Ewa Lani yang menjanjikan satu sumpah peri pada seorang pria tak dikenal menjadi sangat kaget, dia tak menyangka pria itu akan menukarkan satu janji perinya untuk sebuah pernikahan.
"Apa kau gila pria aneh! Baru saja kita bertarung di depan sana, tapi sekarang bisa-bisanya kau meminta sumpah periku untuk menjadi pengantinmu?"
"Memangnya kenapa? Bukannya kau bilang aku cukup tampan tadi?"
"Tapi untuk menikah seorang peri juga butuh cinta! Kau tak lihat aku masih bocah!" ujar Ewa Lani kesal.
"Bocah apa? Aku yakin umurmu sudah ratusan tahun, bahkan lebih tua dariku! Peri dari Hutan Igdrasil yang selalu tampak remaja bila belum merasa jatuh cinta! Benar bukan dugaanku!" ujar pria tampan berambut perak itu.
"Sudah jangan bicara itu lagi, kau bisa minta yang lain untuk janji periku!" ujar Ewa Lani.
"Aku tak mau! Kali ini aku benar-benar serius! Aku tak membutuhkan apapun, aku hanya membutuhkan pasangan! Dan aku rasa kau gadis yang tepat untuk menjadi pengantinku!" ujarnya tanpa basa-basi.
"Sudahlah Tuan, coba kau pikirkan lagi, aku tak mau menikah denganmu! Tolong jangan paksa aku!"
"Memangnya kenapa? Bukannya aku tampan? Kuat! Kaya! Apa lagi yang kau butuhkan untuk calon pengantin Nona?" tanya pria itu realistis.
"Aku tak tertarik tinggal dan membangun rumah di danau gelap ini! Membayangkan saja aku tak mau!" ujar Ewa Lani semakin emosi.
"Ah itu, aku juga punya kerajaan di luar sana Nona! Mungkin jika aku melamarmu langsung ke ibumu di Gunung Carmella dia akan langsung menerimaku!" ujarnya santai.
"Kau mengenal ibuku?" Ewa Lani heran.
"Haha, iya aku kenal. Bukannya kita pernah ditunangkan beberapa tahun yang lalu!? Apa kau lupa kau telah menolakku!" ujarnya diluar dugaan.
Ewa Lani diam, dia mencoba mengingat siapa saja pria yang telah ditolak untuk dinikahkan dengannya. Dia mengingat lagi tapi karena dia selalu menolak tawaran pernikahan yang dibuat oleh ibunya, Ewa Lani tetap tak bisa mengingat siapa pria aneh yang ada di depannya.
"Astaga, kau benar-benar lupa pada tunanganmu! Kau memang payah! Terserah saja lah, kau mau pergi keluar sana atau tetap di sini? Yang jelas aku tak akan berubah pikiran tentang permintaanku!" ujarnya tanpa basa-basi.
Ewa Lani berpikir lagi, pernikahan bukanlah ide yang bagus. Apalagi jika dikatakan dengan sumpah peri yang akan berubah menjadi hukuman mati jika si peri melanggar sumpahnya. Tapi saat ini Ewa Lani benar-benar ingin keluar dari sana.
"Siapa namamu?" tanya Ewa Lani.
"Ah iya, aku Cedrico Nona Ewa Lani peri dari Hutan Igdasil! Aku adalah peri air, kalau kau ingin melewati danau ini dengan selamat, kau meminta tolong pada orang yang tepat!" ujar pria yang ternyata sangat mengenal Ewa Lani itu.
"Oh jadi kau Cedrico dari kaum Peri Air. Maaf karena aku masih tak mengingatmu, tapi Cedrico aku tetap tak bisa langsung menjanjikan pernikahan. Aku hanya akan menawarkan pernikahan bila kau bisa membuatku jatuh cinta padamu dan mengubahku menjadi seorang peri dewasa, maka aku akan jadi pengantinmu!" ujar Ewa Lani.
"Membuatmu jatuh cinta?"
"Iya, buat aku jatuh cinta padamu maka aku akan bersedia menjadi pengantinmu!" ujar Ewa Lani membuat syarat.
"Emmm..itu tak terlalu buruk. Bisa kuanggap sebagai kencan sebelum pernikahan, lagipula itu bisa membuat kita lebih dekat! Baiklah, aku setuju! Buatlah sumpah perimu sekarang dan aku akan mengantarmu keluar dari sini segera!" kata pria tampan itu setuju.
Ewa Lani segera mengucapkan sumpah peri dengan sihir.
