Malam yang semakin larut membuat semua penghuni rumah Nanda pun akhirnya tertidur karena kelelahan. Besok pun akan digelar sebuah pesta pernikahan kudus Nanda dengan calon suaminya Andes.
Sara pun tidur di kamar nya Nanda. Semua orang salon yang bertugad pun sudah memasukkan barang-barang make up nya ke dalam sebuah tas dan membersihkan sisa -sisa make up yang terjatuh di kamar itu sembari menyapu kamar tempat mereka tadi melakukan perawatan tubuh Nanda dan Sara.
"Kami keluar dulu ya mbak. Biar mbak nya bisa istirahat dan besok bisa bangun pagi untuk di make up" Salah seorang karyawan salon itu pamit pada Nanda.
"Kalian pulang kak? Nggak nginap di sini?" Tanya Sara
"Kami nginap di sini kok mbak. Di kamar tamu sebelah ini. Kalo harus pulang ke rumah kami lagi takut besok nggak keburu ke sini. Takut kesiangan. Jadi bu Ratna memberikan kami sebuah kamar untuk tempat alat-alat make up sekalian tempat istirahat kami mbak." Jelas seorang karyawan itu.
"Ooo.." Sara pun hanya beroh - ria salut dengan persiapan yang dilakukan bu Ratna yakni tante nya itu.
"Ya udah mbak. Kita keluar dulu ya" Pamit karyawan yang lain.
"Iya mbak. Silahkan." Kali ini Nanda yang menjawab saat dia baru keluar dari kamar mandi.
Nanda pun mengantarkan karyawan salon itu ke depan pintu dan menunggu hingga mereka keluar lalu menutup pintunya kembali. Nanda pun berbalik dan berjalan ke arah Sara.
"Mereka udah keluar kak?" Tanya Sara
"Udah barusan." Nanda pun langsung naik ke atas tempat tidurnya dan merebahkan dirinya di samping Sara.
Beberapa menit mereka dalam keheningan dan masuk dalam pikiran-pikiran mereka masing-masing. Tak ada yang memulai pembicaraan sejak hanya mereka berdua saja di kamar itu.
"Kak..!!" Panggil Sara
"Ya..!!" Nanda menoleh ke arah Sara.
"Apa kakak udah siap menikah besok? Secara kan besok status kakak udah beda. Udah jadi nyonya kak." Tanya Sara serius.
"Kalo ditanya siap atau nggak , kakak yakin semua orang yang ditanya itu pasti dalam hati merasa nggak siap. Tapi kan menikah merupakan satu fase kehidupan yang harus dijalani Sara. Jadi siap tidak siap ya kita harus siap menghadapinya. Begitu juga kakak Sara. Kakak mencintai kak Andes, jadi kakak harus siap menerima dia , baik buruknya dia beserta keluarganya. Itulah arti cinta sesungguhnya" Jelas Nanda pada Sara
"Gitu ya kak..!" Sara masih belum mengerti apa yang dikatakan Nanda.
"Kamu udah punya pacar?" Sara pun menggeleng pelan.
"Sudah pernah pacaran?" Sara pun menggeleng lagi.
"Hello.. Kamu ini anak zaman kapan? Masa nggak pernah pacaran sih?" Nanda heran melihat adiknya itu.
"Nggak ada yang mau sama Sara kak?" Sahut Sara lemah.
"Masak sih? Kamu cantik gini nggak ada yang mau? Nanda membelalakkan matanya keheranan.
" Hu.. um.." Sara menggangguk.
Spontan Nanda pun tertawa terbahak -bahak mendengar pengakuan adiknya itu. Nanda tak menyangka di zaman sekarang masih ada orang seperti Sara yang tak pernah pacaran.Benar-benar suatu hal yang sangat aneh bin ajaib menurutnya.
"Ihh kakak. Kok malah diketawain sih..!!" Sara mengerucutkan bibirnya tanpa kesal pada Nanda.
"Eh.. maaf. maaf dek. Abisnya kamu lucu sih. Umur segini masak nggak pernah pacaran." Nanda mencoba menghentikan tawanya yang susah sekali berhenti karena lucunya.
"Udah dong kak. Jangan ketawa terus." Sara makin kesal melihat Nanda nggak berhenti tertawa.
