Chereads / Hey Alden / Chapter 22 - Pekerjaan yang Memuakkan

Chapter 22 - Pekerjaan yang Memuakkan

Angel dan juga sang sekretaris hari ini sudah dalam perjalanan pulang menuju ke Jakarta, semua pekerjaannya selama tiga hari di luar kota juga sudah selesai dan Angel, berencana untuk mengambil cuti selama beberapa hari ke depan sekaligus untuk meredakan gosip yang tengah beredar memanas, perkara ia menolak cinta dari laki-laki yang mengejar-ngejarnya.

Bahkan saking beredar luasnya sampai-sampai gosip tersebut sampai terdengar di telinganya Alden, yang saat itu tidak sengaja menonton televisi di toko milik sahabatnya.

"Angel? Kamu mau ngambil cuti selama berapa hari? Nanti biar aku atur ulang jadwal kerjaan kamu?" tanya sang asisten.

"Emm rencananya aku mau ngambil cuti satu Minggu," jawab Angel dengan entengnya.

"Ish ya tidak bisa sampai selama itu juga dong, kamu ingat kan? Kamu itu masih ada kontrak shooting di sebuah sinetron, kalau cuti kamu selama itu takutnya nanti sutradara dan produser marah-marah sama aku dikiranya aku tidak bisa ngingetin artisku buat disiplin," protes sang asisten membuat Angel mendengus.

"Seriusan di aku tuh sebenernya udah pengen resign dari dunia entertainment dan pengen fokus aja sama semua bisnisku, tapi gara-gara aku masih punya banyak kontrak aku belum bisa mengambil cuti semauku," keluh Angel.

"Kalau kamu udah enggak jadi artis lagi, kamu bakalan memberhentikan aku buat bekerja sama kamu dong?" tanya Laras membuat Angel mengerutkan keningnya.

"Hm? Siapa yang bilang kayak, gitu? Walaupun aku tidak bekerja lagi di dunia entertainment, kamu tetap kerja sama aku sebagai asistenku mau sampai kapanpun itu, aku tidak akan mencari pengganti asisten yang lain karena cuma kamu, yang bisa memahami bagaimana diriku dan apapun itu keinginanku," jelas Angel membuat Laras bisa menghembuskan nafasnya dengan lega.

"Kalau dipikir-pikir iya juga sih, tidak mudah jadi asisten kamu apalagi yang setiap minggunya harus mencarikan asupan laki-laki buat kamu, tapi untung saja sekarang aku sudah tidak disuruh-suruh lagi karena kamu udah cocok sama Alden, kan? Kamu suka sama dia, ya?" ledek sang asisten membuat Angel memutar bola matanya dengan malas.

"Jangan mulai, dari tadi kita tidak membicarakan laki-laki itu kenapa sekarang kamu malah membicarakannya?" heran Angel sambil geleng-geleng kepala.

"Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa? Tapi aku selalu tertarik untuk membicarakan laki-laki itu karena sejauh ini, cuma dia yang paling lama nemenin kamu dan dia enggak ada komplain atau apapun itu. Berapa bayaran yang kamu kasih ke dia sampai dia betah banget sama kamu?" tanya Laras.

"Kalau soal bayaran kamu tahu kan aku tidak pernah tanggung-tanggung dalam memberikan bonus, kepada orang yang bisa menyenangkan aku dan menuruti semua keinginanku," ujar Angel.

"Ah pantas saja dia betah pasti kamu memberikannya sampai ratusan juta, kan? Kalau dilihat-lihat kayaknya dia masih muda deh, kamu enggak ada kepikiran buat nyuruh dia ngelanjutin kuliah lagi atau gimana, gitu?" usul Laras membuat keningnya Angel berkerut.

"Buat apa?" tanyanya.

"Ya kan enggak selamanya juga dia bakalan jadi pemuas kamu, maksudku adalah dia pasti juga punya cita-cita dan kalau kamu bisa membantu dia untuk kembali melanjutkan pendidikannya, ya itu akan sangat bagus sekali buat masa depannya. Daripada dia cuma di rumah atau pun ngelayap ke sana ke sini yang enggak jelas, mendingan masukin aja dia ke salah satu kampus biar dia punya kegiatan yang lebih bermanfaat," usul sang asisten membuat Angel berpikir sejenak.

