Tepat pukul empat sore, setelah aku kembali dari Mushollah aku memutuskan untuk pergi ke warung makan depan Rumah sakit, karena hanya pagi tadi perutku terisi nasi , mau makan siang cuaca panas sekali sehingga aku melewatkan makan siangku tadi.
Karena perut sudah lapar , aku segera mengambil makanan prasmanan yang sudah tersaji di meja panjang warung ini. Menu yang ku pilih hanya orek tempe, Ayam bakar dan juga sambal saja, aku lalu duduk di kursi pojok yang saat itu belum terisi. Satu suap masuk kedalam mulutku, alhamdulillah terasa nikmat sekali , perut kosong kini kembali terisi, aku pun menyendokkan nasi kedalam mulutku kembali. Hingga tak sadar sudah beberapa sendok sudah masuk dalam mulutku.
" Permisi, apa boleh saya duduk disini?"
Aku hampir tersedak saat suara orang lelaki tiba-tiba datang mengatakan permisi, aku hentikan makanku untuk mendongak sejenak. Aku lihat Lelaki itu nampak tak asing bagiku lagi, Ya dia adalah Pak Dion yang tiba-tiba saja muncul bak jailangkung. Aku pun melihat sekitarki memang warung lagai ramai hingga tersisa kursi yang aku tempati saat ini.
" Oh Pak Dion, silahkan Pak." Ucapku mempersilahkan Pak Dion untuk duduk di depanku saat ini
Akupun melanjutkan makan ku kembali, sedikit grogi karena makan sama Bos nya Mas Alan saat ini, mau menanyakan perihal Lowongan nampaknya tak tepat mengingat kami belum mengenal saat ini.
" Ehem, baru makan siangmu karena melewatkan jam makan siang?"
Pak Dion tiba-tiba bertanya kepadaku
" Iya Pak, tadi cuaca panas jadi malas untuk keluar."
" Lain kali kamu bawah makanan saja, dari pada harus menahan lapar nanti bisa kena mag loh."
Duh pak Dion perhatian juga ya, aku merasa kegeeran saat ini.
" Iya Pak nanti aku bawah bekal saja dari kontrakan." Akupun segera menjawab omongannya.
Tap..tap..tap..
Suara langkah kaki seseorang akhirnya tiba menghampiri kami. Dia adalah Alan yang tengah membawah sebuah nampan berisi makanan dan minuman yang dia pesan.
" Boleh aku gabung?"
" Silahkan." Jawabku
Diapun duduk di dekat pak Dion dan kini dirinya tepat berhadapan denganku.
Kami pun bertiga akhirnya makan bersama hingga makanan dan minuman kami pun sudah habis.
" Kok kalian berdua ada disini?"
Aki bertanya heran, karena mereka berdua ada di depan Rumah Sakit Emak Tonah dirawat.
" Kami mau menjenguk Emak Tonah. "
Jawab mereka berdua
Aku memincingkan sebelah mataku, apa tak salah dengan apa yang mereka katakan saat ini? Begitu istimewahkah Emak dimata mereka? Atau mereka juga menginginkan warisan dari Emak Tonah? Seketika aku mulai berpikiran buruk terhadap mereka.
" Kalau boleh tau Mas Alan dan Pak Dion ada hubungan apa dengan Emak Tonah? " akupun bertanya dengan hati-hati agar mereka takenaruh curiga kepadaku
" Kami adalah bagian warisan dari Emak Tonah. "
Ucap mereka bersamaan
" Apa?!"
Aku begitu kaget mendengarnya, mereka bagian dari warisan Emak Tonah? Begitu banyakkah warisan Emak sampai orang lain pun dapat warisannya? Pikiranku kini bertanya-tanya tentang warisan yang ditinggalkan Emak Tonah
" Kamu nanti juga akan tau warisan Emak Tonah yang sudah di wasiatkan kepadamu." Ucap Pak Dion dengan tersenyum menatapku
Huff aneh sekali, namun aku sebagai cucu nya malah tak tau akan hal ini.
" Apa aku bisa tau sekarang apa warisan Emak Tonah yang sudah diwasiatkan kelada Mas Alan dan Pak Dion? "
Aku bergantian menatap Mas Alan dan Pak Dion saat menanyakan hal itu
" Sabar dulu, nanti kau juga akan tau." Jawab Alan yang juga tersenyum kepadaku
Aku sangat bingung , mereka seperti menyimpan sesuatu dariku , ini benar-benar mencurigakan. Aku pun tak menanggapi lagi dan Malas bertanya lagi. Akhirnya akupun memutuskan untuk segera ke Pavilium Emak Tonah yang sudah aku tinggal satu jam lamanya.
Nampak Alan san Dion sedang mengekoriku dari belakang, aku sedikt senang terlihat punya dua bodyguard yang ganteng yang sedang mengawalku berjalan menuju Ruangan VVIP dimana Emak Tonah dirawat.
Cekrek..
Aku membuka pintu , aku melihat seorang dokter dan perawat sedang mengecek Emak saat ini, aku segera mendekati.
" Ada apa dengan Nenek ku Dok?" tanyaku dengan cemas
" Gula darahnya naik lagi tadi." Ucap Pak Dokter dengan mengecek kondisi Emak saat ini
" Terus bagaimana Dok sekarang keadaan Nenek saya?"