Nanda pun akhirnya duduk, menarik nafas dan membuangnya secara perlahan untuk memberhentikan hasrat ingin tertawanya. Lima menit Nanda melakukan hal itu akhirnya Nanda pun bisa diam.
"Udah dek. Kakak nggak tertawa lagi." Nanda menarik nafas sekali lagi.
"Ya udah yuk tidur lah kak. Biar besok cepat bangun kak. Dan wajah kakak fresh saat menikah besok." Ajak Sara.
"Kamu masih marah Sara?" Lirik Nanda sebelum kembali membaringkan badannya lagi.
"Nggak kak. Sara nggak marah sama kakak. Beneran kok. Liat nih, Sara aja tersenyum" Sara memaksakan senyum di wajahnya.
"Yee.. Anak kecil pun tau kalo itu senyum terpakasa Sara." Nanda terkekeh kecil melihat tingkah Sara
"Ya udah lah kak. Yok tidur. Sara ngantuk nih abis di massage tadi." Ajak Sara lagi.
"Ya udah deh kalo gitu. Yok." Nanda membaringkan badannya lalu mengambil handpone nya yang berada di nakas samping tempat tidurnya. Nanda memasang alarm agar merek nanti tidak terlambat bangun.
Nanda mengembalikan handphone nya ke nakas itu. Lalu memejamkan matanya. Sebenarnya di dalam hatinya Nanda merasa sangat gugup. Saat ini jantungnya seakan mau copot. Tapi Nanda berusaha tenang dan mencoba untuk tidur agar besok bisa bangun dalam keadaan fresh. Tak berapa lama pun, Nanda tertidur.
***************
"Mbak.. Mbak.. Mbak Nanda.. Bangun mbak. Sudah subuh mbak!" Bi Sumi menggedor-gedor kamar Nanda untuk membangunkannya.
Beberapa menit menunggu masih tak kedengaran suaranya, Bi Sumi mengambil kunci cadangannya. Bi Sumi pun langsung bergerak masuk ke dalam kamar itu.
Bi Sumi mendekat ke arah tempat tidur. Kedua gadis itu pun masih dalam posisi tidur cantik diatasnya.
"ckckck.. anak gadis kok tidur nya kayak kebo sih. udah digedor gedor nggak kedengaran juga" batin bi Sumi sambil menggelengkan kepalanya.
Bi Sumi yang sudah tidak sabaran pun, menggoyang goyangkan badan Nanda.
"Mbak Nanda..!! Ayo bangun, mbak. Kan mau nikah hari ini. Masak tidur terus. Atau mau bibi aja yang gantiin posisi mbak jadi mempelai perempuannya, jadi mbak bisa tidur terus" Racau bi Sumi nggak jelas.
Nanda yang sudah setengah bangun pun mendengar omongan bi Sumi pun langsung duduk dan mengucek matanya untuk mengembalikan kesadarannya.
"Enak aja bibi yang mau gantiin aku. Mas Andes hanya milikku bi. Punyaku. Nggak boleh diambil yang lain." Protes Nanda walau dalam keadaan setengah sadar.
"Hahaha.." Ketawa bi Sumi meledak. " Kalo dengar nama calon suaminya aja langsung cepat sadarnya ya mbak" Ledek Bi Sumi.
"Iya dong bi. Mas Andes is my mine. I love you mas." Mata Nanda berbinar-binar menceritakannya.
"Ya udah makanya. Kalo mau nikah ya cepat dong bangunnya. Dandan yang cantik. Biar babang Andes kesemsem sama mbaknya dan nggak ngelirik yang lain." Saran bi Sumi.
"Tapi nggak apa-apa deh ngelirik yang lain. Manatau babang Andes ngelirik bi Sumi kan. Secara bi Sumi kan sebelas dua belas cantiknya sama mbak Nanda." Bi Sumi menjahili Nanda agar secepatnya bangun dan bersiap-siap untuk di make up agar tidak terlambat saat acara pernikahannya hari ini.
"Nggak mungkin lah bi. Mas Andes adalah laki-laki paling sempurna dan setia yang pernah Nanda temukan. Nggak mungkin dia ngelirik yang lain. Apalagi orangnya itu bi Sumi. Harus mikir ribuan kali dia nya." Ucap Nanda memuji calon suaminya itu.
"Hahaha.. Udah ahh. Ayo lekas mandi mbak biar bibi suruh masuk mbak salonnya." Suruh bi Sumi.
