Chereads / Penyamaran Sang Terkuat / Chapter 7 - Minimnya moral remaja masa kini

Chapter 7 - Minimnya moral remaja masa kini

"Hoo, baguslah kalau kau sadar diri. Hahahaha, kedepannya kau tidak mungkin bertahan lama di sini."

Seisi kelas itu adalah orang-orang yang sangat sombong dan angkuh. Lui penasaran, seperti apa POWER yang dimiliki oleh mereka hingga mereka menjadi sosok yang diktator dan sok penguasa seperti itu.

Lui belum menyelidiki lebih dalam, namun ia mantap untuk bersekolah di Bridgestone High School. Ada sebuah keterkaitan antara sekolah ini dengan sesuatu yang Lui hendak selidiki menurutnya.

"Cukup! bisakah kalian sopan sedikit!" seru guru tersebut. "Maaf Nak, kamu bisa duduk di bangku yang masih kosong di situ." Beliau menunjuk bangku kosong di sudut sebelah kanan ruangan.

"Terima kasih banyak Bu," ujar Lui lalu ia berjalan ke arah bangku yang ditunjuk guru tersebut.

Guru itu bernama Mera Wodhammer. Guru muda berusia dua puluh lima tahun itu sudah dua tahun mengajar di SMA tempat Lui menyamar tersebut.

Pembelajaran di mulai, semuanya nampak tidak perduli. Hanya dua orang saja yang benar-benar melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Yaitu sang guru dan Lui.

"Dalam mekanika kuantum, lubang hitam memancarkan radiasi hawking agar bisa mencapai kesetimbangan termal dengan gas radiasi (tidak wajib). Prof. Hawking berpendapat kebalikan dari waktu lubang hitam dalam kesetimbangan termal adalah lubang hitam dalam kesetimbangan termal, dikarenakan kesetimbangan termal adalah invarian pembalik waktu."

"Bu!" seru Lui seraya mengacungkan jari.

"Ya?"

"Apa itu berarti white hole dan black hole adalah objek yang sama?" tanya Lui antusias.

"Ya! tepat sekali. Bagus sekali Leandre," puji Bu Mera.

Siswa-siswi lain hanya memutar bola mata malas. Mereka sangat jenuh dengan suasana pembelajaran. Bahkan ada yang sengaja berdehem, melempar-lempar gumpalan kertas, dan bersiul-siul. Lui sangat kagum pada Bu Mera yang bisa sesabar ini dalam mengajar siswa-siswi kelas tersebut.

Lui berada di kelas 2-C di Bridgestone high school. Yang ia lihat sekolah ini memang biasa saja seperti sekolah lain. Namun ia penasaran dengan satu kelas ini yang sangat susah diatur.

Bel istirahat sudah berbunyi, belum Bu Mera mengakhiri sesi pembelajaran, semua siswa-siswi selain Lui yang ada di kelas itu sudah berkeliaran ke luar kelas. Bu Mera menatap sedih mereka yang begitu acuh tak acuh dan tak sopan pada beliau.

Bu Mera keluar kelas, lalu Lui memutuskan pergi ke perpustakaan. Ini bukan seperti alur drama romansa yang nantinya ia akan bertemu seorang gadis cantik lalu ada ikatan perasaan yang muncul, tolong jauhkan fikiran itu.

Ia sekarang sedang melihat-lihat dan mencari tentang suatu buku yang bisa menjelaskan asal-usul sekolah ini. Ia berusaha mencari data tentang sekolah ini di berbagai macam situs. Namun sangat sedikit informasi tentang sekolah ini. Padahal sekolah ini sudah cukup lama berdiri.

'Hmm tidak ada salahnya aku mencari buku riwayat sekolah ini di perpustakaan. Meskipun sedikit mustahil karena di website saja sekolah ini nampak ditutup-tutupi,' batin Lui.

"Cari apa? sedari tadi kau hanya berkeliling tanpa mengambil sebuah bukupun," tanya seorang lelaki tua yang nampak er...kurang rapi. Pria tua itu adalah pustakawan yang sudah lama bekerja di sekolah tersebut.

Lui terkejut, pria tua itu tiba-tiba ada di sampingnya. "Hehe, maaf Pak. Saya sedang mencari...itu...er...buku...buku kegiatan sekolah. Iya, buku itu hehe."

"Untuk apa kau mencari buku seperti itu? kegiatan sekolah bisa kau lihat di papan pengumuman ataupun majalah dinding sekolah."

"Ouh, iya Pak terima kasih infonya. Dulu di sekolah lama saya ada buku seperti itu. Saya hanya penasaran saja, terutama sekolah ini sudah cukup lama berdiri."

"Jangan mengurusi hal yang bukan urusanmu. Kalau tidak ada yang dicari lagi lebih baik kau keluar dari sini."

