Chereads / WARISAN EMAK TONAH / Chapter 11 - Chapter 9

Chapter 11 - Chapter 9

Sungguh saat ini aku sedang galau, galau dengan karena pada akhirnya aku akan mengetahui isi Wasiat Emak Tonah yang akan dibacakan esok hari, Aku melihat Emak Tonah saat ini terlihat begitu berbeda, wajahnya nampak begitu berseri-seri, tak henti-hentinya beliau tersenyum ke arahku. Tiba-tiba Emak pengen Makan, katanya sangat lapar, aku pun segera mengambil buah yang ada dinakas, aku kupaskan sedikit buah Pir yang hanya makan sedikit saja, aku mentap Emak seperti ada sesuatu yang ingin beliau utarakan .

" Mak, mau makan apa lagi?" tanyaku seraya menyuapkan sepotong pir kedalam mulutnya

" Emak Pengen makan sate kambing." Celetuk Emak

Aku sedikit heran dengan permintaan Emak, makanan seperti itu memang tidak diperbolehkan oleh Penderita Diabetes apalagi Emak juga punya darah tinggi saat ini. Aku pun tak menyetujui permintaan Emak saat ini.

" Yang lain saja ya Mak, makanan itu tak bagus buat Emak, kalau bubur bagaimana?" ucapku dengan nada merayu

" Tapi besok Emak sudah tak bisa makan itu lagi, Emak mau makan sekarang saja dari pada Esok emak tak bisa makan apa-apa." Ucapnya dengan jelas seperti orang tak sakit

Deg..

Tiba-tiba aku merasakan perasaan yang tak enak saat ini, aku seperti merasakan kesedihan yang entah itu apa yang saat ini sedang menyelimuti diriku saat ini

" Emak kok ngomongnya begitu seh, memang gak boleh makan seperti itu dulu Mak kalau Emak sudah sembuh baru bisa makan makanan yang seperti itu."

" Besok Emak sudah sembuh, sekarang pergi belikan Emak sate gih." Titahnya dengan menyuruhku keluar.

Aku menghela nafas panjan, aku tatap Mas Alan dan pak Dion sejenak berharap mereka membantuku untuk membujuk emak Tonah

" Belikan saja Fee, paling hanya dimakan Sepotong saja, lagi pula buat obat pengennya biar cepat sembuh. Ucap mas Alan

" Iya Fee , biar aku dan Alan yang belikan, kamu tunggu saja disini." Ucap Pak Dion

Aku sungguh kaget dengan apa yang mereka katakan, tak salah apa mereka berkata itu ? Bukannya menasehati yang benar tapi malah mendukung keinginan Emak Tonah saat ini. Akupun tak mamlu berkata lagi, mungkin memang saat ini Emak benar-benar pengen makan sate .

Aku menghela nafas lalu akhirnya aku mengangguk, aku menunggu Emak dan Mereka berdua membelikan sate buat Emak.

"Mak sudah sehat?" tanyaku dengan memberikan sepotongvpir ke mulutnya namun ditepis Emak

" Sudah Fee, besok Emak mau pulang."

kata-katanya sedikit ambigu, namun aku tak menghiraukan Emak, mungkin saat inj memang Emak sudah merindukan kampung halamannya karena sudah lama Emak tak pulang ke Rumah.

" Alhamdulillah Emak sudah sehat, nanti kita pulang sama-sama kalau Emak sudah sehat, nanti Fee akan mencari kerja disana sambil merawat Emak."

Ucapku dengan tersenyum kepada Emak

" Kamu tak perlu ikut Emak Fee cukup kamu terima warisan Emak dan laksanakan wasiat Emak."

Aku semakin bingung dengan apa yang Emak katakan . Warisan dan wasiat apa yang harus aku tetima dan aku laksanakan. Aku mencoba untuk bertanya kepada Emak

" Kalau boleh tau apa Isi wasiat Emak dan apa yang Emak wariskan kepada Fee?"

Emak tersenyum ke arahku

" Kamu hanya cukup melaksanakan Wasiatku untuk mendapatkan warisanku yang sangat berharga untukmu juga anak cucu mu nanti."

Aku begitu bingung dengan apa yang kini Emak Tonah katakan.

" Kalau boleh tau aku harus melaksanakan wasiat Emak seperti apa?"

