"Maaf yaa karna hari ini Johan terluka, maaf jugaa buat kakak khawatir." Apa-apaan? Kenapa dia masih bisa tersenyum seperti itu saat tubuhnya penuh luka begini.
Anna agak terganggu dengan seyuman bocah itu, rasanya sama seperti melihat dirinya yang dulu. Anna tau betul Johan suka bersandiwara tapi saat ini, berapa banyak topeng yang Johan sembunyikan?
Anna sengaja menekan luka memar johan di bagian pelipisnya. "Aack!" Johan berdecak singkat, "Kak Anna sakit, luka Johan jangan diteken.."
"Pfft." Anna tersenyum tipis, seru juga menjahili anak ini pikirnya. Rasanya seperti terbawa suasana, keteguhan Anna mulai luntur perlahan.
Mungkin karna dirinya melihat kesungguhan Johan hari ini, ketika sedang terluka bisa-bisanya Johan lebih memperhatikan orang lain dan masih bisa tersenyum dikala susahnya.
"Kamu luka-luka begini beli makanan begitu, apa mereka ga takut liat kamu?" Anna bertanya penasaran.
"Ah ituu.." Johan termenung sekejap mengingat perlakuan orang-orang ketika melihatnya. "Yaa yatora-san juga sempet panik sih kak tapi Johan gapapaa kok, Johan kan kuat."
"Makasih ya." Ujar Anna, bagaimanapun ceritanya mau tak mau Anna setidaknya harus mengucapkan terimakasih.
"Harusnya aku yang bilang makasih karna kakak masih mau ngobatin Johan, mengingat waktu itu kakak jutek banget ke aku, Johan jadi sedih.." Ah waktu itu saat sesi pemotretan, nadanya terdengar menurun di akhir, cepat sekali perubahan suasana yang dirasakan anak ini.
Anna jadi merasa tak enak, "Sorry ya, bisa buka baju dulu?" Lebih baik mengganti topik secepatnya pikir Anna, ia tak sadar jika ucapannya malah membuat Johan terkesiap dan membuat wajah lelaki itu jadi memerah seperti tomat rebus.
"B- buka baju.. kak??" Johan membalasnya terbata penuh malu.
"Iya buka baju, biar gue bisa obatin luka di tubuh lo." Anna tak peka, ia masih bisa santai, toh pikirannya memang positif dan berniat hanya 'mengobati' Johan.
Tapi Johan yang daritadi salah pikiran dan fokusnya mendadak kehilangan kata dan pergerakan, apa ini harus apa? Anna yang baru saja mandi, kulitnya masih lembab, pakaian tipisnya cukup menerawangi tubuhnya yang indah, serta celana pendek yang membuat paha jenjang putihnya terekspos dan surai hitam panjang yang agak basah menambah kesan seksi.
Johan salah fokus karna hal itu dan sekarang malah Anna minta buka baju? Sungguh rasanya Johan seperti mau melayang dan membeku diwaktu bersamaan.
"Kenapa diem? cepet buka." Anna masih belum mengerti situasi saat ini.
"Kak.. kakk anu itu- sabar." Johan menjaga jaraknya, bisa gawat nanti.
"Sabar gimana tinggal buka baju doang apa susahnya." Karna Anna tak sabaran ia berupaya membuka kemeja Johan dengan tangannya sendiri. Anna tak memikirkan konsekuensi apa yang akan terjadi, ia hanya berpikir untuk cepat menyelesaikan ini.
"Kak." Johan menahan tangan Anna dan menjatuhkannya kebawah, apa ini? Anna terlihat kebingungan. Anna sekarang ada di bawah kukungan Johan, tenaga macam apa, Anna tak bisa bergerak karna kedua tangannya ditahan Johan ke atas.
Pundak Johan terlihat tegap, sorot matanya lain serta nafasnya terdengar berat diatas Anna. "Kan aku bilang sabar kak.." Netra hazel itu menatap bibir Anna yang terlihat ranum berawarna merah muda, Johan menggigit bibirnya sendiri.
