Chereads / Misteri Dendam Kembar Nama / Chapter 2 - Bunuhlah Aku

Chapter 2 - Bunuhlah Aku

"Maka bunuhlah aku, karena aku telah memutuskan. Aku bersikeras akan menikah denganmu. Bunuh aku sekarang juga, selagi kau punya kesempatan." Hana menantang Rey.

"Apa? Kau benar-benar gila! Jangan memaksaku untuk membunuhmu," cetus Rey dengan geram.

"Lakukan sekarang juga! Aku tidak pernah memaksamu. Aku memegang kata-katamu... Pengecut! Buktikan kata-katamu kalau kau bukan seorang pengecut!" cerca Hana.

"Curut!!!" bentak Reyhan.

"Bunuh aku sekarang juga! Sini, lakukan kalau berani." Hana semakin menantang Rey dengan menaikkan dagunya.

Mata Rey sudah dipenuhi kilat halilintar api nirwana yang membara dan siap melahap sosok Hana yang ada di hadapannya. Suasana sudah mulai tegang dan keduanya tidak bergerak. Mereka hanya saling menatap dengan tajam.

Cetarrr!!! Srettt..., ctarrr!!!

Tiba-tiba suara petir menyambar dan rintik tangis awan telah bocor. Hujan turun membasahi dua sosok yang saling dipenuhi aura kebencian.

Hujan tak membuat mereka goyah sama sekali. Beradu dalam hati, siapa yang lebih gentar dan kuat menyaingi. Bahkan hujan sama sekali tak dapat menghentikan kekeras kepalaan keduanya.

Suara petir menyambar saja tak membuat mereka takut sedikit pun. Karena yang mereka takuti kali ini adalah kekalahan, bukan hal lain.

Telapak tangan Rey mulai mengepal, tatapan matanya sama sekali tak berubah. Bahkan air hujan yang mengalir pun tidak membuatnya berkedip sama sekali.

"Kenapa? Kau takut? Kebencian kita, salah satu dari kita harus mati, entah kau atau aku. Aku memberimu kesempatan untuk membunuhku, kesempatan yang kuberikan hanya sekali. Di lain waktu sudah beda cerita. Jika hari ini kau tidak membunuhku, aku pasti yang akan membunuhmu di lain waktu," ucap Hana dengan gentar.

"Seperti yang kuketahui. Kau adalah gadis jahat dan arogan. Melihatmu seperti ini, membuat kebencian dalam diriku semakin bangkit dan haus. Aku semakin membencimu," cetus Rey.

Hana mengedipkan matanya dan berbalik, lalu meninggalkan Rey. Akan tetapi, Rey langsung mencekiknya dari arah belakang dengan sebelah lengan yang mengalung di leher Hana.

"Hei, apa yang kau lakukan?!!" Hana memberontak Rey yang tengah mencekiknya dengan kuat dari arah belakang.

Rey tetap mencekik Hana dari arah belakang tanpa mengendorkannya. Hana mendongak, menatap wajah Rey yang jauh lebih tinggi, sekitar jarak 30 cm dari tubuh Hana dengan tinggi 162 cm. Rey membalas tatapan Hana dengan tatapan licik dan mengejek.

"Bukankah kau menyuruhku membunuhmu? Aku sedang mencobanya. Dengar ya, Curut! Aku bukanlah pengecut. Aku selalu memegang kata-kataku," ujar Rey dengan geram dan senyum licik yang menghiasi bibirnya.

Respon Hana setelah mendengar perkataan dari Rey langsung berubah. Hana malah tersenyum dan menyeringai, tampak sengaja meremehkan dan mengejek Rey.

Rey pun merasa heran dengan respon Hana yang terasa sangat menyebalkan baginya. Lalu Rey mengerutkan kedua alis tebal dan tajamnya.

"Pengecut tetaplah pengecut. Jangan-jangan, kau tidak berani menikahiku karena kau takut terpesona denganku. Kau takut jatuh cinta denganku. Apa aku salah?" tutur Hana dengan percaya diri.

"Apa kau tidak malu mengatakan kata-kata seperti itu? Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak akan pernah menikahimu dan jatuh cinta kepadamu. Lebih baik aku tidur dengan anjing jalanan. Membayangkan aku berada dalam satu kamar denganmu saja sudah membuat perutku mual," ujar Rey dengan aura kebencian mendalam.