" Terus berdoa saja ya Mbak, karena Nenek Mbak sidah mengalami komplikasi juga selain diabetes, hanya menunggu keajaiban dari Tuhan saja." Jawab Dokter sedikit pasrah
Aku pun menyadari saat ini Emak Tonah tak hanya mengidap diabetes saja, jantung dan gagal ginjal juga sungguh aku sangat terpukul mendengarnya, di usianya yang sudah renta Emak Tonah belum pernah metasakan hari tuanya, satu-satunya anak yang dijadikan teman kala tuanya sudah dipanggil Allah terlebih dahulu, Mbah kakung meninggal saat Emak Tonah lagi mengandung sembilan bulan karena kecelakaan. Rasa cintanya kepada Mbah kakung yang membuat Emak Tonah tak mau lagi mencari pengganti Mbah Kakung hingga anaknya telah dewasa dan kini...
Tes..
Aku hanya bisa meneteskan air mata saja, aku berharap Emak Tonah akan segera tersadar dan sembuh dari sakitnya.
" Apa sudah tak bisa diobati Dok?"
" Nenek mbak mengidap komplikasi, kita sudah mengobati semaksimal mungkin, kondisinya semakin hari juga mengalami penurunan. Mbak ajak beliau mengobrol dan beri semangat dan coba untuk memberi asupan makanan walaupun sedikit."
Aku hanya mengangguk saat Dokter mengatakan itu
" Terima kasih Dokter sudah memberikan perawatan terbaik buat Nenek saya."
" Sama-sama mbak, sudah kewajiban saya pula, kalau begitu saya permisi dulu."
" Iya Dok."
Dokter itu pun segera berlalu dari hadapanku, aku segera duduk di dekat Emak Tonah yang saat ini terlihat sembab matanya sehabis menangis. Meski beliau tidak bisa membuka matanya aku yakin Emak Tonah masih bisa mendengar apa yang Dokter katakan tadi kepadaku.
" Emak, bangun Mak..jangan tidur terus, Feeya sudah disini kenapa Emak tak mau bangun." Rajukku dengan menangis mengelus punggung tangan Emak Tonah
" Mak, Fee kangen banget sama Emak, buka matamu Mak."
Air mataku tak terasa sudah membasahi telapak tangan Emak Tonah, hingga kini aku rasakan ada sedikit gerakan dari jari tangannya, aku langsung menatap Emak Tonah yang sekarang sedang berusaha membuka matanya. Mas Alan dan Pak Dion yang kini berada dibelakangku berlahan menuju kedepan dan memanggil Emak Tonah yang mulai sadar
" Mak.." ucap mereka berdua
" Emak Tonah , Emak sudah sadar?" tanya Mas Alan yang kini tengah mengelus dahi emak Tonah
" Aku panggilkan Dokter dulu " ucap Pak Dion lalu menekan tombol untuk memanggil Dokter
Aku tersenyum lebar, kini Emak Tonah berlahan sudah bisa membuka matanya. Nampaknya Emak Tonah sudah mulai merespon ku
" Alhamdulillah Emak akhirnya mulai sadar, Emak cepat sembuh ya..nanti Emak tak usah bekerja biar Fee yang akan bekerja untuk mmenuhi kebutuhan Emak."
Emak Tonah hanya tersenyum, aku tau kondisi Emak sekarang memang belum sepenuhnya baik, membuka mata adalah cara merespon yang baik, mengingat beliau beberapa minggu ini kata Mas Alan sering tidur dan tak sadarkan diri.
Tap..tap..tap..
Dokter yang tadi tengah memeriksa emak kini kembali memeriksa keadaan Emak yang sudah sadar.
Doktet yang bernama Haris itu merasa aneh , beliau mengatakan ini adalah suatu keajaiaban mengingat tadi kondisinya memang menurun, namun Dokter Haris merasa senang saat ini Emak Tonah seperti mendapatkan dorongan untuk kembali sehat.
" Ini adalah suatu keajaiban Mbak, mungkin Nenek mbak sudah sangat kangen dengan Mbak saat ini, tetap buat Nenek anda bahagia dan tetap berdoa. Nenek cepat sembuh ya." Ucap Dokter Haris dengan tersenyum kepada Nenek
Nenek hanya diam tersenyum, aku melihat Nenek begitu bersih wajahnya saat ini. Aku pun heran kenapa tiba-tiba Emak Tonah sekarang bisa langsung sadar. Tapi benar ini lah keajaiban Tuhan
" kalau begitu saya permisi dulu , nanti kalau ada apa-apa bisa hubungi saya kembali kalau bisa jangan terlalu banyak diajak bicara biarkan beliau istirahat dulu. "
" Baik Dok terima kasih."
" Sama-sama Dok."
Dokter Haris pun berlalu dari hadapan kami.
Aku menatap lekat wajah Emak Tonah yang terlihat sangat lain dari biasanya, wajahnya sangat bersih membuatku sedikit merasakan keanehan yang menyeruak di dada, entah apa artinya itu.
" Syukurlah Emak sudah sadar."
Ucap Alan dengan tersenyum ke arah Emak
" Suruh pak Hadi besok kesini untuk membacakan surat wasiat Emak , cucuku harus segera menerima Warisan dariku segera." Ucap emak Tonah terbata-bata
" Baik Nek. " Pak Dion menimpali
Aku sedikit deg-deg an dengan isi warisan Emak Tonah yang akan dibacakan besok , aku seperti merasakan kenaehan saat Emak Tonah tiba-tiba berbicara tentang warisan ditengah kesadarannya yang barusan pulih.
Apakah ini adalah hari terakhir Emak Tonah?
Deg....
Bersambung