"Sara.. Sara.." Santi memanggil putri keduanya itu dengan terburu-buru.
Mendengar panggilan ibunya, Sara yang sedang membereskan barang-barang bawaannya pun tergopoh-gopoh berlari ke arah suara ibunya memanggil.
"Iya bu. Ada apa?" Jawab Sara dengan nafas tersengal-sengal saat mendengar panggilan ibunya.
"Kamu sudah siap sayang? Kita kan harus ke acara nikah kakak sepupu kamu. Ibu nggak mau kita sampai terlambat." Jelas ibu Santi.
"Ya ampun bu. Sabar ya.Sara kan lagi menyiapkan keperluan kita. Lagian kan pesta nya masih besok bu. Santai lah bu. Trus, masa iya kita datang dengan tangan kosong. Sara lagi menyiapkan segala yang kita butuhkan di sana bu juga hadiah yang akan kita berikan nanti buat kak Nanda bu."Jawab Sara dengan sabarnya.
" Hahaha. Maaf ya Sara. Maklum ibu kalo panik suka gitu. Ibu terkadang sampai bingung mau ngapain. Yang ada di kepala ibu cuma memanggil kamu. Karena ntah kenapa kalo melihat kamu, ibu ngerasa tenang. Hanya kamu yang selalu mengerti ibu dan peduli sama ibu. Lihat tuh ayah kamu dan saudara kamu yang lainnya. Mereka hanya pergi tanpa peduli apapun. Untung ada kamu, jadi ibu bisa tenang"kata Bu Santi jujur pada Sara anaknya.
"Ahh.. Ibu bisa saja. Sara biasa aja kok bu. Lagian kan memang udah kewajiban Sara untuk peduli sama ibu. Sara kan anaknya ibu. Ya udah sekarang Sara lanjutin lagi ya urus semuanya. Nanti kita biar langsung bisa berangkat." Ucap Sara.
"Jangan lama-lama ya sayang".Suruh Santi pada Sara.
" Siap ibu ku yang cantik jelita."Goda Sara
Ibu Santi hanya tersenyum manis mendengar ucapan anaknya itu. Ibu Santi senang karena Sara selalu tau cara menenangkannya di saat panik dan tau apa yang ada dipikirannya. Sara seperti bisa membaca pikiran dan hatinya.
Tanpa menunggu lagi, Sara segera pergi dari hadapan ibunya. Sara mempersiapkan semua yang akan mereka bawa ke pesta nikah sepupunya itu.
Tak berselang lama, semua yang mereka butuhkan sudah di masukkan Sara ke dalam sebuah tas tengteng. Sara juga membawa tupperware yang sudah Sara isi dengan beberapa macam cemilan yang akan mereka makan nantinya di sana, karena Sara yakin pasti akan ada acara ngobrol - ngobrol dengan sanak keluarga yang lain. Secara kalo tak ada acara khusus akan jarang sekali mereka akan bertemu dan bercengkrama satu sama lain dikarenakan kesibukan mencari nafkah untuk keluarganya masing-masing.
"Ayo bu, kita berangkat sekarang". Sara memanggil ibunya agar mereka dapat pergi segera.
" Ayo Sara. Ibu sudah siap kok. Oh ya, ibu baru sadar Sara. Kita kesana naik apa ya Sara?"Ibu Santi baru sadar kalo mobil keluarga mereka memang sudah di bawa oleh ayahnya Sara saat mereka pergi terlebih dahulu ke tempat pesta akan diadakan.
"Tenang bu. Sara sudah pesan mobil travel via online. Mungkin sebentar lagi sampai ke rumah kita bu.''Sara menjelaskan.
" Syukurlah kamu langsung tau apa yang harus kamu lakukan. Ibu hampir saja bingung kita akan naik apa ke sana." Ibu Santi menghela nafas panjang.
"Santai saja bu. Selama masih ada Sara, serahkan semuanya pada Sara. Ibu tinggal duduk manis saja di boncengan." Sara tersenyum mengatakan hal itu pada ibunya.
"Hahaha.. ada - ada saja kamu Sara." Ibu melayangkan pukulan manja ke bahu Sara.