"Aku Ewa Lani Peri Hutan Igdrasil bersumpah akan menjadi pengantin Cedrico apabila dia berhasil membuatku mencintainya dan mengubahku menjadi peri hutan dewasa!" sumpah peri telah terucap.
Sumpah sihir itu membuat lingkar cincin ilusi berwarna kuning menyala di jari kelingking Ewa Lani dan Cedrico sebagai tanada dibuatnya Sumpah Peri. Cincin itu akan hilang bila yang diberi janji mati atau merelakan sumpahnya untuk tidak ditepati oleh si pemberi sumpah. Sedangkan untuk peri yang memberikan sumpah perinya akan mati apabila dia mengingkari janjinya. Sebuah konsekuensi yang cukup mengerikan untuk peri pelanggar sumpah.
"Baiklah, kita sudah terikat sumpah sekarang! Bawa Mosbeeflymu kita akan menuju dunia luar sekarang!" ujar Cedrico.
Ewa Lani segera mengambil kantong Mosbeeflynya dan mendekat ke arah Cedrico yang mulai bersiap mengumpulkan energi untuk membuat gelembung sihir. Gelembung sihir itu bisa melindungi Ewa Lani dan serangga bersayapnya agar tetap bisa bernafas di dalam air.
"Kyosa.....Waseyora...! Mantra sihir diucapkan Cedrico dan membuat gelembung yang cukup besar.
"Kau sudah siap ayo kita berangkat!" ajak Cedrico yang dibalas anggukan Ewa Lani.
Cedrico mengajak Ewa Lani menyelam, mulai dari permukaan danau yang terlihat indah sampai terlihat sangat gelap. Peri air memang berbeda dengan peri hutan, mereka sama sekali tak kesulitan bernafas di dalam air. Semakin masuk ke dalam semakin gelap bahkan Ewa Lani tak melihat apapun di sana. Dia mulai berpikir, kalau saja pria yang ada di sampingnya itu ingkar janji mungkin itu adalah hari terakhirnya.
"Sangat gelap, apa kau takut?" tanya Cedrico yang mulai membuat sihir penerangan di tangannya.
Ternyata selain bisa membuat gelembung, sihir peri air juga bisa membuat sihir penerangan di bawah air.
"Danau bawah tanah ini tembus ke Danau Lumina di dunia atas, Danau Lumina adalah danau yang sangat luas yang juga bisa membawamu ke Samudra Arasely," terang Cedrico.
"Bagaimana bisa kau menemukan tempat ini?" Ewa Lani heran.
"Aku pria yang suka berpetualang, bukankah aku cukup mempesona!" goda Cedrico.
Ewa Lani hanya memberikan senyuman miringnya, dia malas berdebat dengan pria yang sepertinya sangat percaya diri itu.
"Lihat itu Ewa Lani, ikan besar itu sedang melihat kita, dia sepertinya lapar? Apa kau siap melesat lebih cepat sekarang?" ajak Cedrico.
"Dia mendekat kemari Cedrico, dia bisa memecahkan gelembung ini! Ayo cepat...!"
"Jangan khawatir Nona! Nikmati perjalananmu!" Cedrico segera berenang cepat dan mendorong Ewa Lani dengan kecepatan penuh.
Ewa Lani berputar-putar, gelembung yang melindunginya berjalan dengan sangat cepat. Ikan aneh yang ukurannya sangat besar itu tampak mengejar tapi lama-lama sepertinya dia menyerah karena kecepatan berenang Cedrico sangat luar biasa.
"Hahaha... kau tak akan bisa mengejarku ikan! Kau terlalu gemuk untuk adu kecepatan!" cemoohnya.
Cedrico hentikan! Aku pusiiiiiingggg.....! Pelankan gelembungnya...!" protes Ewa Lani yang sekarang benar-benar pusing karena terputar-putar dengan cepat.
"Ups..! Maaf..maaf...! Hahaha... kau kan terbiasa jika lama-lama berenang denganku!" ujarnya malah senang.
"Hhhh...Kuharap ini yang terakhir!" gumam Ewa Lani lirih.
"Sabarlah, sebentar lagi kita akan melihat lubang ke dunia luar, kau lihat kan disini sangat terang!" ujar Cedrico.
Danau perak mulai tampak keindahannya saat cahaya matahari dari dunia luar masuk menembus gelombang air. Ikan berwarna-warni dan beberapa tumbuhan danau tampak sangat indah. Ewa Lani terbius dengan keindahan bawah danau di tempat yang dikatakan surganya Hutan Hujan Kristo itu. Danau Lumina, danau tempat Rei dan Kakek Linco berenang berburu ikan kemarin dan hari ini Ewa Lani ada di sana.