Chereads / Penyamaran Sang Terkuat / Chapter 9 - Kondisi yang kacau

Chapter 9 - Kondisi yang kacau

"Bangsat, siapa yang menyuruh mu untuk menggendong ku hah? ditambah lagi, kau sudah menyakiti ku." Gadis itu meringis kesakitan dengan pinggang nya yang mungkin sudah cidera karena perlakuan Lui kepadanya.

Seluruh yang ada di kelas itu tercengang, mereka terheran-heran melihat Lui yang masih tegak berdiri tanpa merasa kesakitan sedikitpun. Padahal serangan yang dikeluarkan oleh gadis bernama Kelly itu sudah jelas-jelas bukanlah serangan main-main.

POWER yang dimiliki oleh gadis itu memang cukup besar, tapi tidak menarik perhatian Lui. Kekuatan gadis itu juga di atas rata-rata untuk ukuran anak seumurannya. Daya serangan nya sangat besar, tapi karena pengelolaan energi yang membentuk POWER tidak terlatih dengan baik, maka serangan nya menjadi terlalu cepat berpendar dan hilang.

Jarak serangan juga tidak luas, banyak celah di dalam nya. Kalau untuk melawan musuh yang perbandingan energi POWER nya tidak jauh dan juga lawan yang cerdik, maka Kelly akan kalah dalam hitungan waktu kurang lebih setengah jam. Kelly hanya bermodalkan enegi POWER yang besar. Itu saja, tidak kurang dan tidak lebih.

Tapi untuk permulaan, Lui sudah akui kalau gadis itu memang cukup kuat. Lui hanya berspekulau, tidak ada keterangan lebih tentang gadis ini. Bisa saja abilitas dari POWER yang dimiliki gadis itu memang seperti itu. Lui tidak boleh mencap gadis itu sebagai orang yang lemah.

Dan sekarang yang jadi permasalahan adalah, Lui yang masih berdiri tanpa ada merasa kesakitan setelah terkena serangan Kelly. Akan aneh jadinya jika dia yang tadinya berkoar-koar kalau dia lemah malah kelihatan sangat kuat, Lui juga masih tidak tahu standarisasi POWER para siswa-siswi di sana.

Lui yang menyadari situasi sekarang mulai berakting untuk memperlancar penyamaran nya, bisa gawat kalau dia ketahuan menyamar saja di sekolah itu.

Lui kadang juga sedikit bingung harus berakting seperti apa, dia orang yang jujur dan jarang bersandiwara. Bukan para mafia atau villain yang dengan mudah mengecoh rekan kerja dan menipu rekan mereka tanpa merasa bersalah.

Bruk

Dengan tubuh yang keras mematung, Lui langsung jatuh ke lantai, benar-benar kaku. Sekujur tubuh nya kaku, dan lurus seperti orang yang habis tersengat listrik bertegangan tinggi. Hanya itu satu-satunya akting paling natural yang dapat Lui lakukan, dasar orang yang kaku.

Itu adalah akting yang alami, memang sulit untuk melakukan hal seperti itu. Terasa sakit ketika seluruh tubuh dihempaskan langsung ke lantai, rasanya memang seperti dihantam benda yang keras. Ditambah lagi dengan tubuh yang sengaja dibuat kaku membuat Lui merasakan kalau tulang-tulang nya tertahan dan tetap menghantam lantai sekeras-kerasnya.

Sebagai seorang Hero, Lui tidak sekali dua kali saja terkena serangan POWER musuh. Laki-laki ataupun perempuan, ketika sudah terjun dan ambil andil dalam dunia superhero maka harus merasakan sakit pada fisik. Tak terhitung berapa kali punggung Lui dihantam dengan keras, tak terhitung berapa kali tangan dan kaki Lui patah namun tetap dipaksakan untuk bertarung, tak terhitung berapa kali Lui terluka di bagian tubuh nya hingga mengeluarkan banyak darah. Itu semua adalah rangkaian dari keseharian Lui sebagai seorang Hero, dan sudah tak terkejut lagi bila dia mengalami situasi seperti ini. Baginya ini hanyalah rasa sakit kecil.

"Uwoohh Nona Kelly hebat!"

Keheningan dihentikan oleh seorang siswa yang berseru kagum. Dia memuji Kelly yang berhasil membuat Lui tumbang dalam sekali serangan. Kelly memang dianggap salah satu pentolan di sekolah itu, entah seperti apa tingkatan sekolah di sana tapi Lui masih terlalu awal di sana dan belum tahu banyak.

'Astaga, masih kecil sudah berpikir jadi jagoan. Mereka pikir sekolah itu apa? Seharusnya mereka fokus belajar. Aku tidak bisa menyalahkan sistem sekolah ini ataupun siswa-siswi di sini. Mereka semua pasti punya alasan kenapa bisa memberlakukan sistem menyedihkan seperti ini."

Sorak-sorai dari puluhan siswa yang menyaksikan duel singkat antara Lui dan Kelly terdengar sangat ramai. Para guru yang mengira kalau ada tawuran terjadi kemudian langsung mendatangi lokasi kelas tempat Lui berada.

"Astaga! Itu anak baru yang masuk ke sekolah ini, cepat bawa dia ke UKS!" seru salah satu guru yang datang ke sana.

Tidak ada yang peduli pada seruan guru itu, semua siswa yang ada di kelas itu malah terdiam dan seakan-akan tak peduli. Pura-pura tak mendengar, dan kalau pun peduli juga takut kalau dibully oleh para pentolan sekolah.

"Ck, kenapa kalian semua tidak peduli? akan jadi apa kalian kalau tidak ada kepedulian di dalam hati kalian? ini adalah sekolah untuk para calon pahlawan, kalian harus belajar untuk memikirkan kondisi serta keselamatan orang lain," ujar guru itu.

Guru paruh baya yang memakai celana training dan jaket berwarna hijau lumut itu tergopoh-gopoh mendatangi Lui yang terbaring di lantai. Lui yang mengetahui hal itu merasa iba dan merasa bersalah kepada pria tua tersebut.

'Maafkan aku, Pak. Aku terpaksa melakukan ini.'

"Hei Pak tua bodoh! kau pikir kami peduli dengan apa yang anda katakan? kami tidak peduli dengan profesi pahlawan yang dibicarakan banyak orang. Kami tidak tertarik untuk menjadi pahlawan-pahlawan bodoh yang bertarun dengan pakaian ketat di tengah umum dan melawan villain. Menurut ku, menjadi villain itu lebih keren daripada menjadi pahlawan."

Tangan Lui bergetar, Lui hendak mengepalkan tangan nya dan menghajar siswa yang mengolok-olok guru tua yang menolong Lui tersebut.