Chapter 30 - Perumahan

Sudah 5 jam berlalu dan matahari telah kembali menampakkan dirinya di langit Beginner Town, meskipun begitu, Hiro masih tetap disibukkan dengan tebasan pedangnya pada sebuah batang pohon raksasa yang kini ukurannya semakin menipis.

Sedikit lagi, pohon itu akan berhasil ditumbangkan oleh Hiro sesuai dengan perhitungannya.

Ia sangat percaya diri dan terus menebas pohon itu hingga pagi hari.

And—

BANG!

Akhirnya, the time has finally come.

Pohon berukuran raksasa itu berhasil ditumbangkan ke arah belakang, menimpa berbagai jenis pohon lain yang tak bersalah.

Hiro yang sudah sangat kelelahan dengan tubuh bermandikan keringat pun merebahkan tubuhnya seketika ke belakang. Ambruk di atas tanah dengan nafas yang sudah tak beraturan.

Namun, at that moment, Hiro bisa merasakan sebuah sensasi gempa bumi terjadi dalam beberapa detik bersumber dari bagian batang pohon yang masih menempel di atas permukaan tanah, terhubung dengan akarnya yang mungkin telah menyentuh inti planet.

Getaran kuat di atas tanah di dalam hutan itu pun berhasil membangunkan Liberty yang sedang tertidur pulas.

[Congratulations! NightFall berhasil menyelesaikan Rare Quest (The World Tree Challenge)]

Sebuah scroll perkamen tiba-tiba muncul keluar dari batang pohon yang terhubung dengan tanah, bercahaya sangat terang. Melayang menghampiri Hiro yang seketika sudah kembali bangkit duduk.

Ia segera menyentuh perkamen itu untuk menerima hadiahnya.

[Ding! You obtained Awakening Sword Combo Skill (rare)]

[Awakening Sword Combo Skill can cause severe damage by using combo attacks. (Max combo limit up to 27x if the skill level reached maximum)].

[Reach job class level 35 to activate the skill]

Meskipun Hiro berhasil dibuat kagum dengan deskripsi dari skill yang baru saja diterimanya, tetap saja Hiro tidak bisa memakainya dengan levelnya yang sekarang.

Melihat kenyataan yang sedikit pahit itu, Ia pun seketika roboh di atas tanah sambil menatap langit yang sudah berubah menjadi jingga. Pagi akan segera tiba.

Dengan adanya tambahan informasi [rare] pada nama item itu, Hiro hanya berharap agar item itu akan tetap berada di dalam inventory miliknya saat versi official game sudah bisa dimainkan. Kalau tidak, ia baru saja menyia-nyiakan 5 jam berharganya.

"Hiro! Kau baik-baik saja?!"

Hiro mengacungkan jempolnya ke atas udara sebagai tanda kalau ia baik-baik saja.

Malam yang terasa sangat panjang dan melelahkan, Hiro sudah ingin sekali untuk logout dan beristirahat, namun ia segera ingat akan janjinya pada Liberty.

'Ah— aku harus mengantarnya pulang, be a gentleman Hiro.'

Setelah istirahat selama tiga puluh menit, Hiro pun menepati janjinya untuk mengantar Liberty pulang ke rumahnya.

Dalam perjalanan, Hiro benar-benar sudah tak memiliki tenaga tersisa dan perutnya terasa sangat lapar.

"Aku sangat lapar." gumamnya tak bisa menahan diri lagi. Perutnya sudah mulai mengeluarkan suara-suara protes.

Liberty melirik Hiro.

"Kau bisa makan di rumahku. Aku bisa memasak untukmu."

"Bukan itu, Libe. Aku harus makan, maksudku benar-benar makan. Bukan makan di dalam game ini."

"Makan di dalam game apa yang kamu maksud?"

Hiro menghela napas panjang. Ia masih belum terbiasa dengan Liberty yang memiliki asumsi bahwa dunia game LSO itu adalah dunia nyata, yang benar-benar nyata!

Ia tak tahu kenapa gadis itu memiliki asumsi seperti itu, yang jelas hal itu membuatnya sedikit kesulitan.

Setelah berhari-hari bersamanya, Hiro yakin kalau gadis itu adalah tipe player extreme yang pasti di dunia nyata pun selalu menggunakan pakaian cosplay.

"Kau baik-baik saja, Hiro?"

"Aku hanya lapar."

Sebenarnya, Hiro sudah sangat penasaran ingin memeriksa bagaimana tempat yang dianggap rumah oleh gadis itu dan se-nyata apa rumah di dalam game itu sampai membuat Jacob pun beranggapan bahwa itu adalah rumah asli.

Ia melirik ke arah Liberty yang sedari tadi mencuri pandang ke arahnya. Gadis itu segera membuang muka, wajahnya memerah. Reaksi yang sedikit berlebihan.

Mereka berdua pun lanjut berjalan dalam diam dengan langkah pelan.

