sakit sampai selarut ini.
" Emm, Anu..tadi aku tak sengaja menjatuhkan piring , maaf ya.."
Ucap Mas Alan gelagapan
" Untung bukan Beling mas, asa-ada saja kamu ini." Jawabku dengan mulai mengambil piring yang jatuh dibawah kursiku.
" Kamu gak istirahat di Kontrakan saja Fee ?."
Tanya Mas Alan dengan menatap ku
" Gak usah Mas, saya niatnya kan jaga Emak Tonah bukan Istirahat." Jawabku sambil duduk di kirsi sofa kembali
" Kamu juga perlu istirahat Fee, lebih baik kamu Istirahat di Kontrakan nanti biar Mas dan Pak Dion yang jaga Emak."
Serius ? Mereka berdua mau jaga Emak? Seistimewahkan Emak dihadapan mereka? Sungguh tak masuk diakal .
" Loh kok jadi Mas Alan dan Pak Dion yang hatus jaga Emak, bukankah Emak Tonah itu Nenek aku?" Jawabku dengan kaget
" Bukan begitu Fee, Emak Tonah juga bagian dari kami karena beliau sudah memberikan wasiatnya kepada Kami." Jawab Pak Dion tiba-tiba
Aku bingung pikiranku melayang-layang dengan apa yang mereka katakan, saat ini aku bahkan tak menemukan jawaban dsri pertanyaanku.
" Aku bingung loh dengan Wasiat Emak Tonah yang dititipkan kepada Mas Alan dan Pak Dion, apa bisa aku sedikit saja menerima bocorannya."
Aku melihat Mas Alan dan Pak Dion saling berpandangan, mereka seakan masih enggan untuk mengatakan, aku seperti dihadapkan tentang teka teki yang harus aku jawab sendiri.
" Besok pagi kau juga akan tau, sabar saja Fee." Jawab mas Alan
Aku hanya mengangguk pasrah, segera aku langkahkan kakiku menuju bangkar Emak Tonah, nampak dia terlihat terridur pulas, sesaat aku melihat jantungnya apa masih berdetak dan perutnya apakah masih bergerak, ternyata masih. Aku langsung menghembuskan nafasku lega.
Tak lama setelah itu Pak Dion mendekati diriku dan berdiri di dekat ku.
" Emak Tonah adalah Sosok Ibu yang baik, yang bisa mengayomi dan menyayangi sepenuh hati." Ucapnya dengan tersenyum
Aku langsung mendongak ke wajah Pak Dion, bagaimana dia bisa mengatakan itu tentang Emak Tonah, apakah dia ini adalah anak majikan Emak sewaktu bekerja? Aku sempat berpikir dalam hati
" Bapak Sepertinya cukup kenal dengan Emak Tonah, apa Pak Dion adalah Anak yang beliau rawat sewaktu bekerja? "
" Beliau merawatku sejak aku berusia delapan tahun dan merawat alan sejak dia berusia sepuluh tahun."
Ucapnya dengan tersenyum
Aku benar-benar kaget saat itu, apakah mereka bersaudara? Tapi tak nampak wajah mereka ada kemiripan.
" Apa kalian bersaudara?"
" Saudara Tiri, dia kakakku dan aku adik tirinya."
Aku sedikit terkejut saat mengetahui mereka ternyata saudara tiri.
" Tapi Kenapa dia memanggilmu Pak Dion? Bukankah seharusnya dia memanggilmu nama saja atau dik? " tanyaku
" Dia tidak mau identitas tentang dirinya sebagai CEO perusahaan diketahui banyak orang, makanya dia menyembunyikan identitasnya dari semua orang dan aku yang menggantikan posisinya."
Sejenak aku merasa kagum dengan mas Alan yang rendah hati.
" Tapi kenapa pak Dion tak merahasiakannya dari aku?"
" Karena kau salah satu bagian dari kami."
" Maksudnya?" aku memkncingkan sebelah alisku
" Kamu adalah warisan Emak Tonah yang dititipkan kepada kami dan kamu harus melaksanakan wasiat Emak Tonah nantinya, kamu harus bisa menentukan pilihan hidupmu disaat Emak Tonah nanti tak lagi bisa menjagamu."
Melaksanakan Wasiat Emak Tonah denvan menentukan pilihan hidupku? Aku benar-benar tak mengerti apa maksud semua ini.
" Kau jangan banyak berpikir terlalu keras, besok kau juga akan tau. " ucapnya dengan terkekeh
Aduh melihat dia tersenyum seperti itu hatiku merasa meleleh Mas Alan dengan wajah gantengnya dan Pak Dion dengan wajah wibawahnya.
" Hmm.. Kau sudah buka kedokku ternyata. "
Tiba-tiba aku dengar suara bariton mas Alan di belakang ku.
" Hehehe..tak apalah Brother, dia juga bagian dengan kita." Ucap Dion dengan menepuk pundak Alan
" Kamu nampaknya makin akrab saja." Celetuk Alan
" Santai Bang, kamu juga yang biasanya selalu dekat dengannya. Apalagi sudah tinggal bersamanya."
