Chereads / Misteri Dendam Kembar Nama / Chapter 4 - Dipandang Rendah

Chapter 4 - Dipandang Rendah

"Apa kau pikir dengan bersikap jual mahal dapat meningkatkan kualitasmu di dalam hatiku? Tidak, Hana. Kau semakin rendah dari anjing jalanan. Jika aku anjing jalanan, kau adalah makanan yang dibuang di tempat sampah. Jika aku rendah, maka kau pastilah yang lebih rendah dariku," cetus Rey dengan arogannya

Rey tidak tanggung-tanggung, ketika mengatakan sesuatu yang sangat kejam kepada Hana. Hana pun hanya bisa mengepalkan kedua lengannya dengan perasaan geram.

Deg! Jantung Hana seperti dibenturkan di jeruji besi, ketika mendengar Rey mengatakan hal itu kepadanya. Jika itu bukan Rey, Hana tidak akan sesakit ini. Hana tidak tahu jika perkataan dari Rey akan membuatnya merasa sesakit ini.

Mendengar perkataan kasar yang diucapkan oleh orang yang dicintai, rasanya berkali-kali lipat pedihnya bagi Hana.

"Kau salah. Aku tidak mencintaimu, aku hanya ingin membuatmu merasakan apa artinya cinta. Jangan berpikir dengan cara kau mengatakan perkataan kejam kepadaku, kau bisa mengacaukan hatiku. Rey, semakin kau menolak menikahiku, aku semkin ingin menikahimu dan mengalahkanmu. Akan kubuat kau mencintaiku sampai ingin mati, tapi tak bisa mati, lalu hidup dalam obsesi cintamu padaku." Hana mencetuskan dan menegaskan dengan geram.

Hana tidak ingin menyerah dalam pertarungannya dengan Rey. Hana terlanjur masuk ke arena Ring. Ketika siapa pun telah masuk dan wasit ditiup, maka siapa pun tidak bisa kembali.

Tidak ada pilihan lain, selain mengikuti pertarungan. Pertarungan hidup dan mati, entah siapa yang mati terlebih dahulu, atau yang dapat bertahan hidup sampai akhir.

Sama halnya dengan Rey, Rey pun tidak akan sudi menjadi orang yang dikalahkan oleh Hana. Orang yang paling ia benci di dalam hidupnya saat ini.

Lalu Rey pun membalas perkataan Hana, "Apa dengan membohongi diri sendiri, kau bisa merasa lebih baik? Sekeras apa pun kau berusaha menaikkan nilaimu, di mataku kau tetaplah gadis hina. Kau adalah tikus yang egois dan rakus," cerca Rey.

Hana tidak ingin lagi mendengarkan cercaan ataupun hinaan dari Rey lagi. Hana pun hanya bisa mengabaikan Rey dan berbalik melanjutkan langkahnya untuk meninggalkannya.

Namun, langkah Hana terhenti sekali lagi. Hana menundukkan kakinya dan melihat kakinya yang hanya mengenakan sebelah sandal saja.

Hana pun menghela nafasnya dan tersenyum, karena ia merasa bahwa dirinya sangat konyol, sampai-sampai ia melupakan sandal miliknya sendiri.

Hana lalu kembali berbalik dan berjalan menghampiri Rey untuk mengambil salah satu sandalnya yang tertinggal. Hana berjalan ke tempat tadi ia berpijak dan tempat Rey berpijak saat ini. Melihat Hana yang mendekatinya, Rey pun sengaja tidak bangkit dari tempatnya. Ia sengaja bertetap pada posisinya.

Ketika melihat Hana berbalik menghampirinya, Rey pun berkata dalam hatinya, "Sudah kutebak, dia tidak akan pernah bisa meninggalkanku sendirian, tanpa mengkhawatirkanku sedikit pun," batin Rey berkata-kata dengan percaya dirinya.

Rey sudah sangat percaya diri bahwa Hana tidak akan pernah bisa meninggalkannya sendirian. Padahal, niat Hana menghampirinya bukan karena hal itu.

Lalu, Rey pun berkata kepada Hana, "Sudah kutebak, kau pasti tidak akan pernah bisa membenciku, seperti aku yang sangat membencimu," cetus Rey dengan percaya diri.

Hana menatap Rey dengan tatapan mata yang dipudarkan dan dengan bibir yang sengaja ditarik sebelah, karena ia merass keheranan. "Apa kau kehabisan obat? Aku punya kenalan dokter psikologi," ucap Hana.