Dalam kota [Beginner Town], ternyata ada sebuah wilayah yang terlihat seperti kompleks perumahan dengan bentuk bangunan yang sama. Tak ada bangunan yang terlalu besar ataupun terlalu kecil.

Liberty membukakan pintu rumahnya, sebuah bangunan yang terbuat dari batu. Tidak ada cat maupun hiasan pada bangunan itu. Pintunya pun hanya berupa pintu kayu biasa.

Hiro berjalan masuk ke dalam rumah itu, membungkuk untuk memberi salam. Ia tak bisa meninggalkan kebiasaannya. Liberty hanya menatapnya bingung.

"Aku akan ganti baju lalu memasak sesuatu untukmu. Tunggulah di sini."

Hiro memilih sebuah tempat duduk seperti sofa di dalam ruangan pertama, sepertinya ruang tamu. Lalu menunggu di sana.

Rumah yang menjadi tempat tinggal Liberty dari luar terlihat tidak ada beda dengan rumah lainnya. Namun, ternyata di dalam rumah itu, interiornya sangat penuh dengan perabotan. Sangat lengkap.

Meski konsepnya minimalis, paduan warna hitam keabu-abuan dari batu bangunan itu membuatnya terkesan mewah. Di dalamnya terdapat beberapa sofa, penghangat dengan api unggun kecil yang membuat udara di dalam ruangan itu hangat dan nyaman.

Cahaya lampu berwarna kuning terang membuat suasana di dalam ruangan itu berhasil membuat Hiro betah, ia bahkan sudah menguap karena mengantuk dan merasa kalau ia bisa tidur di dalam rumah itu saat ini juga. Kalau saja ia tak ingat bahwa ia masih berada di dalam game.

"Hiro, aku lupa kalau bahan memasakku habis. Maafkan aku, aku hanya punya ini untuk sekarang."

Liberty muncul dengan sebuah mangkuk berisi kentang rebus yang sudah dikupas. Namun, bukan itu yang membuat Hiro tercengang melihat kemunculannya.

Gadis itu telah mengganti pakaiannya dengan gaun tidur berbahan sutra berwarna putih yang sangat tipis dan tembus pandang. Hiro bahkan bisa melihat kalau celana dalam Liberty berwarna pink muda.

"Ini, makanlah!"

Ia mengerjap beberapa kali sebelum menerima sebuah kentang rebus hangat dari tangan Liberty. Refleks, ia menjejalkan kentang itu ke dalam mulutnya dan mengunyahnya. Mencoba untuk menjernihkan pikiran.

"Gawat! Aku tidak bisa berlama-lama di sini, bahaya." batin Hiro mencoba agar tetap menundukkan kepala dan menjaga pandangannya.

Namun, Liberty justru menarik kursi kayu ke depannya dan duduk di hadapannya sambil menopang dagu. Mengintip Hiro yang sedang mencoba untuk menghindarinya.

"Kau baik-baik saja, Hiro? Apa rasanya sangat mengerikan?"

Hiro mengangkat wajahnya untuk menatap Liberty yang telah mengubah ekspresi di wajahnya dengan ekspresi sedih. Hiro sadar kalau ia baru saja membuat Liberty salah paham akan perbuatannya.

"Tidak–bukan begitu, kentang rebus ini sangat enak. Rasanya pas, sedikit manis…"

Mata Hiro teralihkan pada belahan dada Liberty yang menonjol bulat.

"Lembut…padat…bulat…sangat indah."

"Eh?"

Hiro kembali mengerjap sekaligus menggelengkan kepalanya setelah sadar review untuk kentang rebus itu sudah melenceng jauh. Ia menatap Liberty yang telah dibingungkan olehnya.

"Kau menyukainya?" tanya gadis itu sepertinya tak sadar kalau Hiro sedang mereview hal lain.

"Tentu. Aku menyukainya. Aku penasaran, bagaimana rasanya memegangnya…"

"..."

"Ma–maksudku menanamnya."

"Eh, menanam? Hiro, bicaramu semakin ngelantur. Sepertinya kau sangat ngantuk. Tidurlah di sini."

Liberty benar-benar tidak sadar bagaimana pikiran Hiro sudah dibuat berantakan karena penampilannya yang sangat menggoda.

"Tidur di sini?" wajah Hiro berubah merah, bukan karena kentang rebus yang masih hangat.

"Ma–maksudku kau bisa tidur di sofa ini. Aku akan tidur di kamarku. Jangan berpikir macam-macam, Hiro, Dasar kau mesum!"

Liberty bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menjauh. Ia memberikan Hiro segelas air mineral, meninggalkannya di atas meja di ruang tamu. Gadis itu berjalan mundur menuju ke ruangan lain.

"Libe."

"Hum?"

"Terima kasih sudah menemaniku. Beristirahatlah."

Wajah Liberty memerah, ia terkejut mendengar ucapan tulus Hiro, membuatnya kembali salah tingkah.

"Uhum. Kamu juga, Hiro."