Jelang malam pada suatu pemukiman padat penduduk di sebuah desa yang didera musim dingin sepanjang waktu bernama Helberg,tampak pelataran desa yang masih ramai dengan para penduduk yang tengah beraktifitas di sana.
Saling bertegur sapa satu sama lain serta keramah tamahan yang terlihat diantara para penduduk seakan menjelaskan betapa damai dan harmonisnya kehidupan sosial di Helberg.
Namun seketika suasana malam yang pada awalnya tenang mendadak berubah menjadi suatu kegentingan,suatu peristiwa mencekam yang dengan secara tiba-tiba terjadi di sana menyebabkan para penduduk yang masih beraktifitas di pelataran desa berlari berhamburan.
Jerit histeris dan derap suara orang-orang yang berlarian berbaur dengan gemuruh suara mengerikan dari segerombolan makhluk yang beterbangan membelakangi cahaya bulan dalam bekunya udara malam itu yang seketika membuyarkan nuansa hening di setiap sudut Helberg.
Beberapa orang penduduk pun sesegera mungkin menuju ke sebuah menara pos penjagaan lalu membunyikan sebuah lonceng besar untuk memberitahukan para penduduk lain bahwa sedang terjadi suatu bahaya di desa mereka.
Suara dentuman lonceng besar itu sesegera bergema ke seluruh sudut Helberg yang seketika membuat para penduduk yang mendengar suara itu menjadi sangat panik dan ketakutan setengah mati seakan hari pengadilan telah tiba.
Menyadari akan datangnya mara bahaya para penduduk yang saat itu tengah berada di dalam rumah mereka masing-masing pun dengan sesegera mungkin berusaha untuk sembunyi demi menyelamatkan diri mereka dari ancaman yang tengah mengintai keselamatan mereka dari luar sana.
Di antara putihnya salju yang berguguran abadi,tak berselang lama bayangan-bayangan hitam dari makhluk misterius yang tampak beterbangan kesana kemari dengan cepat mulai menyambar setiap orang yang mereka lihat satu demi satu lalu menariknya ke udara dan secara buas memangsa mereka.
Seketika darah pun dengan deras menghujani daratan yang dengan cepat membekukannya disusul gema parau suara sekarat jasad-jasad yang jatuh menghantam daratan pucat pasi yang telah ternoda itu.
Kekacauan pun kian menjadi-jadi,setelah berhasil menyapu bersih para penduduk yang berada di pelataran desa,mereka pun mulai menerobos masuk ke setiap rumah penduduk lalu memangsa siapa saja yang mereka temui tanpa kenal belas kasihan.
Di dalam rumah salah seorang penduduk desa itu seorang wanita muda dan putranya yang masih anak-anak tengah berlindung di dalam ruangan rahasia yang berada di bawah lantai,dengan begitu erat sang ibu memeluk putra semata wayangnya tanpa sedetik pun mengalihkan tatapanya dari sebuah celah kecil pada lantai kayu yang berada tepat di atas tempat mereka berlindung saat itu.
Dengan penuh kekhawatiran sang ibu terus berusaha menenangkan putranya yang tengah dicekam ketakutan,dia pun meminta putranya agar jangan sampai bersuara sedikit pun agar tidak menimbulkan kecurigaan yang dapat mengundang datangnya bahaya ke rumah itu.
Beberapa saat kemudian mulai terdengar suara hantaman berulang pada pintu yang sontak mengejutkan keduanya,seperti ada sesuatu dari luar sana yang sedang berusaha untuk menerobos masuk ke dalam rumah mereka.
Semakin lama suara itu pun semakin keras terdengar,hingga pada akhirnya pintu itu tak sanggup lagi menahan kekuatan yang secara berulang menghantamnya,dan pintu itu pun terlempar keras lalu membentur ke dinding rumah sampai hancur.