Lui mengangguk paham, ia tidak mau membuat cekcok. Ia menghormati orang tua yang berhadapan dengan dirinya sekarang. Lebih baik ia pergi dulu. Dan lebih herannya lagi mana ada pustakawan yang mengusir siswa yang ingin berkunjung? aneh sekali.

'Aneh, kenapa Bapak itu sensitif sekali saat aku menyinggung tentang sejarah sekolah ini? ini pasti ada kaitannya dengan hal itu. Iya!' Batin Lui berseru.

Apa sebenarnya yang sedang Lui selidiki? apa hubungannya dengan sekolah ini? mana mungkin seorang siswa atau siswi SMA menjadi pemimpin sindikat kejahatan besar? dan untuk apa pula Lui repot-repot mengurusi kejahatan yang kecil di kala banyak sekali kejahatan besar yang mengancam warga kota?

Di saat Lui sedang berjalan di lorong sekolah, tiba-tiba dari perempatan lorong lain ada siswa yang menabrak Lui. Ia terlihat tergesa-gesa. Makanan yang ia bawa terjatuh ke lantai. Lui langsung membantu orang itu memunguti makanan tersebut. Untunglah makanan itu dalam bentuk kemasan, jadi masih bisa dikonsumsi.

"Maaf telah menabrakmu," ucap Lui.

"T-tidak! err...maksudku aku yang salah. Aku...aku...aku yang menabrakmu duluan. Maafkan aku, permisi aku sedang buru-buru." Siswa itu langsung melengos pergi.

Lui heran dengan sekolah ini. Namun justru dibalik keanehannya itu pasti menyimpan sesuatu. Lui harus menelusuri senti demi senti petunjuk yang ada. Bahkan untuk sesuatu yang tidak terlihat mencurigakan sekalipun.

Lui tidak selera makan, ia kembali ke kelas. Namun ponselnya berdering.

"Azzura?" Lui menekan tombol hijau dan menempelkan ponsel itu ke telinganya. "Ya? ada apa Jura?"

Lui sengaja menyelewengkan sedikit nama temannya. Agar bila ada yang mendengar jadi tidak curiga. Meski terdengar aneh, tapi Lui semaksimal mungkin untuk menutupi siapa dirinya sebenarnya.

"Kau ini! sekarang sedang apa?! astaga...aku terkejut mendengar kabar dari Wilfred kalau kau masuk ke sebuah sekolah menengah atas. Apa rencanamu? apa kau rindu bangku sekolah? aduh Lu-Leandre...coba kau lebih terbuka dan mengatakan apa rencanamu?"

"Astaga Jura. Tenang, kau hampir membuat jantungku lepas saking kagetnya. Aku tidak bisa membicarakan itu sekarang. Aku sedang berada di sekolah. Sampai jumpa nanti Jura, selamat makan siang."

Lui memutuskan sambungan panggilannya. Di seberang panggilan sana Azzura hanya memijat keningnya yang terasa pusing. Sahabatnya yang satu ini sangat tidak bisa ditebak. Dan keras kepala juga tentunya.

Bicara soal itu, Lui punya panggilan spesial untuk kedua sahabatnya. Yaitu Jura dan Willy. Lui memang punya kebiasaan untuk memanggil orang atau sesuatu hal dengan sebutan buatannya sendiri.

Sebelum Lui memijakkan kakinya ke dalam kelas, ada sebuah suara yang menghentikan langkah kakinya.

"Hoi anak baru! belikan aku jajanan di kantin! cepat! pakai uangmu!" seru seorang siswa dengan rambut gondrong yang diikat. rambutnya berwarna merah gelap.

Lui menoleh dan menjawab, "Maaf, tapi uang saku saya tidak cukup."

Lalu segerombolan siswa lain yang mendekat, mereka adalah teman dari laki-laki berambut merah tersebut.

"Sombong sekali kau anak baru!"

Sebuah cairan licin mengguyur tubuh Lui, cairan itu berbau mesin. Dan tidak salah lagi, cairan itu adalah oli.

Rupanya siswa yang membentak Lui tadi mempunyai POWER yang dapat menghasilkan beberapa jenis cairan. Itu yang dapat Lui simpulkan sementara ia belum melihat seluruh bentuk POWER orang tersebut.

"Di sini siapa yang kuat, dia yang berkuasa." Seorang siswa berambut putih berperawakan mungil. "Kalau POWER mu lemah kau aka---"

Semuanya sontak menoleh, pipi siswa berambut putih itu di tangkup lalu dicubit gemas oleh Lui. Lui sangat tidak tahan melihat keimutan siswa itu, ia memang paling lemah menghadapi anak kecil. Tapi ingat Lui, yang dihadapan kau sekarang itu bukanlah anak kecil astaga.