Chereads / Sukses Karena Hinaan Mertua / Chapter 7 - Diculik

Chapter 7 - Diculik

Padahal rumah makan ini masih belum buka, tapi sudah ada yang mau bertamu.

Kira-kira siapa yang bertamu ke rumah makan ini?

Apa Pak Malik balik lagi kesini karena ada sesuatunya yang tertinggal?

Tapi kenapa nggak langsung masuk saja? Ngapain juga harus mengetuk pintu, kan rumah makan ini miliknya.

Akhirnya aku terpaksa bangun dan berjalan keluar untuk membuka pintu, karena aku juga penasaran siapa yang mengganggu istirahatku.

Betapa terkejutnya aku setelah membuka pintu. Ada beberapa orang berpakaian hitam, bertopi hitam, dan juga memakai masker hitam.

Kuhitung berjumlah lima orang, yang kutaksir semuanya laki-laki. Karena perawakan mereka yang besar-besar seperti preman.

"Bawa dia." Salah satu dari mereka memerintah, dan dua diantaranya langsung memegang kedua tanganku.

"Apa-apaan ini? Siapa kalian?"

Aku mencoba memberontak, tapi hasilnya nihil. Karena kekuatan mereka jauh lebih besar dibandingkan tubuhku yang kecil.

"Bungkam mulutnya." Teriak orang yang tadi memerintah, kuyakini dia itu adalah ketuanya, karena hanya dia yang selalu memerintah.

Dua orang lainnya pun membungkam mulutku dengan kain dan mendorongku agar aku ikut dengan mereka.

Mau berontak pun percuma, karena aku yakin lawan satu orang saja sudah pasti kalah, apalagi ini lima orang bebadan kekar.

Dari suaranya terdengar sangat asing, aku sama sekali tidak mengenalinya.

Tapi kenapa mereka semua membawaku?

Ada hubungan apa mereka denganku?

Terpaksa aku mengikuti mereka masuk kedalam mobil, dan salah satu dari mereka mengemudikan mobil sambil ngebut.

Aku tadi tidak sempat menutup pintu rumah makan Pak Malik, karena kedua tanganku dipegang dengan sangat erat.

Gimana kalau nanti ada maling? Pasti aku yang akan disalahkan oleh Pak Malik.

Aku masih mencoba untuk memberontak, tapi masih sama seperti tadi, mereka tak mau memberi celah sedikitpun untuk aku bergerak.

Hingga salah satu dari mereka mengambil kain yang tadi digunakan untuk membungkam mulutku dengan kasar.

"Kalian siapa? Kalau mau menculik saya, kalian salah orang. Karena saya anak orang nggak punya. Saya juga nggak punya harta apapun." Teriakku, agar mereka tahu kalau mereka menculik orang yang salah.

Aku yakin kalau mereka itu perampok, tapi karena di rumah makan itu belum ada apa-apanya, jadinya mereka menculikku. Mungkin niatnya mau minta tebusan.

Tak ada satu pun dari mereka yang menghiraukan ucapanku, nggak ada gunanya aku teriak-teriak, justru malah membuatku seperti orang gila.

Tiba-tiba terdengar bunyi ponsel dari salah satu orang yang menculikku.

"Hallo, Bos. Kami sudah berhasil membawanya." Ucap ketua preman setelah menerima panggilan telepon yang entah dari siapa.

"..... "

"Baik, Bos. Laksanakan." Ucapnya lagi sebelum mengakhiri panggilan.

"Bius dia dan ambil ponselnya, biar nanti dia tidak bisa menghubungi siapa pun." Perintah ketua preman pada anak buahnya.

Satu orang diantaranya mengambil sapu tangan yang ada disaku bajunya, dan kuyakini sapu tangan itu sudah diberi obat bius terlebih dahulu.

Belum sampai sapu tangan itu mengenai hidungku, sapu tangan itu sudah jatuh kebawah karena tendangan mautku.

Plak

"Berani kau menendangku, dasar manusia tak berguna."

Satu tamparan berhasil mendarat dipipi ku, rasanya sangat panas serta perih, hingga terasa ada sesuatu yang mengalir disudut bibirku.

Sapu tangan itu kembali diarahkan pada hidungku, kali ini aku sama sekali tak bisa berontak, karena satu orang lagi memegangi kedua kakiku.