Ini curang, kenapa para pria tampan selalu curang, pikiran Anna bercampur aduk. Netra hazel itu sangat curang, bergitu menggoda diatasnya, surai Johan yang berantakan dan setelan kemeja putih itu membuat Johan lebih menawan dan seksi.
"Kak.." Johan mendekatkan wajahnya, ini bukan pertama kalinya. Ketika saat pemotretan dan di dapur waktu itu, bukan hanya sekali Johan berpikir untuk merampas ciuman dari bibir Anna yang menggoda itu.
Anna diam ditempat, netra hazel itu mengalahkannya entah kenapa rasanya begitu indah, bagai permata yang mengalahkan indahnya berlian yang bersinar. Anna seakan dilahap masuk kedalamnya, mengikuti alur permainannya, tatapan yang lembut beserta ganas.
"Kak aku ga akan berhenti." Johan memperingati wajahnya semakin mendekat, aroma wangi manis dari tubuh Anna semakin menyeruak indra pernapasannya, semakin mabuk Johan dibuatnya, gadis itu berhasil menyalakan sisi lain dari tubuh lelaki yang lebih muda darinya.
"Kak Anna wangi banget.." Johan membisik membuat degup jantung Anna jadi cepat.
Suasana sekitar jadi makin panas tak karuan, aneh padahal baru saja Anna mandi, sepersekian detik bibir mereka akan bertemu.
"ANNAA!!" Suara barang jatuh serta teriakan mengejutkan mereka, Johan refleks melebarkan jarak dan melihat ke sisi lain namun terlambat. Sumber suara ini rasanya Anna kenal, Laura sahabatnya tanpa ampun menendang dan menghajar Johan di tempat.
"Bajingan ini, lo siapa hah? Dasar mesum, lo mau ngapain Anna bangsat, jawab!!" Laura tanpa ampun menghajar tubuh Johan.
"Laura!!" Sebaliknya Anna terlihat panik dan khawatir karna baru saja Johan terluka sekarang lukanya ditambah lagi.
"Anna.. lo gapapa?? Tenang ya meski gue gabisa beladiri kaya lo, gue bisa nendang cowok mesum ini jadi bubur, jangan bilang dia stalker yang waktu itu ya makan nih kaki gue-"
"Bukan gitu Lau-" Anna menyela agar menghentikan Laura, "itu.."
Laura merasa bingung disaat bersamaan dia ingin melihat siapa wajah pria yang ingin melecehkan Anna.
"HAH JOHAN?!" Betapa terkejutnya daritadi Laura ternyata menghajar anak kesayangannya. "Hweee Johan sorry, gomenasai, hampura ah gue minta maaf.. gue gatau itu lo."
Johan terkulai lemas dan tak menjawab ucapan Laura, "Aaak Anna, Johan ga bernapas, Johan ga napas." Seperti biasa Laura itu anak yang tak bisa tenang dengan mudah dan akan panik sejadi-jadinya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Johan agar sadar. "Anak guee.."
Anna menghela napasnya dan mendekat, "Johan, lo gapapa?"
Dengan susah payah Johan menggerakan tubuhnya, "Gapapa kak." Balasnya lemas.
"Maaf Johann.. maafin guee, gue bakal tambahin gaji lo." Laura merengek agar dimaafkan.
Johan balas dengan senyumnya yang kaku, "Gapapa kak Laura, kalau aku di posisi kakak juga bakal begitu buat lindungin kak Anna."
"Syukur lah kalau lo ngerti." Laura benapas lega karna kelihatannya dia sudah dimaafkan. "Eh tapi kalian berdua ada apa nih? Gue ganggu ya? Ini bukan pertama kalinya gue mergokin kalian, jawab jujur deh, kalian itu ada hubungan apa?" Tanya Laura penasaran.
"Lo ngapain kesini Lau?" Alih-alih menjawab Anna balik bertanya.
