Berbagai persiapan menjelang pernikahan Nanda telah dilakukan. Hampir sembilan puluh persen anggota keluarga mereka pun telah hadir dan menginap di rumah keluarganya Nanda.
Untungnya, keluarga Nanda merupakan salah satu keluarga kaya. Rumah keluarga Nanda pun sangat luas walaupun hanya ada satu lantai. Banyak juga kamar yang tersedia di rumah itu. Sehingga para tamu mereka tidak akan kesulitan mendapat kamar. Kalo pun tidak kebagian kamar tamu , di rumah mereka yang luas itu ada ruang keluarga yg cukup untuk menampung tamu yang tidak mendapatkan jatah kamar. Walau hanya seperti ruang tamu, ruang keluarga itu sudah disulap sedemikian rumah agar tamu mereka bisa tidur nyaman di situ malam ini.
Tamu yang kebanyakan keluarga dekat yang menginap di rumah Nanda dilayani oleh asisten rumah tangga yang ada di sana. Semua keperluan makanan, minuman, perlengkapan tidur dan perlengkapan mandi pun sudah disediakan oleh para asisten rumah tangga di sana atas titah dari kedua orangtua Nanda.
Kedua orangtua Nanda pun begitu sibuk menyapa sanak keluarganya yang akan menginap di rumah itu. Mereka tak ingin ada yang kurang dalam segala hal. Walaupun hanya dalam hal kecil. Orangtua Nanda ingin pesta pernikahan yang meriah dan terkesan mewah. Karena Nanda adalah putri mereka satu-satunya.
"Bi.. Bibi.. Bi Sumi" Ibu Ratna yakni mamanya Nanda memanggil asisten rumah tangga senior di rumah itu.
Dengan tergopoh-gopoh asisten rumah tangga yang dipanggil mama nya Nanda itu pun datang menghampiri majikannya.
"Ada apa nyonya?" Sahut bi Sumi.
"Gimana keadaan rumah bi? Apa ada yang kurang? Apa semua kerjaan bibi dan lainnya sudah beres? Nggak ada masalahkan bi?" Pertanyaan yang bertubi-tubi dilontarkan oleh bu Ratna kepada kepala pelayan di sana.
"Sudah beres semua nyonya. Makanan dan minuman untuk tamu yang menginap di sini sudah ready semua. Tadi pihak catering yang nyonya pesan pun sudah datang. Tuh, mereka di banti Ani dan Tuti untuk mempersiapkan makan malam hari ini nyonya" Jelas Bi Sumi pada majikannya sambil menunjuk ke arah kedua asisten rumah tangga lainnya yang sedang sibuk membantu pihak catering. Memang bukan Ani dan Tuti lah nanti yang akan membagikan makanan-makanan itu, melainkan pihak dari catering sendiri. Ani dan Tuti hanya membantu menyusun dan menunjukkan kemana makanan-makanan yang dipesan oleh majikannya di letakkan.
Bu Ratna yang melihatnya mengangguk-angguk lega karena puas atas kerja asisten rumah tangga nya itu. Mereka sangat cekatan dan terampil melakukan pekerjaannya. Ditambah lagi bi Sumi yang menjadi asisten rumah tangga senior atau bisa di sebut kepala pelayan di rumah itu pun sangat teliti dan rapi saat bekerja sangat membantu bu Ratna yang memang sedang tidak bisa fokus pada satu hal. Jadi untuk urusan makanan minuman dan keperluan para tamu akan menjadi tanggung jawa Bi Sumi. Dengan senang hati Bi Sumi menyanggupi tugas dari majikannya tersebut.
"Bagus bi. Saya senang dengan hasil kerja bibi dan yang lainnya. Saya bisa fokus mengurus hal lain bi." Ratna memuji hasil kerja bi Sumi dan rekan-rekannya.
"Terima kasih nyonya atas pujiannya. Lagian itu sudah menjadi kewajiban saya. Apalagi yang akan menikah besok itu adalah non Nanda anak majikan saya. Non Nanda pun kan sudah saya anggap anak sendiri nyonya. Jadi saya akan melakukan yang terbaik untuknya apalagi ini adalah hari pernikahannya. Yang pastinya hanya sekali seumur hidup." Kata Bi Sumi.
"Makasih bi." Bu Ratna tersenyum ramah.