Hana menyeringai dan kembali berucap kepada Rey. "Tidak perlu banyak alasan. Pengecut ya pengecut saja. Pengecut, kau pasti takut jatuh cinta denganku, iya kan? Katakan saja kalau kau mencintaiku, makanya kau menentang pernikahan ini. Kenapa? Karena kau tidak bisa membohongi hatimu." Hana semakin memanas-manasi Rey dengan ucapannya.

"Omong kosong! Kau sangat murahan. Apa kau begitu puas menjual tubuhmu ini padaku? Baiklah kalau itu maumu, aku akan menuruti keinginanmu," ujar Rey.

Rey mulai melonggarkan cekikannya dan menurunkan lengannya di dada Hana. Rey kali ini mencengkram kedua belah dada Hana dan membuat Hana tersontak dan sedikit terangsang.

"Hehkh, murahan! Baru begini saja kau sudah terangsang," ucap Rey dengan nada meremehkan.

Hana segera melepaskan kedua tangan Rey yang mencengkram kedua belah dadanya dengan kasar. Lalu Hana berbalik dan menatap Rey dengan tajam. Hana tidak menyerah dan tidak ingin kalah dari Rey.

Hana mendekat selangkah demi selangkah mendekati Rey. Rey memundurkan langkahnya dengan kaku. Namun, Hana terus mendekat ke arah Rey dengan senyuman licik.

Hana semakin mempercepat langkahnya. Sedangkan Rey pun semakin memundurkan langkahnya, mengikuti irama langkah Hana.

Ceretak! Rey menyandung sebuah batu dan membuatnya hampir terjatuh ke arah belakang.

Hana dengan tangkas menangkap tubuh Rey dan menahannya sekuat tenaga agar Rey tidak terjatuh. Hana mengalungkan lengan kanannya di pinggang Rey untuk menahan Rey agar Rey tidak terjatuh. Akan tetapi, Rey tak bisa bangkit, karena tubuhnya terasa kaku.

Rey sempat menatap Hana dengan rasa penasaran, sembari mengerutkan kedua alisnya. Namun, Hana memerengkan kepalanya beberapa derajat dan tersenyum dengan licik kepada Rey. Saat ini, mereka seperti tengah berbicara dan beradu di dalam hati mereka.

"Hana, jangan lepaskan. Awas saja jika sampai kau lepaskan!" batin Rey yang juga melontarkan aura ancaman dari wajahnya.

Rey meminta Hana agar tidak melepaskannya begitu saja dengan bahasa tubuh. Rey berusaha berbicara dengan matanya. Hana pun sepertinya mengerti dengan apa yang dikatakan Rey di dalam hatinya. Namun, Hana malah semakin mengejek Rey dengan memasang raut wajah yang penuh arti dan kecurigaan.

"Apa yang akan terjadi jika aku melepaskanmu? Aku sangat penasaran. Bisakah aku mencobanya?" batin Hana, membalas bahasa tubuh Rey dengan bahasa tubuhnya juga.

Hana dan Rey saling berkomunikasi lewat batin dan raut wajah mereka. Mereka seperti saling mengerti dengan apa yang dikatakan dan akan dilakukan di antara mereka.

Rey menggeleng-gelengkan kepalanya dengan isyarat agar Hana tidak melepaskannya. Namun, Hana membalasnya dengan senyum setengah bibir mencurigakan.

Rey menatap wajah Hana dengan tajam disertai ekspresi murka. Murka jika saja Hana sampai melepaskannya. Hana yang melihat tatapan menyebalkan dari Rey, malah semakin menantangnya. Kali ini Hana tidak ingin kalah dari Rey, karena selama ini ia sudah cukup mengalah tentang banyak hal kepada Rey.

Tangan Hana sudah merasa kesemutan dan tidak bisa lagi menahan tubuh Rey yang jauh lebih berat dari tubuhnya. Hana pun akhirnya sengaja melepaskan tangannya yang menahan tubuh Rey.

Mendapati hal itu, Rey semakin menatap Hana dengan api nirwana kebencian. Sama dengan Rey, ia tetap tidak akan pernah mengalah dengan Hana. Dengan sengaja, Rey menarik tangan Hana dan membuat Hana jatuh bersamanya.

Namun, pembalasan Rey malah membuatnya dua kali terkena sial. Sudah punggungnya membentur aspal halaman, tubuhnya pun tertindih oleh Hana.

"Aak! Aak punggungku," pekik Rey.