" Cukup cari diantara mereka yang bisa menuntunmu menuju warisanku, aku cukup tua untuk menjagamu cu, umurku sudah berada diambang pintu, tiba saatnya kamu yang akan mewarisi Ilmu untuk mendoakan aku dan kedua Orang tuamu menuju pintu surga. Jadilah wanita yang baik, istri yang baik dan Ibu yang baik."

Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang Emak katakan, mereka ? Aku harus milih salah satubdiantara mereka? Mereka itu siapa. Lalu aku mau menanyakan kembali tiba-tiba Emak Tonah sudah tertidur pulas.

Aku menyelimuti tubuhnya lalu aku tinggalkan Emak untuk melaksanakan Sholat magrib yang hampir mau habis , aku tak sadar melewatkan waktu sholatku saat itu, bergegas aku tinggalkan Emak menuju musholla dekat dengan Kamar Emak, aku ambil wudhu lalu segera aku sholat.setelah itu terdengar suara adzan isya akupun sekalian melaksanakan sholat isya.

Sepuluh menit kemudian aku berjalan menuju ruangan Emak, tak sengaja aku melihat Mas Alan dan pak Dion nampak membicarakan sesuatu. Aku pun berjalan pelan ke arahnya, namun saat mas Alan menyebut namaku, aku segera menghentikan langkah kaki ku. Aku terpaksa bersembunyi dan terpaksa menguping apa yang mereka bicarakan saat ini.

" Ternyata Fee itu adalah warisan Emak yang sangat berharga, aku harap suatu saat nanti kita menghormati keputusan Fee, aku ingin kita tetap menjadi saudara meski salah satu diantara kita bukan pilihannya."

" Tenang Brother dia akan tau siapa yang harus menjaganya nanti." Ucap Pak Dion

Aku sedikit bingung dengan apa yang dikatakan oleh Pak Dion dan Mas Alan, apa maksud semua ini, kenapa warisan dan wasiat Emak mereka dilibatkan .

Aku segera melangkahkan kaki ku menuju kamar Emak, aku lihat mereka berdua nampak menatap ke arahku, aku mencoba bersikap biasa saja. Aku hampiri mereka yang saat ini terlihat sedikit gugup, mungkin mereka tau kalau saat itu aku sudah mendengar percakapan mereka.

" Loh Mas Alan , Pak Dion kok cepet beli sate kambingnya, beli dimana memangnya? " tanyaku dengan memandangi mereka secara bergantian.

" Di depan Fee, dekat kok. Kamu dari Mushollah ya?" ucap Mas Alan

" Iya Mas, maaf lama ya nunggu saya?"

" Ah tidak kok, barusan saja kita nyampek, oh ya sate udah aku taruh nakas." Ucap Mas Alan kembali

" Iya Mas, terima kasih." Jawabku

" Ada satu bungkus nasi uduk buat kamu makan Fee, malam ini kamu belum makan." Pak Dion menimpali

Sedikit kaget seh kala pak Dion membelikan nasi uduk buat aku.

" Terima kasih Pak Dion." Jawabku

" Kalau begitu kita permisi dulu Fee , kita mau cari kopi dan makan dulu diluar." Ucap Pak Dion kembali

" Iya pak, Mas silahkan. "

Mereka pun berlalu dari hadapanku, setelah itu aku bergegas menuju kamar Emak Tonah. Saat aku buka pintu kamar, terlihat Emak masih tertidur, aku pun segera mengambil nasi uduk yang dibelikan Pak Dion kepadaku.

Aku segera makan nasi uduk yang sudah aku buka di meja sofa yang ada depan ranjang Emak.

Perlahan aku masukkan nasi kedalam mulutku hingga akhirnya nasi uduk yang aku makan telah habis. Setelah itu , aku perlahan menuju tempat duduk dekat Emak, aku cium krning Emak dan aku cium tangan Emak Tonah.

Perlahan aku mataku mulai berat, rasa kantuk mendera akhirnya aku memutuskan untuk merebahkan diriku di sofa hingga akhirnya akupun terlelap dengan nyenyak.

Bersambung..

Hai readers dukung karya Novel aku ini ya, nantikan kelanjutan cerita warisan Emak Tonah esok hari ya