Seketika keduanya bertambah ketakutan setengah mati,dengan memberanikan diri sang ibu mencoba mengintip keadaan di dalam rumah mereka melalui celah pada lantai,secara sekilas dia melihat ada sosok misterius yang tengah berjalan masuk dari mulut pintu namun belum jelas siapa sosok tersebut dikarenakan redupnya pencahayaan dari ruangan yang hanya diterangi nyala dari sebuah lentera yang terpajang di sudut dinding.
Setelah sekian waktu mencoba mengamati sosok tersebut mendadak detak jantungnya seakan terhenti sesaat kala dia mengetahui bahwa sosok misterius itu adalah sesosok makhluk mengerikan berwujud menyerupai setengah manusia dan setengah kelelawar besar dengan rahang yang penuh taring-taring menyeringai berlumuran darah.
Makhluk itu pun tampak berjalan kesana dan kemari seakan sedang mencari sesuatu di sana,dengan nafas yang tak beraturan wanita itu memeluk putra semata wayangnya kian erat.
Suara langkah kaki dan geraman makhluk itu semakin mendekat dan semakin jelas mereka dengar,mereka pun tersadar bahwa makhluk itu telah menginjakkan kakinya tepat di atas lantai dari ruang rahasia tempat mereka berlindung pada saat itu.
Makhluk itu mulai mengendus-endus seakan telah mengetahui bahwa ada mangsa yang keberadaannya tak jauh darinya berpijak saat itu,akhirnya keduanya pun hanya bisa pasrah jika akhirnya mereka harus berakhir secara tragis malam itu.
Akan tetapi entah mengapa setelah beberapa saat kemudian makhluk itu perlahan beranjak menjauh,suara menggeram dan langkah kaki dari makhluk itu kian lirih terdengar,seakan mengisyaratkan bahwa makhluk itu telah pergi dari rumah mereka.
Keduanya pun bernafas bisa lega saat berfikir bahwa makhluk itu tidak berhasil menemukan keberadaan mereka di sana,namun di luar dugaan,sesaat setelahnya justru makhluk itu kembali,dengan cepat dia terbang kemudian menerjang lantai kayu tepat di tempat dimana mereka tengah berlindung,permukaan lantai itu pun hancur,sorot mata makhluk itu dengan menatap keduanya dengan tajam,keduanya pun menjerit ketakutan dengan sangat histeris.
Tangan si monster sesegera mencengkeram wanita itu lalu menariknya ke atas,secara berulang wanita itu berusaha untuk melakukan perlawanan sembari terus menronta menahan rasa sakit dari jambakan tangan makhluk itu,sang anak hanya bisa menangis melihatnya tanpa mampu berbuat apa-apa untuk menolong sang ibu dari cengkeraman makhluk itu.
"Victor ! Larilah sekarang ! Cepat selamatkan dirimu !",teriak lantang wanita itu kepada putranya.
"Lepaskan ibuku...! Lepaskan ibuku...!",teriak anak itu dalam tangisannya,"Larilah Victor ! Sekarang ! Dengarkan ibu Victor ! Cepatlah lari !",teriak wanita itu kepada putranya sambil terus melakukan perlawanan pada monster mengerikan yang tengah bersiap untuk memangsanya.
Setelah kesekian kali akhirnya wanita itu pun berhasil meyakinkan putranya untuk segera melarikan diri,dengan berat hati anak itu pun ke luar dari ruangan rahasia tersebut dan lari meninggalkan ibunya dengan air mata yang berlinang deras.
Namun ironisnya di luar sana salah satu dari gerombolan monster yang saat itu sedang terbang mengintai mangsa di sekitar sana justru melihatnya,dengan cepat makhluk itu terbang menukik untuk menyambar calon mangsanya.
Suara raungan mengerikan yang terdengar dari arah belakang seketika mengejutkan anak itu sehingga sempat membuatnya jatuh terjungkal,dia pun berteriak ketakutan sembari berusaha menutupi kepala dengan kedua tangannya.
Namun tiba-tiba sesuatu yang tidak terduga terjadi,tubuh makhluk itu jatuh tersungkur menghantam tanah dan sekarat dengan bersimbah darah tepat di hadapannya,tampak ada dua buah anak panah yang menembus dada dan kepala dari makhluk itu.
