Chereads / WARISAN EMAK TONAH / Chapter 13 - Chapter 11

Chapter 13 - Chapter 11

Suasana sedikit menegang kala Emak Tonah sudah berada di sakratul mautnya, nafasnya sudah tersengal-sengal dan tibalah Pak Haris yang akan membacakan wasiat dari Emak Tonah.

Pak Haris duduk disamping kanan Emak, aku, mas Alan dan Pak Dion berdiri disamping kiri Emak, aku melihat Emak Tonah seperti sedang menangis disaat terakhirnya. Emak Tonah masih tetap bertahan sampai surat wasiatnya dibacakan oleh Pak Haris.

" Ehem..assalamualaikum waarahmatullahi wabarokatuh, bismillahirrahmanirrahim..

pada pagi ini tepatnya hari kamis pukul 8.30 pagi di Rumah Sakit Fatimah , saya Haris nasution selaku Pengacara Emak Tonah mendapatkan amanah dari Emak Tonah untuk membacakan isi wasiat yang bila mana Yang bersangkutan atas nama dibawah ini

1. Shafeeya Qirani

2. Dionendra geovano

3. Alan Devqiano

Bisa melaksanakan apa yang telah Emak Tonah Wasiat kan kepada mereka bertiga untuk mendapatkan warisan Emak Tonah yang paling berharga. Untuk itu disini saya akan membacakan wasiat pertama untuk

1. Shafeeya Qirani

Selaku cucu dari Emak Tonah harus berlaku baik , tidak membantah dan mematuhi peraturan dari Tuan Dionendra Geovano dan Tuan Alan Devqiano

2. Dionendra Geovano

Selaku Putra sambung dari Bapak Hilman Kusuma Jaya, tetap menghormati Tuan Alan Devqiano sebagai Kakak dan menjaga serta menyayangi Shafeeya. Tidak membantah dan mematuhi aturan yang dibuat oleh Nona Shafeeya Qirani dan juga Tuan Alan Devqiano

3. Alan Devqiano

Selaku Putra pertama dan Putra kandung dari Bapak Hilman Kusuma Jaya, Tetap menyayangi Tuan Dionendra Geovano sebagai adik dan menjaga serta menyayangi Shafeeya. Tidak membantah dan mematuhi aturan yang dibuat Nona Shafeeya Qirani dan juga Tian Dionendra Geovano.

Selanjutnya saya akan membacakan isi wasiat berikutnya setelah 40 hari Emak Tonah dan warisan yang Emak Tonah tinggalkan adalah Nona Shafeeya Qirani. Demikian surat wasiat pertama yang saya bacakan sesuai dengan apa yang Emak Tonah buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Wassalamualaikum waarahmatullahi wabatokatuh."

Deg..

Aku semakin bingung dengan isi wasiat Emak Ini, aku seperti diberi teka teki oleh Emak Tonah saat ini, aku seperti linglung apalagi saat ini aku melihat Emak Tonah seperti sudah tak bernafas lagi, sudut matanya sudah basah , nafasnya juga sudah melemah.

Aku tak menghiraukan wasiat ataupun warisan Emak Tonah lagi, saat ini aku panik melihat Emak sudah tak bergerak lagi, aku rasakan tangannya begitu dingin , nafasnya masih sisa sedikit namun matanya sudah menutup rapat.

Segera aku mendekati telinga Emak aku bisikkan Syahadat dan lafal Allah sebagai pengantar perjalanan pulang .Emak hanya merespon gerakan tangan semoga Lantunan Lafal Allah yang aku iringkan dalam perjalanan pulangnya bisa didengar dan diikuti meski hanya dalam hati.

Satu detik.. dua detik..tiga detik tangan Emak sudah lemas, tak ada gerakan lagi, nafasnya sudah tak ada denyut nadinya juga sudah tak ada, mataku sudah mengembun tak sanggup aku harus kehilangan Emak Tonah secepat ini.

Aku terduduk di kursi, aku raih tangannya kembali, aku cium dan aku elus dahi yang nampak begitu bersih saat kematiannya.

Aku mulai tak bisa mengontrolkan Emosi, perlahan aku sudah mulai menangis aku goncang-goncangkan tubuh Emak yang terasa dingin, namum sudah pasti Emak sudah tak ada lagi.

Mas Alan dan Pak Dion sudah memanggil Dokter, saat diperiksa semuanya Dokter hanya menepuk pundak Mas Alan dan menggelengkan kepala nya.

