Malam nanti Angel harus berangkat ke luar kota untuk urusan pekerjaan, seperti biasa ia selalu ditemani oleh asistennya. Sebelum berangkat pagi harinya ia memilih untuk bersantai di rumah, sedangkan semua keperluannya sudah disiapkan oleh sang asisten.
"Berapa hari kita di luar kota?" tanya Angel sembari berjalan memasuki rumah menggunakan handuk kimononya, sehabis bersantai di tepi kolam renang.
"Kemungkinan hanya tiga hari," jawab Laras sembari memasukkan keperluan artisnya ke dalam koper.
"Lantas kenapa kamu membawa baju sebanyak itu kalau cuma tiga hari? Nanti kita bisa beli di sana kalau kekurangan baju," ujar Angel dengan keheranan.
"Lebih baik kita bawa dari rumah saja, ngapain beli?" balas sang asisten membuat Angel memutar bola matanya dengan malas.
"Please deh, jangan seperti orang susah. Kalau kita kekurangan baju, kamu tinggal membelinya dan langsung membayarnya menggunakan ATM punyaku, jadi tidak perlu repot-repot kayak gitu," ujar Angel sembari mendudukkan pantatnya di sofa yang ada di depan televisi.
Ke duanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Laras paling suka kalau diajakin syuting keluar kota karena walaupun jauh tapi bisa sekalian jalan-jalan dan merilekskan otaknya.
"Wahhh pada mau ke mana?" celetuk seseorang yang baru saja memasuki rumahnya Angel.
"Dari mana kamu?" tanya Angel.
"Aku habis olahraga tante, apa kamu tidak melihat kalau aku mengenakan pakaian olahraga?" jawab Alden sembari berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman.
"Pantas saja tadi pagi-pagi udah menghilang," gumam Angel.
"Wahh wahh kamu perhatian sekali padanya? Jangan-jangan terjadi sesuatu diantara kalian? Apa kamu sudah mulai menyukainya atau bagaimana? Sebelumnya aku tidak pernah melihat kamu sampai seperhatian itu menanyakan dari mana seseorang?" cibir sang asisten.
"Jangan mulai deh, kerjakan itu pekerjaan kamu sampai selesai setelah itu kamu pulang dan siap-siap," suruh Angel.
Alden membawa minumannya menuju ke ruang tengah, kemudian mengambil duduk di sampingnya Angel sembari menunggu minumannya.
"Lho? Mau ke mana?" heran Angel melihat Laras merapikan baju kemudian memasukkannya ke dalam koper.
"Nanti malam kita berdua akan berangkat ke luar kota untuk urusan pekerjaan, jadi kamu tetap di rumah dan jaga rumah baik-baik. Jangan suka ngelayap apalagi sampai pulang terlalu larut malam, ingat ya walaupun aku tidak ada di sini dan walaupun aku tidak memantau aktivitas kamu, akan tetapi CCTV di rumah ini ada banyak sekali jadi kamu jangan coba macam-macam." Angel memberikan petuah-petuah sebelum meninggalkan laki-laki di sampingnya untuk sementara.
"Kenapa harus sampai ke luar kota? Terus nanti aku di rumah sama siapa dong?" keluh Alden yang tidak mau ditinggal di rumah sebesar ini seorang diri.
"Ya kamu di rumah sendiri, tidak mungkin kalau kamu ikut sama kita ke luar kota karena kita itu bukan mau jalan-jalan tapi untuk urusan pekerjaan," ujar Angel.
"Emm gimana kalau aku nginep di rumah temanku saja?" usul Alden membuat Angel mengerutkan keningnya.
"Teman siapa? Ah tidak, kamu tidak boleh menginap ke mana-mana, kalau nanti kamu nginep di rumah orang lain terus siapa yang akan menjaga rumah ini?" tolak Angel.
"Emm iya juga sih, ya udah deh enggak apa-apa aku sendirian. Kalian berapa hari di luar kota?" tanya Alden.
"Hanya tiga hari kok, setelahnya kami akan langsung pulang," ujar Angel membuat Alden mengangguk paham.
"Apa nanti perlu aku antar sampai ke bandara?" tawar Alden.
