Chereads / Rectangle -Revenge of 3 crazy ex / Chapter 19 - Attention

Chapter 19 - Attention

"Dia.. itu dosenku." Perkataan sepihak Anna membuat Johan dan Laura mengerjap tak percaya.

"Wtf dosen? Siapa na kok lo ga cerita sih ke gue??" Laura menggoyangkan tubuh Anna agar gadis itu melanjutkan ucapannya. Laura yang sahabatnya saja baru tau.

Sebenarnya ada berapa banyak lagi rahasia yang Anna sembunyikan?

"Siapaaa dosen cabul itu na siapaa???" Karna fakultas yang berbeda Laura jadi kurang paham tentang kehidupan Anna semasa kuliah.

Di sisi lain Johan terlihat diam namun sorot matanya menggambarkan kemarahan yang luar biasa, tangannya dikepal kuat dan rahangnya menegang. Seakan milik berharganya dicuri oleh seseorang, bajingan itu ga akan hidup, batinnya.

"Waah serem banget, lo kaya mau bunuh seseorang deh." Sindir Laura yang barusan memperhatikan Johan.

Johan langsung ganti ekspresinya jadi tersenyum seperti biasa, "Haha engga kok kak aku cuma sedikit kesel aja.."  Sepersekian detik berikutnya Johan mengambil botol soju di depan matanya dan Johan meneguk minuman itu secara utuh hingga tak tersisa satu tetespun.

"Woi sedikit kesel apanya, lo ngabisin semua dalam satu teguk? Lo gila ya." Laura tak habis pikir sepertinya Johan sangat marah mengetahui hal ini.

Wajah Johan memerah dan dia cegukan, dia kelimpungan rasanya seperti naik komedi putar. "Hic"

"Hahaha anjir lo kaya anak ilang han." Laura tertawa sekaligus mencari kesempatan agar mendapat aib Johan, memotret pria mabuk itu berkali-kali.

Tak menyadari tindakan sebelumnya Johan yang melihat itu mendekat ke arah Laura, Johan menipiskan jaraknya dan secara singkat menahan pergelangan tangan Laura.

Laura terkesiap, diluar dugaan ternyata Johan sangat tampan dari dekat begini. Matanya sayu dan sorot netra hazelnya bagaikan afeksi yang membuat candu.

Wah gile pesona spek dewa meski luka luka tetep ganteng maksimal.. pantes dulu Anna suka dia, batin Laura.

"Kakak, hic- gaboleh ambil gambar Johan ya hic." Dibarengi cegukan Johan mengatakan hal itu agar Laura berhenti mengambil aibnya.

"Kalau gue gamau gimana?" Laura menggodanya.

"Ah hic kak Laura hic- ja, hic jangan gitu johan hic-" Cegukan Johan tak berhenti dan itu membuat Laura tak bisa menahan tawanya.

Tak sadar jika jarak mereka semakin dekat karna Johan ingin selalu mengambil ponsel Laura tiba-tiba Anna menepis jarak di tengah mereka.

"Jangan ganggu anjing gue Lau, dia itu masih luka.." Ujar Anna masih dalam keadaan mabuknya.

Wah situasi apa ini cukup menarik, "Sans Anna jangan salah paham ya, gue cuma mau ambil aib dia-" Laura menyingkirkan ponselnya tanda dia menyerah dengan senyum terpaksa. Berasa nyamuk aja, batinnya.

Anna beralih menatap Johan, mereka bertatapan singkat sejenak lalu Anna mengelus surai lembut coklat milik Johan. "Jangan nakal lagi bocah nanti lo bisa mati, jaga diri lo baik-baik."

Meski mabuk Johan mendengarnya, Johan bisa menatapnya, Johan merasakan sentuhan lembut Anna di surainya. Johan memberikan senyum tulusnya, "Yesss mommy.."

"Udah gue bilang jangan panggil mommy." Anna masih tak terima panggilan itu.

"Tapi hic Johankan mauu, ayo kak Anna.."  Johan merengek seperti biasanya.

"Gak."

"Mommyy pleasee."

"Gak!"

Gue beneran jadi nyamuk cok  |-Laura

Di waktu yang sama ada seseorang yang tiba-tiba menerobos waktu senang mereka. Seorang pria yang memakai setelan formal, orang asia tapi keliatannya lebih tinggi dari Johan.

Pria itu terengah seperti habis berlarian mengejar sesuatu, "Tuan muda ayo kita pulang."