" Innalillahi wainnailaihi rojiun." Ucap Pak Haris, Pak Dion dan Mas Alan

Aku termangu saat perawat datang lalu menangkupkan kedua tangan Emak di dada, lalu mengikat dagu sampai atas kepala dengan tali setelah itu menutupi tubuh Emak sampai atas.

Aku lemas, tubuhku sulit untuk bergerak dan kini aku sudah tak ingat apa-apa lagi

Brugh...

....

Emak Tonah sudah diurus jenazahnya, terlihat Shafeeya masih juga tak sadarkan diri, Alan yang sejak tadi membantu menyadarkan Shafeeya nampak begitu khawatir. Sedangkan Dion mengurus semua administrasi Rumah sakit dan jenazah Emak Tonah saat ini. Rencananya Emak Tonah akan dimakamkan di makam keluarga pak Hilman.

Dikediaman Pak Hilman kini sudah dipenuhi banyak pelayat yang datang, mengingat Emak Tonah adalah wanita yang mengabdi di keluarga Pak Hilman cukup lama saat itu.

Lama Shafeeya tak sadarkan diri, hingga akhirnya perlahan Shafeeya nampak sudah siuman, Alan segera memeluk Shafeeya dan berusaha untuk menenagkan dirinya.

" Sabar Fee kamu harus kuat, kamu harus ikhlas dan sabar. Doakan Emak Tonah agar beliau diterima di Sisi Allah. " ucap Alan dengan lembut

" Hiks...hiks..hiks..Emak.."

" Sabar Fee emak sudah selesai di mandikan dan di sholatkan , jenazah Emak sebentar lagi akan diantar di kediaman Ayahku. Kamu harus kuat, harus bisa mengantarkan Emak di peristirahatan terakhirnya."

Shafeeya semakin terguguh. Beberapa kali dia menepuk-nepuk dadanya yang terasa sakit, namun Alan selalu memberi kekuatan untuknya agar tetap kuat dan sabar, perlahan dia mulai menenangkan dirinya, lalu mulai mengganti pakaiannya dengan pakaian gamis hitam yang sudah disiapkan oleh Alan melalui Asisten pribadinya.

Emak sudah dikafani sejak tadi, segera Shafeeya melangkah menuju jenazah Emak yang kali ini terlihat begitu berseri. Diciumnya Emak Tonah untuk yang terakhir kali. Dengan berat hati Shafeeya menutup kembali wajah emak dengan kain tadi.

Beberapa petugas sudah nampak mulai bersiap untuk memasukkan Jenazah Emak Tonah kedalam peti, Shafeeya dibopong Alan untuk mengikuti mobil jenazah yang siap membawah emak Di kediaman Ayahnya .

Beberapa karyawan Dion sudah nampak mengikuti iring-riringan mobil jenazah Emak Tonah.

" Kamu bisa kuat kan?"

" Inshaallah aku kuat." Ucap Shafeeya dengan menghapus air matanya

Dengan langkah berat Shafeeya pun masuk kedalam mobil Dion ditemani Alan disampingnya,lalu mobil itu mengikuti iring-iringan mobil Jenazah Emak Tonah.

Tak butuh waktu lama Mobil Jenazah dan juga iring-iringan kendaraan sudah tiba di Rumah Duka, para tetangga dan pelayat nampak memenyambut kedatangan jenazah Emak Tonah. Peti diturunkan lalu dimasukkannya kedalam Rumah Megah itu. Dua orang paruh baya sepasang suami istri itu sudah menyambut Jenazah Emak dengan tangisan.

Shafeeya termangu , begitu spesialkah Emak yang hanya sebagai ART dikeluarga Kaya ini hingga pelayat begitu banyak seperti ini.

Shafeeya disambut Pria paruh baya sekitar umur 55 an dan juga seorang wanita sekitar umur 40 tahunan. Lalu dipeluknya Shafeeya dan diciumnya kening Shafeeya saat itu dengan wanita yang menyambutnya tadi.

" Kau sudah besar sekarang, Pantas Emak Tonah begitu menyayangi dirimu."

Ucap wanita itu kepada Shafeeya yang saat ini sedang menahan tangisnya.

Dipeluknya Shafeeya sekali lagi, hingga Shafeeya begitu merindukan pelukan Ibunya yang tak pernah ia rasakan sejak kecil.

Sosoknya yang begitu pengayom dan juga keibuan membuat Shafeeya semakin erat memeluk wanita itu.

" Anggap aku ibumu sebagai pengganti Emak Tonah mu."

Bersambung..