Terkejut dan penasaran dengan apa yang baru saja disaksikannya dia pun lantas mencoba kembali bangkit lalu melihat ke sekelilingnya dan mendapati empat orang tak dikenal yang mengenakan tudung penutup penutup kepala yang entah dari mana mereka datang.
"Cepat ! Berlindunglah nak ! Kami akan bereskan para binatang pengganggu ini terlebih dahulu !",kata seorang wanita dari keempat kawanan orang tak dikenal itu dengan lantang.
Dengan sesegera mereka pun mulai bergerak melancarkan aksinya untuk membasmi para gerombolan monster bengis yang tengah meneror Helberg.
Anak itu pun segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar yang tak berada jauh darinya dan mengintip sepak terjang mereka berempat.
Dengan kepiawaian mereka menggunakan berbagai macam persenjataan,dengan cukup mudah mereka mengatasi gempuran brutal dari para gerombolan monster tanpa sedikit pun terlihat kewalahan.
Kecepatan dan keahlian teknik bertarung luar biasa mereka tampaknya mampu membuat gerombolan monster semakin tak berkutik hingga tak sekali pun memberi kesempatan makhluk-makhluk itu untuk melancarkan serangan balasan kepada mereka berempat.
Dengan tebasan pedang ganda,sabetan rantai panjang bermata belati tajam,lemparan pisau dan panah-panahnya keempatnya berhasil membuat para monster semakin terpojok.
Akhirnya seluruh monster yang memporak porandakan Helberg pun telah berhasil mereka bantai tanpa menyisakan satu pun yang selamat,namun mirisnya kini nuansa tragis terasa pada setiap sudut dari desa tersebut.
Tampak begitu banyak mayat yang tergeletak berhamburan di sekeliling pelataran desa ditambah bercak darah yang telah membeku menodai sekujur daratan yang tadinya putih serta aroma amis darah yang dengan segera menyeruak lewat dinginnya udara ke seluruh penjuru desa.
Suara meratap dan tangisan yang beriringan dari para penduduk yang berhasil selamat dari tragedi itu seakan semakin menyempurnakan lantunan elegi pilu di malam itu
Raut wajah yang berlukiskan dalamnya rasa bersalah pun tampak pada keempat orang tak dikenal yang telah berhasil menghentikan teror berdarah itu.
Anak itu pun sesegera berlari menghampiri mereka berempat untuk meminta pertolongan agar menyelamatkan sang ibu yang tengah berada dalam bahaya.
"Tuan,Nyonya ! Ikuti aku ! Tolong selamatkan ibuku !",pinta anak itu secara singkat dengan nada yang begitu cemas.
Anak itu pun kemudian berlari dengan sangat tergesa-gesa untuk kembali menuju ke rumahnya,dengan segera mereka berempat mengikuti kemana anak itu pergi.
Hingga tibalah mereka di halaman sebuah rumah,anak itu mengatakan bahwa ibunya saat ini sedang terancam bahaya di dalam sana.Anak itu pun bergegas untuk masuk ke rumah itu namun seorang wanita muda dari kawanan tersebut dengan segera berusaha mencegah lalu menahannya agar jangan dulu memasuki tempat itu.
Kemudian salah seorang pria dari kawanan itu memutuskan untuk terlebih dulu masuk ke dalam rumah itu sendirian guna memastikan keadaan di dalam sana,dia meminta agar ketiga rekannya yang lain menjaga anak itu selama dia memeriksa keadaan di dalam sana.
Selama beberapa saat memeriksa setiap sudut ruangan di dalam rumah yang telah porak poranda itu pria tersebut tak mendapati adanya sebuah bahaya di dalam sana.
Kemudian sampailah pria itu di sebuah kamar yang terletak di sudut rumah anak itu,yang dilihatnya justru seorang wanita yang tengah terkulai lemah di atas lantai tepat beberapa jengkal dari tempatnya berpijak saat itu.
