Di rumah sakit militer kota London tengah di rawat seorang anak kecil laki-laki. Dia terbaring lemah setelah mendapat luka yang cukup serius oleh pria jahat yang dilawan Lui kemarin.
Overview of Fingertip Pulse Oximeter tersemat di jemarinya. Selang oksigen, elektrokardiograf, selang kantung darah, imfus dan alat medis lainnya juga tersambung di tubuhnya.
Ia adalah salah satu korban dari kejahatan manusia yang berkuasa. Pria yang dilawan Lui kala itu adalah salah satu anggota sindikat penjahat yang memperbudak anak kecil, bahkan kalau dirasa anak kecil itu tidak dapat memberikan setoran yang besar maka mereka akan dieksekusi dengan cara diambil organ tubuhnya dan dijual. Anak-anak itu bukan memberi setoran dari hasil meminta-minta, namun mencuri, merampok, dan hal kriminal lainnya.
Banyak dari mereka yang hendak lepas dari jeratan hal itu. Namun begitulah nanti nasib mereka. Mereka bergerak dengan sangat licin, sehingga para pahlawan tidak terlalu mengendus kejahatan mereka. Sindikat ini sangat menyebar, bak remahan kue yang terbawa oleh semut-semut yang melintas ke mana-mana.
Para pahlawan bukannya tidak menelusuri kejahatan seperti itu. Namun mereka disibukkan dengan kejahatan-kejahatan besar lainnya yang merajalela. Seperti kasus genosida, pembunuhan massal oleh kelompok tertentu, dan masih banyak urusan lainnya.
Kepolisian dan kemiliteran negara juga melakukan hal yang sama. Semakin berkembang peradaban membuat permasalahannya berkembang pula. Ketika manusia bermutasi maka bentuk kejahatan juga akan bermutasi menjadi hal yang lebih mengerikan.
Anak malang itu juga salah satunya. Dia adalah seorang anggota kriminalitas yang sekaligus korban dari kriminalitas itu. Ia berusaha lepas dari jeratan pemimpin sindikat penjahat. Namun nampaknya mereka dikekang untuk bebas karena takutnya membocorkan seluk beluk dari organisasi mereka.
"Ini akan menimbulkan konflik baru. Ahh tapi bagus juga agar menjadi umpan bagi mereka untuk muncul. Kalau mereka mempermasalahkan hal ini dan bergerak maka kita selangkah lebih maju menguak sindikat krjahatan yang mengorbankan anak di bawah umur," ujar seorang anggota kepolisian kepada dokter yang menangani anak tersebut.
Polisi itu, bersama dengan seorang pahlawan juga menyinggung insiden beberapa hari silam. Mereka sedikit menyinggung tentang Lui. Mereka membicarakan tentang hasil diskusi pemimpin kemiliteran dengan pemerintah mengenai kekuatan Lui. Mereka hendak mengusulkan agar Lui langsung meluluh lantakkan habis semua sindikat penjahat yang ada. Sederhana, cepat, dan tak bertele-tele.
Dan kedepannya Lui akan dipanggil langsung oleh pemerintah pusat negara untuk memimpin penghancuran sindikat tersebut.
Dengan terkumpulnya sedikit demi sedikit bukti baik itu bukti benda ataupun saksi tentu mempermudah pencarian cabang dan batang pohon dari permasalahan yang ada.
Kembali ke Lui sekarang. Dihadapannya sekarang berdiri seorang yang tak dia kenal. Dia heran kenapa orang itu bisa ada di dekatnya, padahal semua akses ke dalam kamarnya sekarang tidak dapat dimasuki dari luar.
"Apa kau---"
"Eitss, saya bukan orang jahat." Orang itu membuka topeng di wajahnya. "Aku akan mengabulkan permintaanmu. Kau ingin menyelidiki kejahatan tanpa takut ketahuan kan? kau juga ingin bebas ke sana kemari tanpa diliput wartawan bukan? kau ingin tahu siapa orang yang benar-benar baik padamu bukan? maka jawabnnya adalah berubah menjadi orang lain."
"Tunggu...aku masih tidak mengerti maksudmu," ujar Lui ragu-ragu.
"Aku hanya menawarkan pada dirimu untuk merubah penampilanmu. Kau tidak akan dikenali oleh orang lain. Kau akan bebas melakukan hal yang kau mau, untuk kebaikan pastinya. Dan jangan takut, kekuatanmu tidak akan tersentuh olehku sedikitpun. Maksudku aku tidak akan mengubah POWER mu, karena aku juga tidak punya kemampuan untuk melakukannya."
