Ewa Lani menatap sinis pria di depannya. Memang benar apa yang dikatakannya, bertarung dengan sihir yang kuat hanya akan memperparah kondisi hutan bawah tanah itu.
"Kau sudah menyerah! Berarti aku boleh lewat!" ujarnya sembari berjalan masuk semakin ke dalam.
Pria itu tak berkomentar, dia hanya berjalan mengikuti Ewa Lani dari belakang. Ewa Lani yang tak nyaman langsung saja protes.
"Kenapa kau mengikutiku?"
"Kita hanya berjalan ke arah yang sama, siapa juga yang mengikutimu!" ujarnya tak kalah sinis.
Ewa Lani meneruskan jalannya dengan lebih cepat, hutan itu memang remang-remang tapi semakin masuk ke dalam ternyata ada secercah cahaya yang cukup terang di kejauhan. Ewa Lani yang penasaran mempercepat langkahnya, begitu juga dengan pria aneh yang mengikutinya tadi.
Sampailah Ewa Lani ke sebuah danau yang sangat besar berwarna perak. Banyak lumut kristal di langit-langit atas danau. Tampak indah dengan banyak tanaman dan ikan yang meloncat-loncat. Sebuah danau di dalam tanah, Ewa Lani ingat kata Antonie bahwa sumber air di Green Hole salah satunya berasal dari danau di dunia atas.
Mungkin di sini adalah sumber mata air yang dimaksud Antonie. Pria yang berambut perak itu sekarang benar-benar tampak jelas. Matanya oranye wajahnya tajam dengan kulit putih pucat sangat tampan. Sudah pasti pria itu bukan dari Kaum Caterpi karean punya bentuk yang jauh berbeda.
"Hei! Pria aneh! Di mana jalan menuju dunia atas? Di sini hanya ada danau?"
"Hahh... ! Apa seperti itu caramu minta tolong? Kau cari sendiri saja!" ujarnya sembari meloncat ke atas pohon.
Tak mau putus asa Ewa Lani berjalan mengelilingi danau, sepertinya jalan keluarnya ada di dasar danau. Tapi karena dia membawa Mosbeefly bisa saja hewan bersayap itu mati jika diajak menyelam.
Ewa Lani meninggalkan kantong Mosbeefly di tepi danau dan mencoba menyelam. Ewa Lani memang pintar terbang tapi dia tak terlalu kuat menyelam. Baru sebentar dia meloncat terbang keluar ke permukaan. Pemuda aneh itu hanya melihatnya sambil tertawa mengejek.
"Hei! Apa kau tau jalan ke luar dari sini?" tanya Ewa Lani yang langsung terbang mendekat ke arah pohon.
"Kau bicara padaku?" tanya pria itu semakin menyebalkan.
"Iya, aku bicara padamu hantu penunggu danau!" ujar Ewa Lani tak sopan.
"Hah..dasar gadis aneh! Sudah cari saja sediri!"
Melihat lawan bicaranya marah, Ewa Lani mulai mengajaknya berbaikan.
"Baiklah tuan yang tampan, beri tahu aku di mana jalan keluarnya?"
"Tampan? Aku memang tampan! Aku sudah tau itu!"
"Wah benar sekali kau sangat tampan!" rayu Ewa Lani dengan wajah terpaksa.
"Terima kasih untuk pujianmu tapi aku sedang mengantuk, sudah pergi sana jangan ganggu aku!" ujarnya yang langsung merebahkan badannya di dahan pohon yang cukup kuat.
Merasa usahanya sia-sia kali ini Ewa Lani merasa harus mencoba mencari jalan keluar itu sendiri. Tapi semakin dicari di sekitar danau, Ewa Lani semakin yakin kalau lubang penghubung itu ada di dasar sungai.
Merasa bahwa akan sulit bernafas di dalam air Ewa Lani mencoba sihirnya untuk membelah air sungai. Sekali lagi goncangan besar membuat tempat itu seperti mau runtuh.
"Hei! Hentikan Nona! Apa sebenarnya yang kau lakukan!" ujar pria itu yang langsung bangun saat merasakan getaran.
"Maafkan aku, aku benar-benar harus segera keluar dari tempat ini!" ujar Ewa Lani yang tampak sedih.
"Kenapa kau tak minta tolong pada Caterpi yang mengajakmu masuk ke Green Hole Nona, para Caterpi tak akan menolak temannya yang ingin keluar dari Green Hole!" ujarnya.
"Dia masuk fase kepompong kemarin, entah kapan dia bangun!" terang Ewa Lani.