"Oh iya bi. Saya kok nggak melihat Nanda ya? Kemana dia bi? Jangan bilang dia keluar bi? Kan nggak boleh calon pengantin keluar rumah apalagi pernikahannya besok. Kata orang kan kalo orang yang mau menikah itu punya darah manis yang bahaya jika keluar-keluar rumah." Kata Bu Ratna cemas
"Tenang nyonya. Non Nanda ada di kamarnya bersama dengan Non Sara. Mereka sedang melakukan perawatan tubuh di dalam sana. Katanya non Nanda sih biar dia glowing saat acara pemberkatan pernikahannya besok" Jelas bi Sumi pada majikannya itu.
"Syukurlah bi. Jantung saya hampir copot kalo sampek terjadi apa-apa pada Nanda." Bu Ratna bernafas lega kekhawatirannya tidak terbukti.
"Makanya nyonya jangan terlalu panik. Tenang nyonya. Coba tarik nafas sebentar lalu buang biar lebih tenang." Saran bi Sumi.
"Gimana bisa tenang si bi? Ini kan pernikahan putriku. Saya gugup banget bi. Malah saya rasa lebih gugup saya dari pengantinnya sendiri! " Curhat Bu Ratna.
"Hahaha. nyonya ada-ada saja deh. Ya udah coba relax nyonya. Yakinlah semua rangkaian acara pernikahan besok pasti lancar dan nggak ada gangguan. Saya percaya itu nyonya."
"Amin bi. Mudah-mudahan ya bi. Makasih atas doa-doanya." Ucap Bu Ratna.
"Sama-sama nyonya. Kalo gitu saya balik ke belakang ya nyonya mau mengecek apa lagi yang kurang dibelakang." Bi Sumi undur diri dari majikannya.
"Silahkan bi. Maaf sudah mengganggu. Kalo ada kurang apapun kabari saya ya bi." Ucap bu Ratna.
"Siap nyonya. Saya permisi nyonya" Bu Ratna hanya mengangguk mengiyakan kepergian bi Sumi dari hadapannya untuk mengurus segalanya di belakang.
Seperginya bi Sumi, bu Ratna melangkahkan kakinya ke kamar Nanda. Bu Ratna ingin mengecek putri nya itu di kamar.
Tak lama kemudian, bu Ratna telah tiba di depan pintu kamar Nanda. Bu Ratna pun mengetok pintu kamar itu sebelum masuk ke dalamnya karena bu Ratna tau bahwa di kamar itu bukan hanya Nanda seorang yang ada tapi ada beberapa pegawai salon yang mengurus perawatan tubuhnya dan juga ada Sara sepupu dari Nanda.
"Masuk saja pintu nggak dikunci kok" Sahut Nanda yang mendengar pintu kamarnya di ketok seseorang dari luar.
Nanda pun sedikit membenarkan letak sarung yang dia pakai menutupi tubuhnya yang sedang di masaage itu. Setelah itu melihat siapa gerangan yang datang ke kamarnya.
"Mama..!!" Kata Nanda begitu melihat mamanya masuk ke dalam kamarnya.
"Iya sayang. Apa mama mengganggu kamu?" Bu Ratna bertanya dengan lemah lembut pada Nanda.
"Sejak kapan sih mama pernah ganggu Nanda ma. Mama bebas kapan saja masuk ke dalam kamar Nanda kapanpun mama mau. Nanda nggak masalah kok." Ucap Nanda.
"Mana bisa gitu sayang. Nanti setelah kamu menikah, mana bisa kamu seenaknya pergi, pulang ke rumah ini. Mama pun begitu. Mama juga mana bisa keluar masuk seenaknya lagi ke kamar kamu. Kan kamu sudah punya suami. Apa-apa harus dengan izin suami" Jelas bu Ratna mamanya Nanda.
"Bener tuh yang tante bilang kak. Kalo kita sudah menikah kita punya batasan-batasan yang harus kita jaga." Sara ikut nimbrung pembicaraan ibu dan anak itu membuat bu Ratna menoleh ke arah suara Sara.
"Eh, ada Sara rupanya ya di sini" Sapa Bu Ratna ramah pada Sara.
"Iya tante. Tadi kak Nanda ngajak Sara sekalian ikut perawatan di sini. Nggak apa-apa kan tante?" Sara minta izin sama mamanya Nanda.
"Nggak apa-apa kok sayang. Kamu kan sudah tante anggap anak sendiri sama seperti Nanda."
"Makasih ya tante..!;" Sara bangkit tempatnya berbaring dan menyalam bu Ratna sebagai tanda hormat kemudian kembali ke posisinya seperti tadi.
"Ma, mama sedih ya Nanda menikah?" Ucap Nanda melihat wajah sendu mamanya memperhatikan dirinya dari tadi.