"Issh ibu. Kok dipukul sih? Sakit tau..!!" Sara pura-pura ngambek pada ibunya.
"Sakit ya Nak. Maaf.. Maaf.. Ibu kelepasan." Ibu Santi memperlihatkan ekspresi penyesalan yang tulus pada Sara.
"Nggak sakit kok bu. Hahaha..!!" Ledek Sara. "Apa semuanya sudah lengkap bu? Apa ada bawaan ibu yang masih tertinggal?" Tanya Sara memastikan.
"Ibu rasa sudah semua deh Sara. Kita tinggal menunggu mobil travel yang kamu pesan saja sekarang" Ibu Santi memastikan semuanya sekali lagi.
"Baguslah bu kalo sudah beres semua. Jadi kita tinggal menunggu mobil travel itu datang dan menjemput kita"
"Iya Sara." Jawab Ibu Santi singkat.
Selang sepuluh menit kemudian , mobil Avanza bewarna Silver pun masuk ke pekarangan rumah Sara sesuai instruksi Sara saat melakukan chat dengan supir travel tersebut sebelum sampai ke rumah mereka. Sara tidak ingin terlalu repot mengangkat barang bawaan mereka yang cukup banyak juga.
"Dengan mbak Sara?" tanya Pak supir saat sudah berada di dalam pekarangan mereka.
"Iya Pak. Saya Sara." Sara mengiyakan pertanyaan pak supir tersebut
"Ada barang mbak? Biar saya yang bantu mbak memasukkannya ke dalam bagasi mobil." Sang supir pun turun dan memperhatikan barang-barang Sara. Tanpa di bilang lagi sang supir langsung bergerak cepat memasukkan barang-barang bawaan mereka satu persatu ke dalam bagasi mobil dengan hati-hati.
"Makasih ya Pak" Ucap Sara tulus pada sang sopir.
"Ada barang lain mbak?" Sara menggelengkan kepalanya tanda kalo semua barangnya sudah dimasukkan ke mobil itu tanda ada satupun yang ketinggalan.
"Tidak ada lagi Pak.Semuanya sudah bapak masukkan ke dalam." Mendengar hal itu pak supir pun lalu menutup bagasinya dan berjalan ke arah depan mobil lalu masuk dan mengambil posisi di balik kemudi mobil tersebut menunggu bu Santi dan Sara selesai dengan segala urusannya.
Melihat itu, Sara lalu memanggil ibunya yang masih di dalam. Sara langsung menutup semua pintu dan jendela rumah dan memastikan semuanya aman lalu Sara beranjak menuju mobil travel yang memuat barang-barang mereka beserta ibu dan supir itu menunggunya. Sara pun masuk ke dalam mobil itu dan mengambil tempat duduk bersampingan.
"Ayo Pak , jalan..!! Titah Sara saat mereka sudah berasa nyaman saat diposisi tersebut.
" Baik mbak." Secepat kilat mobil itu melesat dengan cepat agar mereka cepat sampai ke rumah saudaranya bu Santi.
Tanpa berkata apapun lagi, bu Santi berencana untuk duduk manis di mobil itu.
"Nanti kalo sudah sampai tolong disampaikan ke kami ya, Pak. Manatau kita ketiduran berhubung jarak ke sana lumayan jauh" Titah Sara
"Siap mbak" supir tersebut menjalankan mobilnya hati-hati dengan kecepatan sedang.
Selama perjalanan, Sara dan ibunya hanya diam seribu bahasa.Mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka berdua. Sara pun tidak mau mengganggu ibunya dan mencoba melirik ke arah supir mereka.
"Hati-hati ya pak bawa mobilnya. Bagi saya keselamatan itu jauh di atas segalanya Pak. Lebih baik lambat asal selamat" Sara berbicara dengan supir itu.
"Tenang saja mbak. Saya juga punya keluarga yang harus saya jaga jadi saya pasti hati-hati kok." Sang supir meyakinkan Sara.
Mobil Avanza silver itu pun mulai berjalan dan membelah jalanan ibu kota yang kali ini tidak macet dengan kecepatan sedang agar mereka segera sampai di tempat tujuan mereka.