"Astaga, para Caterpi ini memang sering tiba-tiba menjadi kepompong, aku juga sering kaget saat temanku tiba-tiba berubah bentuk setelah fase meditasinya berakhir," ujar pria itu sependapat.
"Beritahu aku apa benar ada lubang yang menghubungkan danau ini menuju danau di dunia luar?" tanya Ewa Lani serius.
"Haahh....! Karena kau tampak menyedihkan akan ku beritahu, memang benar ini jalan menuju dunia luar yang selalu terbuka dan tak akan pernah bisa ditutup oleh para Caterpi! ujar pria itu.
"Lalu? Bagaimana caraku bisa keluar?"
"Permasalahannya Danau ini terhubung juga dengan danau yang besar juga di luar sana. Jadi untuk makhluk sepertimu yang tak bisa menahan nafas tak mungkin bisa keluar! Apalagi kau membawa Mosbeefly. Binatang peliharaanmu itu bisa mati bila kau ajak berenang. Jadi pulanglah! Tunggu saja masa meditasi temanmu usai. Aku yakin dia akan mau membantu," sarannya.
"Aku tak bisa menunggunya bermeditasi, aku tak bisa menunggu lama di sini Tuan, ada seorang teman yang aku khawatirkan di dunia luar. Aku takut dia celaka!" jelas Ewa Lani.
"Hemmmm....tapi bila kau memakai sihirmu, tempat ini akan hancur. Tak ada yang bisa kau lakukan di sini!" ujarnya.
Ewa Lani terdiam, dia mencoba berenang lagi masuk ke dalam, kali ini dia menyelam sangat dalam tapi masih saja tak tampak ujung dari danau yang sepeti tak berujung itu. Ewa Lani kehabisan nafas dia berenang kembali dan terbang lagi ke permukaan. Buaah...hah..hah..! Ewa Lani segera mengambil nafas setelah berhasil keluar.
"Kubilang itu percuma Nona, makhluk sepertimu tak akan bisa menyelam sejauh itu. Ini Green Hole Nona! Tempat ini adalah rongga planet! Kau bayangkan saja dalamnya untuk bisa melubangi planet. Kau akan mati tercekik kehabisan nafas bila kau memaksa masuk ke dalam, pulanglah!" sarannya lagi.
Ewa Lani tak mau langsung pergi, dia meihat lawan bicaranya dan terbang cepat mendekat.
"Kau bilang makhluk sepertiku tak bisa sampai ke permukaan? Lalu apa makhluk sepertimu bisa?" tanyanya tiba-tiba.
"Aku, tentu saja aku bisa! Tapi aku sedang tak ingin keluar, di sini lebih tenang tak ada gangguan!" ujar pria itu.
"Bantu aku keluar! Aku akan membayarmu dengan banyak giok batu bila kau bisa mengantarku ke atas. Aku cukup kaya!" ujar Ewa Lani menawarkan imbalan.
"Giok Batu, maksudmu alat transaksi yang berisi energi giok itu? Hahaha, coba kau berjalan ke utara danau ini, di sana ada kristal hijau, energi yang sama untuk alat transaksi giok hijau yang kalian pakai di Arasely. Aku bisa mengisinya sesuka hatiku jika ku mau, apapun bisa ku beli di luar sana!" ujarnya angkuh.
"Jadi ternyata kau tak bisa? Aku tau kau pasti tak bisa!" ujar Ewa Lani memancing sifat angkuh lawan bicaranya.
"Ku bilang aku bisa! Sangat mudah bagiku keluar dari sini!"
"Aku tak percaya, kau hanya bicara omong kosong!" ujar Ewa Lani.
"Hahaha, aku tau kau hanya memancingku! Kau ingin aku mengantarkanmu keluar sana bukan? Aku bisa membawamu keluar dengan Mosbeeflymu bahkan tanpa tersentuh air! Tapi aku tak mau jika hanya cuma-cuma! Apa yang bisa kau berikan padaku?" tantang pria itu.
Ewa Lani bingung karena tak ada yang bisa dia tawarkan sekarang, dan juga pria itu tak perlu kekayaan karena di tempat ini dia sudah punya banyak harta yang bisa dia pakai sewaktu-waktu. Setelah berpikir Ewa Lani akhirnya memberikan satu tawaran.
"Aku Ewa Lani akan memberikan satu janji yang harus ditepati yang akan terikat pada sumpah peri padamu!" ujarnya serius.
"Janji dengan sumpah peri! Sudah kuduga kau memang seorang peri! Aku akan menolongmu sampai selamat di dunia atas. Tapi kau harus berjanji untuk menjadi pengantinku Nona!" ujar pria itu sebagai imbalan.