Sesegera dia pun bergegas menghampiri wanita itu guna memeriksa dan memastikan keadaannya,tampak begitu banyak bercak darah pada gaun putih yang dikenakan oleh wanita malang itu.
Entah karena sebab apa tiba-tiba pria tersebut terdiam sesaat,dia lantas menyingkap rambut panjang berwarna pirang yang menutupi wajah yang tengah berpaling lemas ke lantai itu.
Seketika raut dari pria tersebut tampak begitu tertegun kala melihat wajah dari wanita yang hendak diselamatkannya itu.
"Elea...,Eleanor...",ucap pria tersebut secara terbata-bata seakan telah mengenal dengan baik siapa wanita itu.
Setelah beberapa sempat termenung dia pun memindahkan tubuh wanita itu ke sebuah tempat tidur,kemudian meninggalkannya di sana untuk memberitahu ketiga rekannya yang sedang menanti di luar.
Sedangkan di luar sana sang anak yang masih menunggu dalam kecemasan sempat beberapa kali berusaha memaksa untuk masuk ke dalam dan memastikan sendiri keadaan dari sang ibu.
Namun lagi-lagi ketiga orang itu mencegah dan meyakinkannya untuk tetap menunggu sampai rekan mereka yang tengah memeriksa keadaan di dalam sana kembali.
Beberapa saat kemudian pria tersebut tampak melangkah keluar dari dalam rumah itu,dia berjalan perlahan menghampiri mereka berempat lalu mengelus kepala dari anak itu.
"Bagaimana dengan ibuku ?!",tanya anak itu.
"Akan kami temani kau untuk menemui ibumu tapi tolong beri kami berempat waktu untuk berbicara sebentar",kata pria itu sembari berusaha menunjukkan senyumnya.
Pria itu pun mengajak ketiga rekannya yang lain untuk membicarakan sesuatu secara terahasia di sudut halaman rumah anak itu.
Merasa begitu penasaran dengan apa yang tengah keempatnya bicarakan anak itu pun menghampiri mereka dan secara berulang menanyakan kepada mereka tentang apa yang sebenarnya telah terjadi dan bagaimana keadaan sang ibu di dalam sana.
Mereka berempat yang tak tahu bagaimana harus menjelaskannya mengatakan bahwa ibu dari anak itu saat ini sedang tertidur di suatu ruangan di dalam sana.Mendengar jawaban mereka dia pun berusaha masuk ke dalam rumah itu,namun pria yang tadi memeriksa keadaan di sana sempat menahannya.
Dengan duduk bersanggakan lutut di hadapan anak itu dia meletakkan kedua tangannya di atas kedua pundak anak itu,pria tersebut berpesan kepada anak itu agar jangan sampai bersuara gaduh sebab yang demikian akan mengganggu ketenangan sang ibu yang tengah terlelap kelelahan.
Pria tersebut juga sempat menanyakan nama dari anak itu serta dimana keberadaan dari ayahnya saat ini,anak itu pun hanya menjawab ala kadarnya,dia menyebutkan bahwa namanya adalah Victor.
Secara singkat anak itu menjelaskan bahwa ayahnya telah lama pergi meninggalkan dia dan ibunya berdua untuk sebuah alasan yang tak mereka berdua ketahui.
Bahkan sang ayah tak sekali pun pernah mengirimi mereka kabar dan tak pernah sekali pun kembali untuk menemui mereka lagi hingga peristiwa naas di malam itu terjadi.
Merasakan kecemasan yang semakin tak terbendung dalam benak anak itu,mereka berempat pun akhir memutuskan untuk menemaninya masuk ke dalam.
Secara tergesa-gesa anak itu berlari menuju ke tempat yang telah mereka sebutkan demi dapat segera bertemu kembali dengan sang ibu tercinta.
Jarak beberapa langkah dari tempat sang ibu berada sebuah senyum kebahagiaan sempat terlukis di wajah anak itu,kedua bola matanya tampak berkaca-kaca,dia pun dengan segera berlari menghampiri ibunya lalu memeluk erat tubuh sang ibu yang tengah terbaring di atas sebuah tempat tidur.
