Chereads / WARISAN EMAK TONAH / Chapter 9 - Chapter 7

Chapter 9 - Chapter 7

Kukuruyuk...

Terdengar suara merdu ayam berkokok, segera aku langkahkan kaki menuju kamar mandi, seperti biasa yang aku lakukan tiap pagi Mandi sholat shubuh lalu masak setelah itu bersih-bersih. Setelah aku selesai melakukan ritual sholat shubuh ku, segera aku menuju ke arah dapur disitu ada kulkan berukuran besar, kulkas dua pintu kanan dan kiri yang cukup besar , aku cukup takjub saat melihatnya. Perlahan aku buka untuk melihat isinya barangkali ada sesuatu untuk dimasak, cukup lengkap ternyata ada sayur dan buah-buahan, susu dan berbagai minuman ada di dalamnya.

Aku mengambil Wortel, buncis dan tomat , protein juga ada satu pack ayam dan daging iris ternyata, akubpilih Ayam untuk lauknya. Aku akan mengolah tumis wortel dan buncis, ayam akubmasak kecap saja. Segera aku mengeluarkan bumbu dapir yang sudah tertata rapi di meja dapur. Aku iris tipis-tipis bawang bombay, bawang putih dan bawang merah serta cabai rawitnya. Lalu aku mulai menumid sayur yang sudah aku cuci dan aku potong-potong sebelumnya.

Tak butuh waktu lama aku memasak karena menggunakan dua kompor sekaligus, menanak nasi cukup tekan di rice cooker saja. Saat aku mencium aroma masakanku sudah harum, segera aku mengangkatnya dan tak lupa mencicipi masakanku sebelumnya.

Kini semua makanan yang aku masak sudah tersaji di meja , aku melepas Apron yang aku pakai, bergegas aku membersihkan rumah yang cukup besar ini.

Setelah rapi semuanya , aku menunggu sang empu pemilik kontrakan bangun dan makan pagi bersama.

Tap..tap..tap..

Aku mendengar suara langkah kaki sedang menuju arah meja makan, sejenak aku menoleh ke belakang.

Ya Tuhan, dia sangat tampan saat memakai Stelan jas kantor itu, aku terpanah saat melihat Mas Alan yang nampak berbeda dari hari-hari bersamaku sebelumnya. Dalam hati aku bertanya " Sebenarnya dia ini Bos apa pegawai biasa seh?"

" Ehem.. Hmm baunya enak sekali, kamu yang masak Fee?"

Ucapnya dengan memandangi semua menu yang ada di meja. Lalu mas Alan segera duduk di kursinya

" Hmm iya Mas, maaf aku lancang menggunakan isi dapurmu untuk masak menu pagi ini. " jawabku sedikit tak enak karena menggunakan bahan masakan tanpa seizinnya

" Justru saya terima kasih sama kamu, karena telah membuatkan saya sarapan pagi ini dengan menu yang enak." Jawabnya dengan memandang ke arahku

" Mas Alan nyimpen bahan makanan di kulkas siapa yang masak Mas?" tanyaku sembari mulai mengambilkan piring untuk nya

" Masak sendiri lah Fee, memang mau dimasakin siapa lagi? Istri pun tak punya." Ucapnya dengan terkekeh

" Mas Alan bisa masak sendiri?" tanyaku seakan tak percaya

" Tentu Fee, aku bisa masak sendiri, dari pada beli mending masak sendiri, biar hemat, aku kan kuli disini." Ucapnya merendah

Aku cukup takjub dengan apa yang dikatakannya, dia Tampan dan juga rendah hati. Aku segera mengambilkan nasi, tumis sayur dan juga ayak kecap untuk nya.setekah itu aku mengambil untuk ku sendiri.

Kami kini mulai melahap dan menikmati makan pagi bersama ini. Aku melihat Mas Alan cukup senang dengan masakanku, terbukti dia meminta diriku untuk menambahnya lagi.

Setelah selesai acara ritual makan kami, aku pun segera membereskan bekas piring dan gelas yang kami gunakan tadi. Mas Alan masuk kedalam kamarnya kembali untuk mengambil dokumen dan tas kerjanya, setelah itu dia menungguku di teras rumah

" Fee, ayo aku antar ke Rumah sakit. Mas Alan juga mau kerja." Teriaknya

Aku segera mengambil tas slempangku dan berlari menuju teras Rumah

" Iya mas sudah siap." Ucapku dengan ter engah-engah karena berlarian saat dipanggil Mas Alan

" Yuk masuk mobil." Ajaknya

Akupun ikut Mas Alan masuk kedalam mobil taxy online yang sudah di pesan Mas Alan sebelumnya.

" Mas kok gak bawah motor ? Kan di Kontrakan aku lihat motor." Tanyaku dengan menatap wajah gantengnya

" Gimana Mas mau bawah motor, kamu pakai rok span, kalau sobek gimana?" ucapnya dengan tersenyum ke arahku

Aku menggaruk pelipisku yang tak gatal, bodohnya diriku yang saat ini tak melihat penampilanku.

Aki hanya tersenyum malu, setelah itu aku hanya melihat jalanan yang sudah penuh dengan kendaraan. Aku lihat mas Alan sibuk menchat seseorang dibalik selulernya.

Tak lama kemudian kami pun telah sampai di Rumah sakit tempat Emak Tonah kini di rawat.

" Ayo aku antar ke Pavilium Mak Tonah." Ajak Mas Alan dengan melangkah kan kakinya ke arah Pavilium.

Aku mengekori Mas Alan yang sudah ada di depan.

Cekrek...

Pintu dibuka, sejenak aku melihat Emak Tonah yang sudah terpasang Infus dan alat banyu pernafasan , aku segera berlari ke arah Emak Tonah. Aku menangis dan aku cium punggung tangannya. Emak Tonah nampak merespon kehadiranku, perlahan beliau membuka matanya dan kini sudah melihat ke arahku.

