Ando benar-benar tak menyangka karena dia akan memiliki Istri seperti Anya, tak pandai masak, sikapnya yang jutek dan bahkan ketika bicara selalu saja asal tanpa berpikir panjang. Wajah malu terlihat begitu jelas ketika semua orang menatapnya sambil tertawa, walau orang-orang yang ada disekitarnya hanya keluarganya dan juga keluarga Anya namun tetap saja Ando malu ketika mendengar rumor kalau dirinya itu tak menyukai wanita.
Menatap tajam seorang wanita yang sedang murung membuatnya kesal karena wanita itulah yang menjadi penyebar rumor tak masuk akal itu.
"Ando kamu ikut Ayah!" ucap sang Ayah yang tiba-tiba saja mendekati dirinya.
Entah apa yang mau dibicarakan oleh Ayahnya namun Ando yakin kalau yang akan dibicarakan adalah sesuatu yang berkaitan dengan perjodohan.
Sedangkan Anya yang tengah melamun memikirkan Ayahnya tiba-tiba saja seseorang pelayan yang memberikannya minuman tadi datang mendekati dirinya.
"Boleh saya duduk?" ucap pelayan tua tersebut.
Anya hanya mengangguk, dia bukanlah orang yang suka memilih, baginya siapa pun orang itu tetaplah manusia walau dia mau sederhana atau pun bukan semua tetap sama sesuai seperti yang diajarkan kedua orang tua Anya. Mereka yang selalu mengajarkan Anya untuk tak sombong terjadi harta tapi tetap saja Anya terlihat manja juga suka mengaburkan uang dan dia juga lebih suka menyendiri.
"Tadi yang diucapkan oleh kamu benar? Bukankah orang itu adalah calon Suami kamu?"
Anya sontak memutarkan kepalanya menatap pelayan tersebut. Entah siapa nama dan asal pelayan itu Anya tak mengenalinya.
"Entahlah Pak, saya dengan pria itu dijodohkan," jawabnya namun dengan wajah yang masih saja datar.
"Kenapa kamu mau dijodohkan?"
"Mungkin sudah jalan hidup Pak, lagi pula saya tidak mau mengecewakan Ayah saya. Bapak tahu kan Ayah saya baru saja tiada," jawab Anya dengan murung karena selalu saja mengingat Ayahnya.
Pelayan tersebut hanya menganggukkan kepalanya saja, lalu dia berkata lagi sehingga membuat Anya terkejut. "Calon Suami kamu tidak menyukai wanita ya? Memangnya kamu sudah memastikan itu?" tanyanya.
"Iya benar, dia yang mengucapkannya sendiri Pak. Kenapa memangnya?"
"Saya tidak yakin, coba jika kamu sudah menikah nanti dengannya dekati saja bagaimana reaksinya nanti. Kalau begitu saya permisi," jawabnya dan pergi meninggalkan Anya yang tenang termenung.
Anya yang menangkap ucapan pelayan tua tersebut kalau hanya dengan ucapan apa bisa dipercaya? Ando yang mengatakan kalau dia itu tak menyukai wanita belum tentu benar dan dia harus membuktikannya nanti.
***
"Apa yang Ayah mau bicarakan kepada Ando?" tanya Ando.
Perlakuan sang Ayah membuat Ando meringis kesakitan, seharusnya hal seperti ini biasa dilakukan oleh sang Ibu. "Bicarakan apa yang terjadi sehingga Any berbicara seperti itu!"
"Arghh... sakit Ayah... aku tak tahu maksud Ayah," ucapnya dengan meringis kesakitan ketika telinga kanannya ditarik oleh sang Ayah bahkan hingga memerah.
"Anya tadi mengatakan kalau kamu tak menyukai wanita. Ayah sudah membesarkan kamu hingga menjadi dokter tampan seperti Ayah, tapi kamu tak tertarik oleh wanita sedikit pun? Coba buka mata kamu Ando, Anya cantik dan masih muda apa kamu tak tertarik?" ucap sang Ayah dan terlihat begitu percaya diri ketika mengatakan kalau putranya tampan seperti dirinya.
"Lepaskan dulu tangan Ayah pada telinga Ando, maka aku akan menjelaskannya," ucap Ando.
Ayahnya pun melepaskan tangannya yang menarik telinga Ando. Terlihat tatapan yang begitu kesal dengan banyak rumor yang beredar, untung tak ada orang lain selain keluarga mereka.
"Aku hanya berucap asal saja Ayah dan aku tak tahu jika Anya mempercayainya." Ando berucap lalu pergi begitu saja sehingga membuat Ayahnya membulatkan matanya terkejut melihat sikap sang putra.
Ando yang saat ini sedang mencari keberadaan Anya karena sudah menyebar rumor gila sehingga membuat banyak orang yang menertawakan dirinya. Dia harus memberikan pelajaran dengan Anya, terlebih lagi dengan mulut Anya tak pernah dijaga.
Melihat Anya yang baru saja keluar dari kamarnya membuatnya sontak mendekat dan menarik tangan Anya untuk masuk ke dalam kamar itu.
"Lepas! Mau apa kamu?" cetus Anya dengan kesal ketika dirinya dipaksa.
Mereka berdua kini berada di dalam kamar Anya. Keduanya saling bertatapan kesal satu sama lain.