"Siap bi. Aku mandi dulu. Bibi tolong bangunkan Sara juga ya sebelum keluar dari kamar ini" Titah Nanda.
Tanpa menunggu jawaban bi Sumi, Nanda beranjak ke kamar mandi dan mandi secepat mungkin di sana. Bi Sumi pun membangunkan Sara. Lalu bi Sumi pun pergi meninggalkan kamar itu dan melangkah memanggil karyawan salon yang jadi MUA di pernikahan Nanda.
*************
Beberapa jam kemudian...
"Wah, kak Nanda. Kakak bener-bener cantik sekali. Aura nya kakak keluar begitu sehingga wajah kakak jadi berbinar-binar gitu. Gemes deh ngeliatnya" Sara tak sedikitpun mengedipkan matanya melihat penampilan kakak sepupunya itu yang begitu tampil anggun mempesona.
"Yang bener Sara? Memangnya aku secantik itu?" Nanda seakan speechless.
"Bener kak. Tanya aja tuh mbak MUA nya." Sara meminta pertolongan MUA tersebut untuk meyakinkan Nanda akan perkataannya.
"Bener sekali mbak. Mbak cantik sekali seperti bidadari. Mas nya pasti nggak akan pernah berpaling ke perempuan manapun kalo istrinya secantik ini." Puji karyawan MUA itu.
"Mbak terlalu berlebihan deh memujinya." Wajah Nanda memerah seperti tomat mendengar pujian itu.
Nanda, Sara dan karyawan MUA itu saling bercanda dalam kamar itu untuk mengusir ketegangan Nanda. Dia sebenarnya tau kalo sang calon pengantin itu sangat nervous. MUA itu membantu mencairkan suasananya dengan melontarkan berbagai candaan dan pujian pada Nanda.
Karena saking serunya, mereka tak menyadari mamanya Nanda masuk ke kamar itu.
"Wah meriah sekali di kamar ini, ada apa? Kamu udah siap Nanda? Kita harus berangkat ke gedung. Disana Pak Pendeta sudah menunggu menikahkan kalian" Bu Ratna bicara rentetan kata itu untuk anaknya.
"Sudah siap kok ma. Ayo kita berangkat" Ajak Nanda.
"Tunggu dulu Nanda" Bu Ratna memperhatikan penampilan anaknya itu dari atas sampai ke bawah.
"Cantik sekali kamu sayang. Mama sampai pangling lihatnya." Ucap Bu Ratna melihat penampilan anaknya.
"Anak siapa dulu dong. Anaknya mama. Udah pasti dong cantik . kan mamanya sendiri juga cantik" Nanda menggandeng tangan mamanya dan bersender ke bahu mamanya.
"Anaknya mama dong pastinya" Bu Ratna pun senang mengatakannya.
"Sara, kamu mau ikut mobil tante atau mobil keluarga kamu?" Tanya Bu Ratna melihat Sara di sana.
" Ikut keluarga Sara aja tante. Sekalian Sara mau mengecek mama apa mama sudah selesai atau belum"Jelas Sara.
"Baiklah kalo begitu. Kami duluan ya Sara. Tante tunggu kalian di gedung ya. Jangan sampai telat"
"Iya tante" Jawab Sara.
"Kakak duluan ya dek" Nanda pun pamitan, Sara hanya memeluk Nanda dan mengangguk mengiyakan perkataan kakaknya itu.
Tak lama kemudian, bu Ratna membawa Nanda turun dan berkumpul dengan keluarga yang lain. Di sana sudah bertengger bus pariwisata yang akan membawa para keluarga ke gedung pernikahan.
Sara pun menemui keluarganya. Sara berjalan menelusuri ruang tamu. Tanpa sengaja Sara melihat sosok pria yang semalam dia cari-cari.
"Hey.. tunggu..!!" Setengah berlari Sara mengejar laki-laki yang membuatnya penasaran itu. Tapi sialnya laki-laki itu menghilang lagi ntah kemana. Sara kehilangan sosoknya lagi.
"Siapa sih orang itu? Kok selalu hilang timbul kayak gitu? Buat orang penasaran aja" Monolog Sara dalam batinnya.
Karena yang dicari pun sudah tak mungkin lagi di dapat, Sara pun mempercepat langkahnya menuju ke arah keluarganya agar dapat segera pergi ke gedung pernikahan itu.