" Cucu ku, Shafeeya. " ucap Emak Tonah dengan lemah

" Iya Mak, Ini Fee. " ucapku dengan meneteskan air mata

" Fee, kamu sudah dewasa sekarang." Ucapnya dengan nafas tersengal-sengal

" Iya Mak, sekarang Fee sudah dewasa, Fee akan menggantikan Emak untuk jagain Emak."

" Fee.."

Emak Tonah tiba-tiba sudah memejamkan matanya, seketika aku panik dan menggoyangkan tubuh Emak Tonah yang lemah namun Mas Alan memegang pundakku dan berkata

" Kamu tenang saja , Emak tak apa-apa beliau tertidur, mungkin karena obat yang diminum tadi."

Ucap Mas Alan lalu mengajakku duduk di kursi sofa yang ada di kamar Emak.

Aku melihat kamar emak sepertinya ruangan VVIP, pasti ini mahal pikirku saat ini.

" Mas Kok Emak kamarnya bagus gini ya? Apa gak mahal nanti biaya rumah sakit nya?" tanyaku dengan ragu-ragu

" Emak kan warisannya banyak, jadi kamu tak perlu khawatir. "

Aku sedikit heran dengan apa yang dikatakan Mas Alan yang mengatakan Emak Tonah punya warisan banyak, aneh sekali menurutku karena emak hanya seorang ART saja. Aku pun kesampingkan dulu semua pertanyaan yang sudah ada dikepalaku.

" Kamu tak usah bingung Fee, suatu saat nanti kamu akan mengerti Warisan Emak Tonah itu." Jawabnya dengan menatap lekat wajahku

Aku pun hanya mengangguk saja, belum saatnya menanyakan warisan Emak Tonah yang aku sendiri tak tau itu apa, karena aku tak mau dianggap Cucu yang hanya mengincar warisan dari Emak Tonah.

Cukup lama kami mengobrol tentang Emak dan kerjaannya hingga kahirnya Mas Alan melihat jam tangan yang melingkar di tangannya sudah saatnya dia pamitan untuk pergi bekerja, aku yakin saat ini Mas Alan telat berangkat kerja

" Aku harus berangkat kerja sekarang , sudah jam 10 siang."

" Maafkan aku Mas , gara-gara aku Mas Alan jadi terlambat."

" Tidak apa-apa, oh ya Emak Tonah sudah memberikan surat wasiat kepadamu, nanti akan aku berikan setelah Emak Tonah sadar. "

" Iya Mas terima kasih."

" Oh ya, ini ada sedikit uang buat bekal makan siangmu terimalah." Ucap Mas Alan dengan menyodorkan lima lembar uang kertas berwarna merah

Akupun tak lantas mau menerimanya, sungguh aku malu karena telah banyak merepotkannya.

" Tidak usah Mas, aku ada sedikit uang yang aku kumpulkan dari tabungan sisa pemberian Emak tiap bulannya." Ucapku berbohong

Jujur saat ini aku hanya memegang uang yang tak lebih dari dua ratus ribu saja.

" Terimakah, nanti kamu bisa mengganti nya kalau kamu sudah bekerja." Ucap Mas Alan dengan menarub uang itu diatas tanganku

Aku pun terpaksa menerimanya

" Baik mas terima kasih banyak, Oh Ya mas kalau ada kerjaan buat aku jadi OB pun tak apa-apa kalau ada di tempat kerja Mas Alan." Pintaku dengan sedikit malu karena merepotkannya kembali

" Hmm nanti aku carikan posisi yang pas buatmu, kamu lulusan apa?"

" Aku hanya tamatan SMA mas, namun aku pernah ikut kursus komputer selama satu tahun." Jawabku

" Kamu berarti bisa word dan excel ?"

" Inshaallah bisa mas."

" Baiklah nanti aku tanyakan di bagian personalia apakah ada posisi yang cocok buatmu "

" Tak perlu yang cocok mas, jadi OB aku tak masalah, asalkan aku bisa bekerja dan tidak merepotkanmu." Ucapku dengan tersenyum

Mas Alan hanya mengangguk sembari tersenyum ke arahku.

" Ya sudah Fee mas harus berangkat ke kantor ku dulu, kalau ada perlu apa-apa kamu hubungi nomer ku, mana ponselmu." Ucapnya dengan tangan meminta ponselku

" Iya Mas, terima kasih ya. Ini masukin saja nomer mas Alan ." ucapku dengan menyodorkan handphone ku ke tangannya

Mas Alan pun memasukkan nomernya kedalam kontak ponselku, ia lalu menatapku

" Om kamu terus menghubungi mu?" tanyanya dengan melihat layar hp ku

Aku sedikit gugup dan tak mengatakan apapun saat itu, Mas Alan sudah pasti menangkap sinyal dari wajahku yang kini begitu gugup dan takut.

" Kalau dia bilang macam-macam berikan nomer telponnya kepadaku, aku akan bicara kepadanya agar tak lagi mengganggumu." Ucapnya dengan memberikan ponselku

" I-iya Mas. " jawabku dengan menerima ponselku

Mas Alan lalu berlalu pergi meninggalkan aku, entah apa yang aku rasakan kini, sejak ada Mas Alan yang mengisi kebersamaan 2 hari an ini, aku merasa ada sosok yang lain yang entah itu apa rasanya.

Aku tak boleh terlalu berkhayal dan terlalu berharap, siapa tau saat ini Mas Alan sudah ada yang punya.

Aku pun sekarang mendekati Emak Tonah , aku lihat dan aku elus dahi dan rambutnya yang kinj terlihat putih.

Bersambung..