"Dokter psikologi?"

Hana tidak menjawab lebih dulu pertanyaan dari Rey. Kemudian dengan sengaja, Hana menendang kaki Rey yang menindih sandal milik Hana. Rey pun memekik kesakitan, karena tendangan yang diluncurkan oleh Hana kali ini tidak main-main.

"Aaak!!!" pekik Rey yang berteriak kesakitan, sembari memegangi kakinya yang ditendang oleh Hana.

Hana hanya selalu mengalah kepada Rey, padahal jika Hana berniat melawan Rey, Rey belum tentu bisa mengalahkan jurus Hana. Alasannya, karena Hana adalah pemegang sabuk hitam taekwondo yang pernah mendapatkan banyak medali penghargaan.

"Sudah sadar belum? Makanya jadi orang jangan terlalu narsis. Hati-hati kejatuhan buah kelapa!" Hana mengingatkan dengan perumpamaan yang konyol.

Percaya diri bersantai di bawah pohon kelapa, memasang payung, minum coconut drink, tanpa sadar jika di atas phon kelapa juga terdapat coconut.

Coconut pemilik asli tidak terima jika namanya diakuisisi dan ditambah-tambahkan. Marah dan menjatuhkan dirinya untuk bertengkar langsung dengan cooconut drink.

Sungguh kesialan bagi mereka yang bersantai di bawah pohon kelapa, tanpa memikirkan konsekuensinya. Itulah perumpaan yang dipikirkan oleh Hana.

Rey tidak ingin mengerti tentang apa pun perumpaan yang dipikirkan oleh Hana. Rey hanya tidak terima jika dirinya diperlakukan seperti itu oleh Hana, orang yang paling ia benci di dunia ini.

"Psikologi, Coconut, apaan?!!" sentak Rey, karena merasa sangat kesal dengan perlakuan yang dia dapat dari Hana.

Hana tidak menggubris perkataan Rey. Hana menggeser kaki Rey dan mengambil sandal miliknya dengan sikap cuek, tanpa memperdulikan Rey sama sekali.

Rey yang melihat Hana bersikap seperti itu pun merasa sangat curiga. Akan tetapi, Rey tidak terlalu memperdulikan rasa penasarannya, karena yang Rey perdulikan saat ini adalah rasa nyeri kakinya yang ditendang dengan keras oleh Hana.

Hana mengacungkan sandalnya dan menakut-nakuti Rey. Hana menakut-nakuti Rey dan ia hanya ingin pura-pura memukulnya. Rey yang sudah terlanjur trauma dengan perlakuan yang dia dapat dari Hana pun langsung reflek, memundurkan tubuhnya menjauhi Hana.

Melihat Rey yang terlihat takut dengannya, Hana pun hanya bisa tertawa dengan puas. "Takut ya?" tanya Hana dengan diselingi tawa kecilnya yang tampak sangat puas.

"Menghayal! Hah . . . aku? Takut denganmu? Ya kali, aku Rey, dan kau hanya Hana," balas Rey dengan percaya diri.

Hana hanya menyeringai, ketika mendengarkan perkataan Rey yang percaya diri dan sangat menyebalkan. Akan tetapi, Hana tidak ingin lagi berdebat dengan Rey.

"Hekkh!" Hana menyeringai dan berlalu pergi meninggalkan Rey..

Namun, Hana salah jalan. Hana malah berjalan ke arah rumah Rey yang berlawanan dengan tujuannya. Rey yang melihat hal itu pun tertawa terbahak-bahak.

Hana awalnya tidak sadar dengan apa yang ia lakukan, sampai ketika Rey tertawa terbahak-bahak dan seolah-olah menertawakannya. Saat itulah Hana baru tersadar dengan sikapnya. Akan tetapi, Hana belum sadar sepenuhnya.

Tindakan yang dilakukan Hana, hanya karena refleksi. Pikiran Hana hilang sejenak, sampai-sampai ia salah jalan. Hana pun berbalik dan melirik Rey yang menertawainya.

"Sepertinya mentalmu tidak waras. Aku punya kenalan seorang dokter psikologi." Rey membalas perkataan yang diucapkan oleh Hana sebelumnya.

Hana menghentikan langkahnya, lalu berbalik untuk menanggapi Rey. Hana menarik senyum dengan terpaksa dan menjawab perkataan Rey, "Baik, kita sama-sama tidak waras, karena memiliki kenalan dokter psikologi," cetus Hana dengan lantang.