Chereads / GIGOLO GAME / Chapter 14 - AKTOR SEBENARNYA

Chapter 14 - AKTOR SEBENARNYA

Leonardo identitas yang diciptakan oleh Joker sebagai pemuda yang memiliki bakat dan ketertarikan dengan olahraga ekstrem, dan kini terjun ke dalam dunia game yang tengah populer, Lonsdaleite Online (LO).

Tampil sebagai pemuda dengan setelan kemeja casual karena kini tengah ada pertemuan bisnis dengan seseorang yang penting. Seseorang tersebut mengenakan kaos ketat dengan badan besar dan kekar layaknya binaragawan.

"Bagaimana Tuan Edward, atau bisa ku sebut Eldegar?"

"Lebih baik kau rahasiakan, aku malas dengan media."

Pria tersebut adalah Edward Huge, lebih sering disebut Edward dalam dunia artis Hollywood. Sosok pria paruh baya dengan badan kekar dan sangat disegani dalam perfilman terutama genre Aksi. Kerap kali memerankan peran utama tinggal yang mampu menghabisi banyak lawannya dengan kekuatan otot.

"Ok, maaf soal itu."

"Aku pun tidak menyangkan player Leon adalah anak muda biasa, bukan seorang pro player atau semacamnya."

"Sebelumnya aku hanya bermain paralayang, tidak ada yang mengenali."

Kami berdua bertemu di sebuah resort, cukup mewah bertempat di wilayah Batam. Tidak ada kamera dan penjaga. Cukup bebas untuk urusan bisnis seperti saat ini.

Membahas mengenai Baru bertuah yang ku pasang 100 juta lite coin. Harga yang tidak mungkin, namun sengaja agar bertengger menjadi item paling mahal. Untuk memancing pembeli yang sebenarnya.

"Langsung saja, Leon. Aku tertarik untuk membeli benda itu. Dan ada satu hal lagi,"

"Untuk merekrut ku ke Guild Black Moon?"

Aku segera menyambar pembicaraan yang dilontarkan pemilik IGN Eldegar tersebut. Tentu bukan rahasia lagi jika para Guild besar menginginkan Leon untuk bergabung ke Guild mereka. Namun pertemuan kali ini bukan untuk hal tersebut.

"Untuk urusan batu itu, aku sendiri harus memastikan apakah kau pantas untuk memilikinya, sedangkan urusan bergabung dengan Guild, sekarang bukan saatnya. Aku harap kau paham."

"Bocah ini, kau sangat berlagak ya."

Aku menyodorkan tas yang cukup berat ke atas meja, ukurannya cukup untuk sebuah senjata api semacam Egle atau revolver.

"Mungkin aku belum pernah bilang, bahwa aku juga memiliki hobi menembak. Dan ini adalah tempatku, Negeraku."

"Hahahaha..., aku suka."

Pria berbadan kekar itu tertawa sambil bertepuk tangan, ia melepas kacamata hitam miliknya dan menunjukkan mata biru miliknya. Ia terkenal sebagai aktor berdarah dingin, dalam setiap film yang ia perankan.

"Baiklah, aku akan jelaskan kondisi ku,"

Eldegar menjelaskan bahwa ia kini dalam proses mendapatkan sebuah Legendary Class, namun kondisi yang memungkinkan cukup sulit. Ketika melihat deskripsi dari Alchemist Broken Stone: Werewolf yang memungkinkan penggunanya semakin kuat jika Heal Poin miliknya semakin kecil.

Memang proses mendapatkan sebuah Legendary Class dikatakan sebagai salah satu bagian yang sulit dalam game LO. Jika gagal ia tidak akan mendapatkan kesempatan kedua untuk mengulanginya lagi.

"Jadi berapa yang kau punya untuk batu ini?"

Eldegar kembali mengenakan kacamata hitam miliknya dan mulai menjelaskan. Mengenai keuangan Guild nya, bahwa ia bisa saja membeli batu tersebut dengan harga yang tinggi. Namun akan ada event perang yang akan Guild nya hadapi, bersama dengan 8 Guild lainnya, maka ia tidak bisa menggelontorkan dana yang bisa jadi sangat dibutuhkan saat perang berlangsung.

"Baiklah, bagaimana jika aku minta 1jt Lite Coin, dengan satu syarat."