Akan tetapi selang beberapa saat kemudian mendadak anak itu mulai merasakan adanya sebuah kejanggalan,entah mengapa dia merasa jika kulit tubuh sang ibu terasa begitu dingin,bahkan detak jantungnya pun tak dapat didengar dan dirasakannya.
Seketika raut wajahnya pun mulai berubah,dia memanggil-manggil sang ibu secara berulang namun sang ibu tak kunjung terjaga dari tidurnya.
Air mata kembali berlinang deras membasahi pipi,secara berulang dia mengguncang tubuh sang ibu yang tengah terbujur lemas dengan harapan agar sang ibu lekas tersadar.
Seorang pria dari keempat orang tak dikenal itu pun mendekatinya lalu meletakkan telapak tangannya pada pundak anak itu.
Akhirnya anak itu pun menyadari bahwa sang ibu telah tiada dan dia pun harus dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit yang mau tak mau harus dia terima dengan lapang dada.
"Ibu...tidak ! ibu...",ratap pilu anak itu.
Tangisnya pun kian pecah,dengan segera wanita dari empat kawanan itu mendekat lalu memeluk erat tubuh anak itu.
Sepanjang sisa malam yang memilukan itu ketiga pria dari kawanan orang tak dikenal itu dibantu para penduduk yang masih selamat untuk mengumpulkan lalu memakamkan jasad dari para korban yang tak terhitung jumlahnya.
Namun ditengah pelaksanaan prosesi pemakaman itu mereka harus dihadapkan pada sebuah kendala besar tentang begitu minimnya waktu dan tenaga.
Suatu musyawarah pun mereka lakukan di tengah-tengah prosesi dan dengan berat hati akhirnya mereka semua bersepakat untuk menguburkan jasad para korban secara langsung tanpa dimasukkan ke dalam peti mati terlebih dahulu.
Sebab adalah hal yang hampir mustahil untuk membuat peti mati dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang begitu singkat,mengingat jumlah korban jiwa dari tragedi naas itu jumlahnya mencapai puluhan.
Sedangkan untuk membersihkan sisa kekacauan yang masih berserakan,mereka harus kembali saling bekerja sama untuk mencari jasad dan potongan demi potongan tubuh dari para monster yang telah terbunuh untuk kemudian dikumpulkan di sebuah lahan terbuka yang berada di ujung desa yang jauh dari pemukiman dan membakarnya hingga tak tersisa.
Di lain tempat di salah satu pusara di tempat prosesi pemakaman masal para korban itu dilakukan,Victor yang saat itu ditemani oleh wanita yang telah dari sekawanan orang yang telah menyelamatkannya hanya bisa pasrah saat menyaksikan jasad sang ibu yang akan segera dibenamkan dalam kesunyian dan dinginnya liang persinggahan terakhir.
Sembari memeluk erat tubuh sang wanita air matanya mengalir begitu deras menghujani permukaan dari pelataran duka malam di itu.
Sang wanita itu pun terenyuh melihat Victor yang tengah didera betapa sakitnya rasa kehilangan,tanpa lelah dia mencoba untuk menguatkan hati Victor yang tengah memeluk erat tubuhnya.
"Victor,kau harus kuatkanlah hatimu,karena ibumu tak ingin melihatmu terus terhanyut dalam kesedihanmu seperti sekarang ini.",bujuk sang wanita.
Prosesi pemakaman yang penuh haru itu pun berlalu,Victor yang masih enggan untuk beranjak dari makam sang ibu pun dengan susah payah diyakinkan wanita itu untuk segera pulang dan menenangkan dirinya.
"Ayo pulang,kau harus beristirahat agar kau bisa sedikit lebih tenang",bujuk wanita itu sambil menggandeng tangan Victor.
Perlahan cahaya bulan pun meredup,pertanda bahwa hari esok yang masih dipenuhi dengan misteri yang tersembunyi akan segera datang menghampiri mereka.