"Apa yang kamu ucapkan tadi Anya?"
"Apa? Dasar tak waras," jawab Anya yang hendak pergi begitu saja.
Ando yang terlihat sangat kesal menggenggam tangan Anya dan menahan kepergiannya.
"Kamu mengatakan kalau aku tak menyukai wanita? Apakah itu benar?"
"Kau bertanya padaku, tanyakan saja kepada dirimu sendiri!" ucap Anya kesal.
"Aku ingin kamu yang menebaknya benar atau tidak tentang apa yang kamu ucapkan itu," jawab Ando yang saat ini tengah menggenggam tangan Anya.
Genggaman itu terlepas, dan Ando berjalan mendekati Anya hingga Anya tak mendapatkan jalan karena terkunci tubuh Ando.
"Apa aku tak tertarik dengan wanita?" tanyanya membuat Anya seketika gugup. Dia yang tak pernah memiliki jarak dekat seperti ini kecuali dengan Genta sahabatnya.
Acara tunangan mereka berdua sebentar lagi akan berlangsung sedangkan Anya dan Ando yang tengah dicari banyak orang tidak muncul. Sehingga membuat Bunda Anya dan kedua orang tua Ando khawatir kalau anak mereka berdua melarikan diri.
"Aku akan mencari Anya ke kamarnya dan kamu cari Ando!" ucap Bunda Anya dan pergi.
Rasa khawatir seorang Ibu memang tak terkalahkan, sama seperti Bunda Anya saat ini yang takut jika putrinya pergi dari rumah karena perjodohan. Mungkin bisa saja Anya merubah pikirannya untuk menolak perjodohan ini lagi sama seperti sebelumnya.
Langkahnya yang terburu-buru dan ingin memastikan kalau putrinya berada di dalam kamar sedang bersiap-siap. Namun dia melihat pintu kamar Anya tertutup.
Ceklek!
"Anya kamu di dalam kan.... " Matanya membulat seketika melihat pemandangan yang baru saja dia lihat.
"Bunda jangan berpikiran buruk, aku dan dokter Ando tak melakukan apapun," ucap Anya yang berada di atas ranjang sedangkan Ando berada di atas tubuh Anya.
Tatapan tajam sang Bunda dapat mengartikan sesuatu.
***
Pertunangan telah terjadi, Anya dan Ando telah resmi bertunangan. Cincin telah terpasang masing-masing pada pasangan.
Anya yang masih terdiam karena dia yakin Bundanya berpikiran negatif ketika melihat dirinya dan dokter Ando bersama, apalagi posisi pada saat itu sangatlah membuat orang yang melihat dengan mudah berpikir kalau mereka berdua telah melakukan sesuatu. Anya yang menatap Ando terlihat tenang dan bahkan dia bisa tersenyum, sedangkan Anya tampak gelisah.
"Semuanya harap berkumpul! Ando dan Anya tolong mendekat!" ucap Bunda Anya yang berada di tengah-tengah orang yang saat ini berkumpul. Bahkan di sana bukan hanya ada Bunda Anya saja, kedua orang tua Ando pun juga ikut berdiri di samping Bunda Anya.
Tak tahu apa yang akan dibicarakan oleh Bundanya, Anya mendekat begitu juga dengan Ando.
"Saya dan orang tua Ando mengucapakan terima kasih untuk seluruh keluarga yang sudah hadir dalam pemakaman dan juga acara tunangan Anya bersama dengan Ando. Saya hanya ingin mengumumkan, saya dan orang tua Ando telah memutuskan kalau setelah beberapa Minggu Anya lulus sekolah maka mereka akan langsung melaksanakan pernikahan."
Anya terkejut dengan ucapan Bundanya, secepat itu dia akan menikah? Apa tak ada pendekatan antara dirinya dan dokter Ando?
Lalu bagaimana dengan kuliah Anya? Dia bercita-cita ingin menjadi seorang dokter, apa akan tak tercapai karena dirinya menikah?
"Kenapa Bunda memutuskan itu? Aku dan dokter Ando saja tak mengetahuinya. Aku masih ingin berlanjut kuliah dan tak mau menikah secepat itu," jawab Anya dengan kesal menatap Bundanya.
Semua orang yang berada di sana bubar karena terlihat kalau Anya dan sang Bunda membutuhkan privasi untuk berbicara.
"Anya Bunda dan keluarga Ando tak ingin malu jika kamu nanti memilih anak di luar nikah," jawab sang Bunda dan kedua orang tau Ando pun menganggukkan kepalanya.
Anya dan Ando tampak bingung dengan yang dibicarakan oleh orang tua mereka.
"Maksud kalian apa?" tanya Ando yang kini membuka suara.
"Iya, maksud kalian apa?"
"Kami semua tahu kalau kalian sudah tidak sabar, tapi kalian berdua harus menikah dulu. Jadi kamu telah memutuskan untuk melangsungkan pernikahan secepatnya sebelum Anya memiliki anak dari Ando diluar nikah," jawab Ibu Ando.
"Maksud Ibu apa anak di luar nikah? Kami berdua tidak pernah melakukan.... " Sontak Ando menghentikan ucapannya dan menatap Anya, begitu juga dengan Anya. Mereka berdua saling tatap satu sama lain.