Aku sedikit salah tingkah dengan tingkah mereka, sungguh kali pertama aku melihat mereka nampak akrab dan tak seperti hari -hari sebelumnya, tapi aku cukup senang akhirnya mereka berdua bisa terbuka denganku. Jadi kalau ada apa-apa aku tak sungkan untuk bertanya kepada mereka.
" Kalian apa tidak sebaiknya pulang saja? Besok datang pagi kesini bawahkan aku baju ganti Mas Alan." Ucapku dengan tersenyum malu
" Iya kami mau pulang, lagian mau tidur dimana, gak baik perempuan sendiri ditemani dua laki-laki. " ucap Alan
" Hmmm iya lagi pula juga gak ada alas dan bantalnya." Tukasku
" Oke kalau begitu kami pamit dulu ya. Esok kami akan kesini lagi." Ucap Mas Alan
" Iya mas, silahkan ..hati-hati dijalan." Ucapku dengan berdiri
" Iya Fee, jangan lupa kabari kalau ada apa-apa. " ucap Mas Alan
" Ya Mas."
Setelah itu mereka mulai berlalu dari kamar Emak Tonah segera aku tutup pintunya dan mulai melanjutkan tidurku kembali di kursi sofa.
....
Jam begitu cepat terlewati tepat pukul tujuh pagi aku yang sudah selesai membersihkan diri kini menunggu pakaian gantiku yang akan dibawah Mas Alan hari ini. Aku duduk di Sofa sambil menunggu Emak Tonah bangun dari tidurnya. Tak lama kemudian ada seorang perawat membawah sarapan untuk Emak Tonah, dia meletakkan nampan yang berisi menu sarapan Emak di Nakas, segera aku menuju kursi dekat bangkar Emak Tonah, aku mencoba membangunkan Emak saat ini, satu menit dua menit hingga sepuluh menit berlalu namun Emak tak kunjung membuka matanya. Aku merasa panik saat ini, segera aku memencet tombol untuk memanggil Dokter.
Tak lama kemudian Dokter pun datang, beliau memeriksa kondisi Emak Tonah di senteri Mata Emak yang lagi terpejam, setelah itu dicek gula darahnya ternyata Gula darah Emak saat ini drop, dokter segera memberikan suntikan lewat infus.
" Dok, bagaimana keadaan Nenek saya?" tanyaku dengan panik
" Maaf Mbak, keadaan Nenek Mbak mengalami Drop, mbak berdoa saja supaya Nenek Mbak cepat sembuh. "
" Apakah nenek saya akan baik-baik saja setelah ini Dok?" Tanyaku dengan berlinang air mata
Dokter tak langsung menjawab pertanyaanku sejenak aku lihat Dokter itu menghembuskan nafasnya panjang, lalu perlahan dia menggelengkan kepalanya. Pertanda memang tak ada harapan bagi Nenek ku Emak Tonah untuk sembuh.
Sekujur tubuhku terasa lemas saat ini, sulit bertumpu diatas kaki ku saat ini namun aku mencoba untuk tetap tegar.
Setelah Dokter menyuntikkan obat kedalam infus Emak Tonah , Dokter segera pamit pergi . aku pun duduk di kursi dekat Emak Tonah, kuraih tangannya lalu kucium lembut punggung tangannya.
Mataku kini luluh , aku terus berbicara pada Emak, berharap beliau akan meresponku.
Tak lama kemudian , Mas Alan dan Pak Dion datang kesini. Mereka kaget melihatku nagis sesegukan, segera Mas Alan menghampiri diriku
" Ada apa Fee, kenapa kau menangis?"
Ucap mas Alan dengan beejongkok kearahku.
" Emak Tonah Sepertinya kritis, Saat ini kondisinya Drop."
" Apa?" tanya mereka berdua kaget
" Bukankah kemarin masih baik-baik saja?" tanya Pak Dion merasa heran
" Iya, aku juga tak tau Pak, tiba-tiba saja Nenek gak bangun-bangun tadi pagi." Ucapku dengan terbata-bata
Tak lama kemudian Emak Tonah mulai menggerakkan tangannya lalu dia seperti ingin mengatakan sesuatu saat ini namun suaranya tak terdengar, tetpaksa aku meletakkan kupingku mendekati mulut Emak Tonah
" Sudah saatnya bacakan wasiat ku." Ucapnya saat itu yang aku ikuti apa yang Emak katakan
Mas Alan dan Pak Dion lalu menatap ke arahku
" Fee, mungkin ini sudah saatnya kamu harus tau apa Wasiat dan warisan Emak Tonah."
Ucap Mas Alan saat itu
" Aku akan menghubungi Pak Haris untuk secepatnya datang kesini. " Lanjut Pak Dion
" Bacakan selagi aku masih hidup." Ucap Emak dengan nada suara mulai melemah
Deg..
Bersambung..
Hai para Readers tetap dukung dan beri konstribusi untuk karyaku ini ya, semoga semakinenarik cerita kedepannya. Tetima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti ceritaku sampai disini
Happy reading