"Coba nanti aku tanyakan dulu sama anaknya mau atau tidak kalau melanjutkan kuliah, kalau tidak mau aku kan juga tidak bisa memaksakannya. Aku yakin kok dia pasti bisa memanfaatkan uang yang aku berikan untuk hal-hal yang positif, karena sejauh ini aku melihat dia tidak pernah beli-beli sesuatu yang aneh-aneh. Aku juga jarang banget ngelihat dia ngelayap, kalau dia mau pergi-pergi juga pasti bilang sama aku dulu," ujar Angel membuat Laras menatapnya penuh curiga.

"Ngapain dia kalau mau pergi-pergi harus bilang dulu sama kamu? Memangnya kamu pacarnya? Oh atau kamu ibunya? Kenapa harus laporan dulu? Apa sudah sedekat itu hubungan kalian?" goda sang asisten membuat Angel ingin sekali memukul wajah asistennya dengan tas mahalnya.

Angel memilih untuk tidak meladeni pertanyaan yang nyeleneh dari asistennya, karena perjalanan masih cukup panjang ia memutuskan untuk memejamkan mata dan mendengarkan musik.

Alden ingin sekali pergi keluar tapi ia tidak bisa keluar seenaknya kalau belum izin dengan si pemilik rumah, tapi dari tadi ia sudah mengirimkan beberapa kali pesan namun belum ada balasan dari Angel. Tadinya mau menelpon takutnya nanti mengganggu aktivitasnya, padahal biasanya kalau dikirimin pesan tak lama kemudian langsung dibalas.

"Ah aku benar-benar bosan di rumah ini," keluh Alden.

Walaupun semua fasilitas di rumahnya Angel begitu lengkap bahkan tidak ada satupun yang kurang di dalamnya, akan tetapi kalau di dalam rumah cuma sendirian tetap saja merasa bosan, mana sampai sekarang Angel belum pulang dari luar kota tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol di rumah.

Alden yang sudah tidak betah akhirnya memutuskan untuk diam-diam keluar rumah tanpa sepengetahuan dari Angel, seketika ia lupa bahwa seluruh. Seketika ia melupakan di kediamannya Angel terdapat CCTV yang aktif dan selalu dipantau oleh pemiliknya.

"Kalaupun nanti Angel tahu aku keluar diam-diam biarin aja deh, nanti aku cari alasan yang lain biar dia percaya kalau aku bukan keluar buat nongkrong," ujar Alden sembari menutup pintunya dan menguncinya terlebih dahulu sebelum ditinggal keluar dan memastikan semuanya aman.

"Mau ke mana?" celetuk seseorang membuat Alden terkejut bahkan reflek sampai melemparkan kuncinya.

"Angel? Kamu kok sudah pulang? Astaga, kamu ngagetin aja aku pikir tadi siapa?" Alden mengelus dadanya yang masih deg-degan.

"Masuk lagi ke dalam rumah, siapa yang mengijinkan kamu untuk keluar?" suruh Angel dengan nada dinginnya.

"Tadinya cuma mau cari makan di luar saja kok," elak Alden.

"Mau ngapain cari makan di luar? Memangnya stok di kulkas sudah habis? Memangnya tidak bisa delivery order?" tegur Angel membuat Alden bingung harus menjawabnya bagaimana.

"Masih ada sih, tapi aku bosan di rumah makanya aku mau sekalian jalan-jalan di depan gitu," ujar Alden sembari memainkan jari jemarinya.

"Karena aku sudah pulang, jadi kamu enggak boleh pergi ke mana-mana. Ayok buka lagi pintunya," suruh Angel membuat Alden memanyunkan bibirnya karena gagal nongkrong.

Begitu mereka berdua sudah kembali memasuki rumah dan kini ke duanya duduk di sofa depan televisi, Angel menyuruh Alden untuk membuatkan minuman dingin untuknya.

"Kenapa kamu tidak mau memperkerjakan pembantu lagi di rumah ini?" heran Alden yang baru saja kembali dari dapur sembari membawa satu gelas minuman di tangannya.