Jantungnya berdetak begitu cepat karena terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, untungnya mobilnya sudah berhenti sebelum mengenai anak perempuan itu. Sedangkan anak perempuan itu terkejut dan tersungkur jatuh.
Ando dengan cepat turun dari mobilnya dan melihat kondisi anak perempuan itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Ando dengan menyentuh sambil mengelus rambut anak perempuan itu mencoba untuk menenangkan karena anak itu ketakutan sebab terlihat begitu jelas karena tangannya yang gemetaran.
Anak itu menatap Ando dengan tatapan yang begitu sendu, sedangkan Ando terkejut kerena tubuhnya tiba-tiba saja dipeluk erat oleh anak perempuan yang hampir dia tabrak itu.
Ando yang merupakan seorang dokter dapat melihat dengan jelas kalau anak itu memiliki kelainan sehingga membuat dirinya merasa kasihan. "Anak seperti ini dibiarkan sendirian di tengah-tengah jalannya malam?" ucap Ando dalam hati.
Anak perempuan itu sontak mendorong tubuh Ando dengan keras yang sedang memeluknya sehingga membuat Ando tersungkur.
Terlihat ketakutan, Ando yang menyadari kalau anak perempuan itu memiliki gangguan spektrum autisme membuatnya mencoba sabar dan tak marah.
Dan Ando yang tersungkur anak perempuan itu melarikan dirinya sehingga membuat Ando terpaksa harus mengejar.
Sambil mengejar anak perempuan itu yang berlari dengan cepat, Ando menelpon salah satu supirnya untuk mengambil mobilnya dan membawa pergi dengan menggunakan kunci cadangan.
Terlihat dari kejauhan anak perempuan itu masuk ke sebuah rumah kecil dan tidak lama kemudian keluarlah seseorang yang memang sedang dicari oleh Ando.
"Bukankah itu Dika si office boy?" tanya Ando terhadap dirinya sendiri.
Ando yang sedang bersembunyi memperhatikan dan dia melihat kalau anak perempuan itu terlihat ketakutan sehingga membuat rasa curiga Ando kembali muncul sebab jika Dika itu keluarga atau kenal dengan anak perempuan itu pasti anak itu tidak ketakutan seperti itu.
Dengan cepat Ando berlari mendekati mereka berdua. "Permisi ada apa ya?" tanya Ando yang sudah berada dekat mereka berdua.
Terkejut dengan kedatangan seseorang membuat Anya sontak langsung saja membalikkan tubuhnya. Sedangkan anak perempuan yang berdebat tadi sudah berlari masuk ke dalam rumahnya karena rumah sang Kakak anak perempuan itu yang tak lain adalah rumah Genta terkunci sebab Genta yang tengah mencari uang tambahan.
Sedangkan Ando terlihat bingung kenapa Dika membalikkan tubuhnya tidak berani menatapnya, bahkan rasa curiga semakin membesar.
"Bagaimana ini pasti Ando sudah mengetahui identitas aku dan dia akan memberitahukan kedua orang tua aku. Arghhh... aku tidak mau diatur oleh mereka apalagi dengan Ayah," ucap Anya dalam hati dengan tangan yang bergetar dan pelipisnya yang kini berkeringat.
"Maaf Dika, kenapa kamu tak menatap saya ya? Apa wajah saya menakutkan untukmu?" tanya Ando.
Tersentak terkejut dengan pertanyaan Ando barusan bahkan memanggil dirinya dengan nama Dika. Anya pun sontak mengambil sebuah cermin kecilnya dan menatap dirinya. Pantas saja Ando tak mengenali dirinya karena dia masih menjadi Dika dan juga adik Genta yang tadi takut dengan dirinya.
"Maaf Dok saya pikir tadi wajah saya masih menggunakan masker," jawabnya yang telah menemukan sebuah alasan.
"Masker?"
"Iya, tadi saya menggunakan masker wajah," jawabnya sambil terkekeh pelan.
Jika dilihat sepertinya Ando tak mengenali dirinya sebagai Anya dan tak curiga sedikit pun.
"Anak perempuan itu.... "
"Oh itu adik teman saya Dok, ada apa ya?" tanyanya dengan bingung apa yang terjadi antara dokter Ando dengan adik Genta sehingga Ando sampai di tempat tinggalnya ini.
Ando pun harus berkata jujur kalau dirinya tadi hampir menabrak anak perempuan itu dan dia hanya memastikan anak itu sampai di rumah dengan selamat padahal awal niatnya tadi ingin mengantarkan anak perempuan itu pulang sebagai permintaan maaf.