"Gamauu Yatora ke laut aja sana." Johan menjulurkan lidahnya pada pria itu seperti mengejek sambil memeluk Anna.

Laura ingat ternyata dia Yatora, dia juga bekerja dan selalu menempel pada johan seperti perangko, apa dia berlarian untuk mencari Johan? Daripada itu Laura menyisahkan tenaga terakhirnya untuk memisahkan Johan yang sekarang melekat pada Anna.

Beberapa waktu berlalu akhirnya Johan pulang lebih dulu digendong oleh Yatora, sesuai dugaan Johan pasti tak bisa diam begitu saja. Dia merengek dan membuat beberapa keributan untungnya Yatora bisa mengatasi hal itu.

Akhirnya Anna ditinggal berdua dengan Laura, hanya mereka dan Anna terlelap dalam pangkuan sahabatnya. Laura mengelus surai Anna, "Lo utang crita ke gue na, udah gue bilang jangan suka nanggung semuanya sendirian, ..lo itu emang ya selalu susah dari dulu."

"Mhh.."

"Oh iyaa.." Laura mengambil satu bingkisan dan mengeluarkan isinya, "Gue kan niatnya mau minum-minum disini." Laura ternyata membawa 2 botol soju; Semalaman Laura pun minum sendirian, mabuk sambil mengocehi Anna yang terlelap.

04.50

Jam sudah menunjukkan pukul dini hari, Laura ikut terlelap dan selalu melindur sedangkan Anna tiba-tiba bangun dari tidurnya.

Ini kebiasaanya, setiap jam 4 pagi Anna selalu membuang sampah di pembuangan sampah apartemennya. Itu kegiatan rutin, tubuhnya seakan bergerak sendiri meskipun dalam keadaan mabuk.

Anna mengambil kantung sampah kemudian jalan keluar kamar sempoyongan, pandangannya kabur, kepalanya berat dan juga terasa pusing luar biasa. Tubuhnya seakan bergerak sendiri menempuh jalan biasa ke tempat pembuangan.

"Harus.. buang sampah-" di depan kawasan apartemen, Anna kehilangan keseimbangan dan akan terjatuh tapi kali ini gadis itu entah kembali beruntung atau sial.

Seorang pria tampan, tingginya sekitar 190 cm mungkin bisa lebih, sorot netra biru legamnya menatap tajam Anna. Kaos hitam yang melekat di tubuh kekar pria itu menampilkan sedikit bentuk tubuhnya, Anna melihatnya sekilas siapa yang menangkapnya.

Pria yang tinggi dengan lengan dan bahu yang lebih besar dari Anna; Anna menatapnya kemudian tersenyum dan tertawa sedikit,  "Ketemu nih, dia yang cium aku." Cukup gawat Anna ternyata masih dalam keadaan mabuknya.

Pria itu menatap balik Anna diam, di waktu yang sama satpam apartemen menghampiri mereka.

"Aduh Anna dia mabuk ya tadi kelihatannya-" Sepertinya satpam itu khawatir saat melihat Anna keluar dari kawasan apartemen. Baru sampai disana satpam itu mendapat tatapan tajam dari pria yang bersama Anna seperti elang yang akan mencabik mangsanya ketika mendekat.

Pak satpam kaget bukan main sekaligus merinding, "Kamu-" Tanpa banyak bicara satpam itu pergi berbalik arah. "Apes nih, ternyata rumornya bener serem banget dia, amit-amit ktemu lagi." Gumannya.

Pria itu membiarkan satpam pergi dan tanpa pikir panjang menggendong Anna ala bridal style. "Cukup merepotkan ya mengurus gadis yang mabuk." Katanya, suaranya terdengar berat dan juga seksi.

Anna mengerang kecil membuat pria itu menyeringai, "Hei jangan begitu, kalau aku jahat bisa saja aku menculikmu."

Anna terlihat sangat lemah saat ini dalam dekapan pria itu, "Kamar nomer berapa?" Pria itu tak banyak bicara begitu juga dengan Anna hanya menjawab beberapa pertanyaan yang jelas didengarnya.

Begitu sampai kamar apartemennya pria itu masuk dengan mudah, dia memanfaatkan bagaimana keadaan Anna yang mabuk untuk memberi tau lokasi dan sandi kamarnya.

Pria itu dengan hati-hati membawa Anna ke atas tempat tidurnya, tempat yang berserakan serta Laura yang terkulai di atas lantai menyadarkan keadaan sebelumnya.

"Jadi kalian abis pesta kecil ya." Pria itu mengelus surai lembut Anna dan menatapya lekat sesaat,  "Finally i found u." Ucapnya.