"Tidak perlu, karena nanti kami ke bandara akan naik mobil jadi kamu tetap di rumah saja. Ya sudah kalau begitu, Laras? Jika kamu sudah selesai menyiapkan keperluanku, kamu bisa langsung pulang dan bersiap-siap," suruh Angel yang diangguki oleh asistennya.
"Iya ini sudah selesai kok, kalau begitu nanti sore aku akan langsung datang ke sini. Pastikan ketika nanti aku datang kamu sudah bersiap," ujar Laras kemudian mengambil tasnya sebelum beranjak pergi, ia membisikan kalimat tepat di telinga bosnya tersebut.
"Aku tahu kamu menyuruh aku cepat-cepat pulang, karena kamu ingin melakukannya dengan Alden sebelum pergi ke luar kota. Jangan bilang kalau tebakan aku ini benar?" bisik Laras kemudian berlalu begitu saja dengan tampang pura-pura bodoh.
Angel seketika dibuat tersenyum karena asistennya begitu mengenali bagaimana sifatnya, memang rencananya menyuruh sang asisten untuk cepat-cepat pulang karena ingin berduaan dengan Alden.
"Kamu mau mandi sekarang apa nanti?" tanya Angel membuat Alden menolehkan kepalanya.
"Kayaknya sekarang aja, aku udah bau keringat daritadi," jawab Alden sembari menaruh minumannya di atas meja.
"Sebelum aku berangkat ke luar kota, aku ingin kita melakukannya terlebih dahulu. Untuk beberapa hari ke depan kita tidak bisa melakukannya karena terpisah jarak, jadi pagi ini aku ingin melampiaskan nafsuku sama kamu," ajak Angel kemudian menarik tangan lelakinya untuk mengikutinya menaiki tangga.
"Tapi apa kamu tidak akan lelah nanti kalau kita melakukannya pagi ini? Maksudku adalah kita tidak pernah melakukannya hanya sebentar saja, aku takut kalau nanti kamu kelelahan," ujar Alden dengan perhatian.
"Tidak, aku tidak akan lelah dan kita sudah biasa melakukannya sampai beronde-ronde. Kamu jangan kebanyakan bicara karena tugas kamu hanya memuaskan aku dan menuruti semua keinginanku." Angel membawa lelakinya menuju ke kamar mandi karena mereka akan mandi bersama.
Angel melepaskan handuk kimononya beserta bikini yang tadi dipakainya untuk berenang, hingga kini dirinya bertelanjang bulat di hadapannya Alden yang tak lepas menatap wanita di hadapannya dengan penuh rasa kagum.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Seperti tidak pernah melihatnya saja?" heran Angel kemudian membantu melepaskan pakaian lelakinya.
"Kamu cantik sekali," puji Alden membuat Angel tersenyum merona.
"Aku memang selalu cantik, jadi kamu jangan heran kalau setiap saat kamu akan melihat bidadari di rumah ini," ujar Angel membanggakan dirinya sendiri.
Angel menurunkan celana training yang dikenakan Alden, hingga tersisa celana dalamnya saja yang kini melekat di tubuh lelakinya. Tangannya Angel membelai juniornya Alden dari luar celana dan mencoba untuk membangunkannya, walaupun tidak lewat sentuhan secara langsung.
"Uuhhggggg." Alden perlahan-lahan merasakan adiknya mulai terbangun akibat pijatan dari tangannya Angel.
Angel yang sudah tidak sabar untuk mengeksekusi langsung membuang sisa kain tersebut, berdiri tegak seperti tiang bendera membuat Angel menggigit bibir bawahnya dan tak sabar untuk memakannya.
"Kamu juga jangan melihatnya terus seperti itu, seperti tidak pernah merasakannya saja?" sindir balik Alden membuat Angel terkekeh.
"Aku bukannya tidak pernah merasakannya, hanya saja aku berpikir sepertinya setiap hari ukurannya semakin bertambah? Apa itu benar?" ujar Angel.
"Aku sendiri tidak tahu, bukankah kamu yang selalu memainkannya?" balas Alden dengan mengedipkan sebelah matanya.
JANGAN LUPA TAMBAHKAN KE RAK DAN TINGGALKAN REVIEW JUGA GAESSS, TERIMAKASIH.