"Kalau kau mau bergabung dengan kami, bisa saja aku bayar 2jt. Hahaha"

"Masih saja berusaha."

Aku menggelengkan kepala, tidak habis pikir masih saja pria ini berusaha untuk merekrut ku sebagai Leon. Untuk saat ini aku tidak bisa bergabung dengan Guild manapun.

"Aku bisa saja membantu Guild mu,"

Di sini aku menjelaskan akan terjun dalam peperangan tersebut dengan pasukan sendiri, dan di sini pun aku punya bisnis, dan bisa saja aku menawarkan kerja sama dengan salah satu Guild besar.

Black Moon adalah salah satu Guild yang cocok karena mereka Guild yang siap terjun ke medan perang, dan di belakang mereka ada para Investor yang tidak lain adalah rekan bisnis Edward. Dan terakhir mereka berada di wilayah Demon Heart, tempat yang akan Aku tuju setelah perang.

"Berarti kita sepakat ya,"

"Kau bocah yang cukup mengerikan,"

Eldegar menyetujui persyaratan dariku dan bersedia membeli batu Bertuah tersebut dengan harga 1jt Lite Coin senilai 15milyar rupiah. Harga yang pantas untuk sebuah benda ajaib yang akan mengubah Eldegar menjadi Player terkuat saat ini.

Kami pun akan memerakan peran masing-masing dalam peperangan yang sudah meletus. Sesegera mungkin kami berpisah dan kembali ke dunia game Lonsdaleite Online untuk memberikan item dan mendaftarkan pertemanan.

"Berarti aku orang pertama yang beraliansi dengan sosok Leon."

"Justru aku yang pertama dong, untuk bekerja sama dengan sosok Player terkuat saat ini."

Kami pun bertemu di dalam game. Kebetulan sama-sama sedang berada di Kota Petualang. Dan segera berpisah untuk bisnis selanjutnya. Di sisi diriku, segera menghubungi Rena bahwa sudah menjual batu tersebut, dan tentu dirinya pun terkejut dengan nominalnya.

"Aku akan mengambil bagianku,"

Sesuai perjanjian bahwa aku mendapatkan 30% dari hasil penjualan baru tersebut, berarti senilai 300ribu Lite Coin. Dana tersebut akan ku gunakan untuk membangun sebuah pasukan dan membujuk Silver Hammer untuk pindah dari Kota Petualang.

"Ciel, pertama kita akan pergi ke Silver Hammer, kemudian tempat para Pembunuh Bayaran tersebut."

"Baik,"

Setelah masalah Ciel dan tentara bayaran selesai, ia pun dapat dengan bebas bergerak asalkan tidak terdeteksi oleh para Guild besar. Karena pergerakan ku selanjutnya pasti akan menarik perhatian.

Sesampainya aku di depan Silver Hammer, terlihat masih banyak pelanggan dari Toko ini, ada beberapa dari salah satu Guild pun datang untuk memborong. Pada titik ini aku menilai bisa saja kehidupan Paman Osman dan Lili meningkat di sini, namun tidak ada yang menjamin. Dan rencanaku harus terlaksana.

"Tuan?"

"Maaf paman,"

Aku sedikit melamun hingga para pelanggan mulai pergi, karena hari pun mulai malam. Kemudian aku mengajak Paman Osman dan Lili untuk makan di luar, dan menutup Toko.

Lili nampak sangat antusias karena jarang sekali dapat makan di luar, di salah satu Restoran di pusat Kota Petualang. Menikmati suasana malam, tanpa harus lelah menempa dan bergejolak dengan besi dan panasnya ruangan penempa.

Kini kami menikmati hidangan lezat, seperti keluarga lain yang dapat meluangkan waktu. Ciel pun berpakaian normal seperti wanita yang tengah berkencan.

"Jadi maksud Tuan Leon, kami harus pergi?"

"Maaf Paman, tapi Kota ini sudah tidak lagi milik pribumi. Seperti namanya."

Obrolan yang membosankan pun hadir menghilangkan kehangatan makan malam kami. Lulu hanya tertunduk tanpa berkomentar, menghormati setiap keputusan dari Pamannya.

"Setelah perang usai Paman,"

"Baiklah, aku percaya Tuan Leon."

Keputusan Paman Osman membuat kembali suasana hangat untuk menemani makam malam kami. Hingga perut terisi dengan penuh dan kami pun kembali ke peran masing-masing.