Setelah menjelaskan apa yang terjadi Anya sebagai Dika mengangguk paham, rupanya Ando kesini bukan karena dirinya tapi karena adik Genta.
***
Merasa kesal karena harus menunggu dokter itu yang masih berada di rumahnya. Sejak tadi dia tidak pulang, Anya yang sudah mengantuk bahkan dia takut jika dirinya nanti tertidur secara tiba-tiba, sedangkan Genta sejak tadi masih belum pulang.
"Kenapa di rumah kamu belum ada peralatan rumah?" tanya Ando.
"Oh itu... karena saya... saya... saya baru pindah dok," jawabnya tersenyum.
Ando menganggukkan kepalanya, semakin lama dia semakin merasa aneh dan curiga. Dan tidak lama kemudian suara teriakan seseorang membuat Anya terkejut.
"Anya aku pulang.... "
"Arghhh Genta bodoh, bagaimana sekarang? Apa yang harus aku ucapkan ketika Ando bertanya?" cetus Anya dalam hati.
Sedangkan Genta yang telah sampai di dalam rumah Anya, dirinya memang terbiasa masuk tanpa permisi dan seketika sontak dirinya terkejut melihat seorang pria.
"Bukankah itu dokter Ando? Kenapa dia di rumah ini?" tanya Genta dalam hati. Genta pun melangkah mendekati mereka berdua. "Malam Dok, apa Dika berbuat kesalahan di hari pertamanya kerja sehingga membuat dokter mendatanginya?"
Pertanyaan Genta membuat Ando menjawab dengan menggelengkan kepalanya, namun dia harus bertanya suatu hal terkait dengan Genta yang memanggil Dika dengan nama Anya. Apa yang ada dipikirannya saat ini memang benar?
"Ya malam, dia tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi saya ingin bertanya satu hal."
Anya yang gemetar ketakutan karena dia tahu apa yang akan dibicarakan oleh Ando.
"Tanya apa Dok?" jawab Genta yang bingung pertanyaan apa yang akan diberikan oleh Dokter Ando dan terlihat dari raut wajahnya pertanyaan itu sangatlah penting.
"Kenapa kamu tadi memanggil Dika dengan sebutan Anya?"
Keduanya sama-sama terkejut dengan pertanyaan Ando. Bahkan Genta kini bertatapan dengan Anya, jujur saja Genta saat ini bingung harus menjawab apa sebab tidak mungkin dirinya memberitahukan tentang rahasia ini karena jika tidak pekerjaan baru Anya terancam.
"Maaf, tolong jawab pertanyaan saya! Dan kenapa kalian jadi saling tatap-tatapan?"
"Oh itu, saya memanggil Dika dengan nama Anya karena... karena... dia... karena arti nama Anya itu adalah Anak ini diam sukanya. Dokter past sudah melihat bagaimana sikap Anya, dia itu anak yang pendiam dan itulah sebabnya saya membuat nama Anya walau itu nama perempuan sekali pun.
"Oke, dan sekarang saya harus pergi karena sudah begitu larut. Saya pamit ya dan tidak usah diantar ke luar rumah," ucap Ando pergi setelah berpamitan.
Sedangkan Anya dan Genta menatap kepergian Dokter Ando. Saat mendengar suara mobil membuat Anya bernafas lega. "Huftt.... "
Anya sontak langsung saja memukul perut Genta.
"Kamu kenapa Anya? Apa aku melakukan sesuatu yang salah kepada kamu?" tanya Genta yang bingung dengan perubahan sikap Anya yang tiba-tiba saja marah terhadap dirinya.
"Akibat mulut bodohmu itu identitas aku sebagai Anya akan terbongkar kepada dokter Ando tadi. Dan kamu tahu apa yang terjadi jika terbongkar?" Anya berteriak dengan sangat kencang. Dia begitu kesal dengan Ando.
"Apa yang terjadi memang? Lagi pula dokter Ando bukanlah orang yang penting bagi hidupmu Anya." Genta yang menjawab dengan polosnya tanpa mengetahui siapa Ando.
"Arghhh... aku kesal sekali dengan kamu Genta, jika orang lain kamu akan habis pada tangan ini," ucap Anya dengan menunjukkan tangan kanan yang terkepal. "Dan satu hal lagi Genta yang belum beritahukan kalau dokter Ando adalah orang yang dijodohkan oleh aku."
"Ha?"