Hingga setelah itu aku sama sekali tak ingat apapun.

****

Terasa kepalaku berdenyut nyeri dan perih diujung bibirku masih sangat terasa.

Kuedarkan pandangan kearah sekitar. Baru aku tahu kalau aku berada didalam ruangan seperti gudang.

Entah aku dimana sekarang, aku sama sekali tak tahu dimana tempat ini, karena mereka membuatku pingsan saat membawaku kesini.

Apa motif dari penculikan ini? Kenapa mereka semua menculikku? Ada masalah apa mereka sama aku?

Padahal selama ini aku sudah berusaha berbaik hati kepada siapapun, tapi kenapa masih ada saja orang yang tidak suka denganku.

Lihat saja nanti, jika aku tahu siapa orang dibalik insiden penculikan ini, aku pasti akan membalas semuanya.

Selama ini aku sama sekali tak punya musuh, tapi orang itu yang mencari musuh denganku.

"Kita apakan dia, Bos?"

Terdengar suara salah satu dari mereka yang tadi menculikku.

"Entahlah, Bos masih belum menyuruh kita melakukan apapun." Jawab ketua preman.

Setelah itu sama sekali tak terdengar suara apapun dari luar.

Setelah mendengar pembicaraan mereka, aku sangat yakin jika ada seseorang lagi selain mereka dibalik penculikan ini.

Aku berusaha mencari jalan keluar, tapi sayangnya sama sekali tidak ada jendela didalam gudang ini.

Kayaknya mereka sengaja mengurungku ditempat ini agar aku tak bisa kabur.

"Bos, kenapa kita tidak bunuh dia saja, agar pekerjaan kita selesai."

Terdengar lagi suara didepan pintu.

Kayaknya mereka sedang menjagaku didepan pintu. Ini membuatku kesulitan untuk mencari jalan keluar.

"Iya, Bos. Lagian kita kan sudah biasa bunuh orang, dan setelah itu tinggal buang mayatnya kebelakang rumah, daripada kita harus selalu menjaga dia disini. Itu membuat kita tidak bisa leluasa pergi kemana-mana." Lainnya ikut menimpali.

Tiba-tiba jantungku berdetak lebih cepat dari kata normal setelah mendengar pembicaraan mereka.

Apa mereka akan membunuhku?

Perasaan selama ini aku tidak mempunyai musuh sama sekali, tapi kenapa masih ada saja orang yang ingin memusuhiku?

Aku sangat yakin kalau semua ini ulah keluarga Santi. Kalau bukan ulah mereka, terus siapa lagi.

Aku nggak pernah punya masalah sama siapa pun, hanya keluarga Santi yang bermasalah denganku.

Sangat-sangat aku sesali karena sudah terjerumus dalam keluarga yang salah. Dan nasibku jadi tragis seperti ini.

Entah aku bisa pulang dengan selamat atau pulang tinggal mayat tanpa nyawa, atau mungkin bahkan hanya pulang dengan nama saja.

Aku rasa sangat susah menyelamatkan diri dari tempat ini, karena mereka semua selalu gantian berjaga.

Tiba-tiba terlintas senyum Ibu dan Bapak dalam pikiran. Terakhir kali aku bertemu bereka berdua saat aku menggelar pesta kecil-kecilan di rumah Ibu. Itu pun hanya tetangga dan keluarga dekatku yang datang. Keluarga dari Santi sama sekali tak nampak batang hidungnya.

Maklum lah, karena rumah Ibu sangat jauh dibandingkan rumah keluarga Santi yang mewah dan megah.

Ceklek

Terdengar pintu dibuka.

Aku sengaja pura-pura pingsan agar mereka tidak menyiksaku, karena aku beneran takut jika mereka sampai membunuhku.

"Rupanya dia masih tidur." Ucap seseorang yang suaranya sangat familiiar.

Apa dia yang menyuruh para preman itu menculikku? Tapi apa salahku dengannya?

Selama ini hubungan kita memang tak pernah baik. Tapi aku sama sekali nggak menyangka kalau dia dalang dibalik penculikan ini.

Benar-benar sungguh biadab, ternyata pemikiranku benar dan sama sekali tidak salah.