"Kenapa mama harus sedih Nak. Harusnya mama senang dong. Kewajiban mama dan papa kamu sebagai orangtua setelah selesai menyekolahkan kamu adalah mengantarkan kamu ke ke pintu gerbang pernikahan. Dan sekarang hal itu sudah di depan mata dan akan terjadi. Mama sangat senang sekali sayang." Jelas mamanya Nanda.
"Trus kenapa daritadi mama pandangin Nanda kayak gitu ma. Kayak sedih gitu."
"Mama nggak sedih sayang. Mama cuma berpikir waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemaren kamu mama lahirkan sekarang sudah mau menikah saja." Jelas mama nya lagi.
"Hahaha.. Namanya juga hidup ma. Ya kali masa kecil terus." Nanda berusaha mencairkan obrolan mereka.
"Iya juga sih. Hahaha." Mama Nanda berusaha tertawa. "Pesan mama cuma satu Nak. Pernikahan itu sekali seumur hidup. Di agama kita perceraian itu di larang. Jadi tetaplah jaga pernikahan itu baik-baik ya. Nurut sama suami. Kalo suami marah kamu jangan ikutan marah dulu. Diamkan saja dulu sampai suami tenang. Baru setelah tenang kalian bicarakan lagi apa yang sebenarnya terjadi supaya didapat jalan keluarnya. Dan jangan pernah mengumbar aib suami kepada siapapun termasuk kepada keluarga. Cukup kalian berdualah yang tau ya sayang. Dan yang paling penting sekali adalah jangan pernah lupa beribadah. Selalu dekatkan diri pada Tuhan. Serahkan segala hal baik itu hal yang buat sedih atau senang kepadaNya ya sayang. Dan yang paling penting jangan pernah lupakan mama dan papa ya. Ingatlah sayang mama sama papa selalu ada di sini di saat kamu butuh saran atau apa. Walau mungkin kita tak bisa lagi sedekat ini" Ucap mama Nanda sambil mengelus-elus kepalanya Nanda.
Refleks Nanda memeluk mamanya. Nanda pun tak bisa menahan tangisnya di dalam pelukan mamanya itu. Butiran bening dari matanya pun berjatuhan tanpa di sadarinya. Seketika suasana di kamar itu berubah menjadi suasana yang haru. Terlihat semua orang yang di situ pun perlahan mengelap air matanya dengan sembunyi-sembunyi mendengar pembicaraan ibu dan anak itu. Termasuk juga Sara yang ada di sana. Sara terharu sekali mendengarkannya.
"Iya ma. Nanda akan mengingat semua pesan-pesan mama ini" Kata Nanda masih di dalam pelukan mamanya.
"Udah jangan nangis sayang. Nanti matanya jadi bengkak. Kan jadi nggak cantik besok" Hibur mama Nanda sembari menghapus jejak air mata Nanda dari wajahnya
"Iya ma" Nanda pun berusaha menghentikan air matanya dan mencoba tersenyum.
"Nah gitu dong. Kan kalo senyum kamu jadi cantik" Ledek mama Nanda.
"Makasih ma. Makasih karena mama sudah menjadi mama terbaik buat Nanda"
"Sama-sama sayang."Mama Nanda pun beranjak berdiri. " Mama balik ke depan lagi ya sayang. Kasian papa kamu harus mengecek semuanya sendiri."Mama Nanda pamit lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu. Tapi baru dua langkah mama Nanda berbalik lagi.
"Ada apa ma?" Nanda pun heran melihat sikap mamanya.
"Jangan keluar-keluar ya sayang sampai pesta pernikahan kamu selesai" Mama Nanda berhenti bicara sebentar lalu menatap Sara gantian. "Sara, kamu temani kakak kamu ya. Jaga dia jangan sampai dia kemana-mana" Titah Bu Ratna pada Sara.
"Siap tante. Sara pasti akan menemani kak Nanda di sini." Sara mengiyakan permintaan tantenya itu.
"Abis perawatan ini kalian makan langsung tidur. Kan besok harus bangun jam 3 pagi untuk didandani. Jangan begadang ya" Pesan mama Nanda.
"Siap ma." Jawab Nanda.
"Siap tante" Jawab Sara tegas.
Ketiga orang itupun tertawa bersamaan. Setelah dirasa cukup mama Nanda pun kembali membalikkan badannya dan melangkah ke arah pintu meninggalkan kedua orang itu yakni Nanda dan Sara melanjutkan perawatan tubuh mereka di sana. Bu Ratna kembali membantu suaminya melayani para keluarga dekatnya yang sudah banyak datang.