"Kan lo sahabat gue na, gue belum pernah ngunjungin apart lo yang baru dan kita jadi jarang ketemu ya gue kangen aja. Segitu ganggunya gue ya di waktu kalian-"
"Eh enggaa Lau, gue mau tau aja abis mendadak banget lo malem-malem kesini." Anna cepat menyela agar tak terjadi kesalahpahaman.
"Ya best friend meeting wajarin aja kali, gue juga bawa.. jeng-jeng!!" Laura mengambil satu botol hijau di bingkisan yang dibawanya, sebotol soju.
"?!! ..Soju?"
"Iyadongg kita udah lama ga minum bareng dan kita akan main TOD abis lo ga pernah jawab pertanyaan gue na." Laura menyeringai lebih merasa senang akan menguak sesuatu malam ini. "Lo ga takut kan, Annabella?" Laura menyudutkan Anna.
Anna sedikit mengeryit, bukan masalah takut tapi sebenarnya Anna hanya terlalu lelah hari ini ditambah dengan adanya Johan. Niat menyelesaikan semuanya lebih cepat hari ini malah gagal, "Oke." Dengan sedikit berat hati Anna menerimanya, ia hanya tak ingin mengecewakan sahabatnya, itu saja.
***
Malam berlalu begitu cepat, gelas demi gelas mereka teguk di malam yang dingin. Kepala Anna rasanya seperti terbakar, permainan TOD yang tak kunjung mulai akhirnya dapat dimulai.
Laura mendapat giliran bertanya, "Apa hubungan kalian berdua?"
Rasa pusing dan mabuk kepayang membawa kesadaran Anna. Anna itu tipikal orang yang tak kuat minum, "Johan mantan gue pas SMP hehehe dia lucu kan ya.." Anna akan lebih jujur dan absurd ketika mabok.
Johan dan Laura padahal sama sekali belum mabuk, TOD apanya, ini seperti introgasi pada Anna.
"Tapi gue gasuka Johan.. Johan dulu jahat." Anna melanjutkan, "Jadiin gue anjingnya, perasaan gue dipermainkan seenaknya, gue harus bales dendam iyaaa bales dendam."
Laura melayangkan tatapan sinisnya pada Johan saat itu, sedangkan Johan yang sadar akan kesalahannya menunduk.
Anna minum beberapa teguk dan tertawa sendiri. Johhan meremat kedua tangannya, apa yang dilakukannya dulu sangat bodoh, apakah sudah terlalu terlambat untuk mengubah semuanya?
"Kak Anna ini giliranku kan, truth or dare?" Johan buka suara pada Anna, rasanya ingin mengetahui lebih jauh tentang Anna, lewat cara ini pastilah bisa.
"Eum truth ajaa, gue capek main dare." Balas Anna sedikit meracau setelahnya.
"Kak Anna-"
"Siapa first kiss lo, na?" Laura menyela giliran Johan. Johan berpaling pandangan pada Laura, tatapannya mengatakan, kenapa mengambil gilirannya?
Laura balas menatap lelaki yang lebih muda, "Gue yakin lo juga pasti penasaran tentang hal ini kan han, lo gabisa boong ke gue, sejauh apa lo mau Anna kembali setelah lo nyakitin dia?"
Johan membeku, perkataan Laura sangat benar. Johan seperti tak punya malu datang dan mengacaukan hidup Anna lagi. Johan merasa sangat bersalah tetapi masa lalu tak bisa dirubahnya, hanya ada rasa penyesalan yang menyertai dan karma yang didapat.
"First kiss ya, ada." Ujar Anna yang membuat Johan terkesiap kaget karna mendengarnya.
"Itu Johan?" Tanya Laura, sejujurnya Laura juga cukup kaget karna Anna tak pernah bilang soal ini.
"Hah? Ngapain sama Johan, bukan Johan. Tapi first kiss gue sama dia- eum waktu itu.."
"Siapa kak Anna?" Johan menggeram pada dirinya sendiri, ada rasa kesal sekaligus sesak. Sejauh apa Johan tak tau apapun tentang Anna.
Anna sudah terlihat terlalu mabuk, mukanya sangat merah. "Dia.."