Dalam keadaan tak sadarnya Anna sempat membuka sedikit matanya karna mendengar suara. "Siapa.." Gumam Anna, ia mendengar suara yang tak asing di hidupnya.

Anna melihat pria yang membawanya sekilas kemudian ia terlelap kembali di tidurnya yang singkat.

***

Beberapa waktu berlalu, Anna masih terlelap di tidurnya karna mabuk semalam. Tiba-tiba saja ponselnya berdering kencang dan membangunkannya seketika.

Untungnya hari ini libur jadi Anna bisa sedikit bebas, Anna mengangkat telepon dalam keadaan yang belum fit. "Halo.. siapa ya?" Sapa Anna lemas, kepalanya terasa berat dan pusing.

"Kak Anna udah bangun? Gimana keadaannya?" Suara ini, Johan.

"Um johan.. kenapa?" Anna sepertinya kurang begitu mengingat kejadian semalam.

"Kak Anna mabuk banget semalem, ya aku juga sih, aku udah baikan kak izinin Johan kesana yaaa.." Pinta Johan diseberang telpon.

"Ngapain kesini?"

"Aku cuma mau ketemu kakak, ah ituu- aku juga bawa obat pereda mabuk sama kue barangkali ka Anna suka." Johan sangat mengerti bagaimana menanganinya agar Anna mengatakan 'ya.'

"Kamu kan kemarin luka, apa gapapa?" Anna tak sadar mengatakan itu seperti mengalir begitu saja. Ingatan terakhirnya hanya itu, saat melihat Johan datang kerumahnya dengan keadaan luka dan berantakan. Hati kecilnya terusik.

"Kaak..!" Johan meninggikan suaranya tiba-tiba, Anna sedikit kaget. "Aku seneng banget kak Anna khawatir samaku, nanyain aku." Nada suara Johan terdengar ceria sepertinya Johan sangat senang.

"Tunggu ya kak aku lagi jalan kesana." Lanjut Johan lalu menutup pembicaraannya di telpon. Diantar Yatora dengan mobil; Johan tersipu, salting sendiri karna panggilan tadi, jelalatan seperti ikan bandeng, dia pun mencari parfum di sekitar menyemprotkannya begitu banyak ke dirinya.

"Tuan muda keliatannya lagi senang."  Ujar Yatora sambil mrngemudikan mobil di kursi depan.

"Yaa dong." Dengan ini tekad Johan sudah jelas, dia ingin memperbaiki semuanya, dia harus berjuang bagaimanapun agar bisa diterima Anna.

Di sisi Anna yang mendengar Johan akan kemari, ia bangkit untuk melihat keadaan tempatnya tinggal. Laura masih tidur di lantai, Anna menghela napasnya singkat kemudian membantu Laura pindah ke tempat yang lebih layak ditidurinya.

Anna harus beres-beres dahulu, "Oh iya sampah udah dibuang belum ya." Baru saja Anna mengingat kegiatan rutinnya dan saat itu ia sadar sampah dirumahnya tak ada.

Anna sedikit bingung, "Lho apa udah gue buang ya.." Anna berusaha mengingat apa yang terjadi semalam namun nihil.

Di waktu yang sama ada yang menekan bel kamar Anna dan memanggilnya, panggilan yang menjengkelkan dan terkesan memaksa.

Anna mendendus seraya berjalan niat membuka pintu, perasaannya mengatakan kalau bukan Johan yang sekarang ada didepan pintunya.

Itu benar, "Anna kamu gapapa?? Kemarin kamu mabuk-mabuk ya, aku bawa obat pereda mabuk, diminum ya biar kamu baikan ya." Itu Daniel, wajah mengesalkan yang sangat ingin Anna hajar.

Anna tak tau bagaimana jalan hidupnya kedepan, yang jelas ada 3 pria yang muncul dan menemukannya. Waktunya mereka bertaruh, siapa yang   akan menang atau siapa yang akan kalah.

Ketika itu terjadi keadaan di setiap sisi juga tak begitu baik, "Bagaimana mengatakannya ya." Pertemuan  rahasia di suatu tempat. Uang dan kekuasaan adalah segalanya itu yang mereka percaya.

"Aku tau pekerjaan rahasiamu yang dijuluki Bayangan kasat mata, pembunuh bayaran no 3- assasin klan Ryuzuki."

Orang baru yang mengerahkan segalanya karna uang.

"Aku akan membayarmu besar, bunuh wanita itu, Annabela Jocelyn."