"Sebelum itu aku ingin bertanya. Siapa dirimu? bagaiman kau bisa ada di sini?"
"Aku adalah sang pengamat. Karena ulahmu yang suka membawa-bawa kekuatan galaksi dan angkasa luar membuatku jadi terbawa dalam dimensi alam bawah sadarmu."
Lui masih mencerna apa yang dikatakan oleh orang atau entahlah bagaimana menyebutnya.
"Aku mendengar keluh kesahmu, segala beban dalam hatimu yang terus kau pendam selama ini. Menjadi ujung tombak orang lain membuat dirimu cukup bimbang, dan bingung menghadapi permasalahanmu. Yah, meski ku akui kau itu terlalu baik hati." Dia duduk di sampin Lui, "Okay, jadi mau atau tidak?"
Lui diam sebentar, memikirkan dan menimbang-nimbang yang mana seharusnya dia pilih. Namun kesempatan seperti ini cukup sayang disia-siakan.
"Baiklah, aku terima tawaranmu. Err..."
"Sang pengamat, panggil saja begitu. Bukankah sudah ku sebutkan tadi? hihihi."
"Oh...o-oke baiklah. Dan lalu, apa yang akan kau lakukan untuk merubahku? apa aku harus---"
"Cukup berjabat tangan denganku saja."
Lui mulai ragu dengan orang yang ada di sampingnya tersebut. Namun ia mencoba menuruti dan mengulurkan tangannya. Lui dan Sang Pengamat lalu berjabat tangan. Tak ada yang spesial, tak ada bentuk reaksi kemilau besar atau pemendaran cahaya, tidak ada juga gejolak aneh yang ia rasakan, tak ada reaksi biologis yang ia alami.
Lalu ia membuka matanya, dan mendapati dirinya sedang terbaring di kasurnya. Tidak ada yang aneh, tidak ada yang berubah. Dia pun menghela nafas panjang.
"Cuma mimpi, aku tidur cukup lama, dan sekarang sudah tengah malam. Aku tidak akan bisa tidur lagi setelah in---"
Lui terperangah, dia menemukan suatu benjolan di titik tengah tubuhnya. Dia mengerjapkan mata, mengucek matanya, lalu menampar pipinya sendiri.
"Aku pasti bermimpi," ujarnya lalu berdiri mendekati cermin lemari pakaiannya.
Lui menatap dirinya seksama di cermin itu. Menganga tak percaya melihat sosok yang ada di depan matanya. Seorang pria tampan, dengan bahu lebar dan tubuh yang kekar. ada sedikit bekas luka yang menghiasi sudut bibir kanannya. Rambutnya hitam lurus ke bawah, matanya yang tajam membuat dia terpesona dengan tatapan matanya sendiri.
"Aku...aku...aku jadi laki-laki!" serunya gembira di dalam kamar, namun ia cepat-cepat menutup mulutnya sendiriagar tidak membangunkan temannya.
Ya, Lui tinggal bersama dua temannya sesama pahlawan. Mereka tinggal di sebuah apartemen di pusat kota, sudah tiga tahun mereka tinggal bersama.
Waktu sekarang menunjukkan pukul 00:21 tengah malam. Lui masih bolak-balik melihat cermin berulang-ulang, mencuci wajahnya guna menyegarkan matanya.
Lui duduk dan merenung, ini bukan mimpi. Ia sekarang adalah seorang lelaki. Ia tiba-tiba tersenyum cerah, ia sangat senang, salah satu impiannya terwujud.
Tapi ia tersadar, ia punya sebuah langkah awal untuk mewujudkan rencananya. Ia sudah menjadi orang lain, iya secara fisik. Dan itu berarti penyamarannya dimulai dari sekarang.
Lui mengemasi barang-barangnya, hanya pakaian dan beberapa buku dan berkas penting. Ia tidak berniat memberi tahu kepada siapapun tentang rencananya ini.
"Lui pintu kamarmu belum ter...."
"kunci....KELUAR DARI KAMAR LUI PENJAHAT TENGIK!"
Kegaduhan terjadi, kedua teman Lui heboh melihat ada pria di kamar Lui. Padahal pria itu adalah teman mereka sendiri yang sudah berubah menjadi laki-laki.
Lui berusaha sekeras mungkin menjelaskan kepada kedua temannya tentang kejadian yang dia alami. Entah dia mengalami itu dalam mimpi atau dia pergi ke dunia lain, tapi intinya semuanya sudah terjadi dan dirinya telah berubah.
Kini mereka bertiga berada di ruang tamu, berhadapan dengan suasana yang tidak mengenakkan.
"Bagaimana bisa manusia berubah kelamin hanya melalui mimpi?"