Chereads / Sukses Karena Hinaan Mertua / Chapter 11 - Rumah Ratna

Chapter 11 - Rumah Ratna

Aku tak mau jika sampai ada yang mengetahui kalau aku sudah menikah.

"Tak apa kalau kamu masih belum percaya denganku. Sekarang istirahatlah, aku ada urusan sebentar, nanti aku akan kesini lagi." Ucap Ratna, setelah itu berjalan keluar dari ruangan.

Aku masih memikirkan pertanyaan dari Ratna, darimana aku harus memulai bercerita. Cerita hidupku sangat panjang dan lebar. Lagi pula aku juga tidak mau kalau Ratna mengetahui jika aku sudah mempunyai seorang Istri.

Mungkin lebih baik aku jujur saja, daripada nanti kebohonganku justru malah membuat bom dalam kehidupanku sendiri.

Tapi aku harus mencari waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya kepada Ratna, karena aku juga harus tau seluk beluk tentang Ratna sebelum dia tau semua tentangku.

****

Tiga hari dirawat di rumah sakit membuat tubuhku agak mendingan, dan hari ini aku sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter Damar.

Entah kemana perginya Ratna, hingga sampai siang begini Ia masih belum kesini untuk menjemputku. Padahal Dokter Damar sudah memberitahunya kalau aku sudah diperbolehkan pulang hari ini.

Kurebahkan tubuhku di atas brankar rumah sakit untuk menunggu kedatangan Ratna. Karena Ia pun sudah berjanji kalau Ia akan membawaku ke rumahnya dan mau merawatku.

Krak

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok perempuan yang sangat cantik, itu dia yang dari tadi aku tunggu, akhirnya datang juga.

"Sudah siap?" Tanya Ratna sambil berjalan anggun mendekatiku.

Aku hanya mengangguk menanggapi.

Ratna memegang sebelah tanganku untuk membantuku turun dari brankar.

Padahal aku bisa turun dan jalan sendiri, tapi Ratna menuntun jalanku seolah aku ini orang tua yang harus dibantu untuk berjalan.

Biarlah, lumayan juga bisa berdekatan dengan wanita secantik Ratna.

Sebenarnya Santi juga tak kalah cantik dari Ratna, tapi sayangnya Santi mempunyai keluarga yang bagaikan singa yang siap menerkam mangsanya, membuatku jadi malas untuk melanjutkan pernikahanku dengannya.

Lebih baik aku fokus pada tujuanku untuk balas dendam, menyembunyikan identitasku agar keluarga Santi mengira kalau aku sudah mati.

"Ini mobil kamu?" Tanyaku dengan ekspresi kaget, karena tak menyangka kalau Ratna mempunyai mobil semewah ini.

Tau kan mobil Rolls Royce tipe Phantom keluaran tahun ini, yang harganya sangat fantastic, bahkan para artis saja hanya beberapa yang punya mobil ini. Karena harganya berkisar puluhan milyard.

Aku memang miskin, tapi aku juga tau mana mobil mahal dan murah.

Aku dulu sempat berangan bisa memiliki mobil semewah ini, tapi itu semua hanya angan semu yang tak kan pernah terwujud.

"Iya, ayo masuk." Jawabnya sambil membuka pintu mobil untukku.

Harusnya aku yang membuka pintu mobil untuknya dan mempersilahkannya masuk, bukan malah sebaliknya seperti ini.

Dalam mobil kita berdua hanya diam tanpa membicarakan apapun, kita menyelami pikiran masing-masing. Dan yang aku pikirin hanya satu, kalau mobilnya saja sebagus ini, bagaimana dengan rumahnya, pasti lebih bagus dari rumah para artis.

"Emm, aku boleh tanya sesuatu?"

Aku mencoba memulai pembicaraan, agar suasana tak lagi canggung dan bisa sedikit mencair, walaupun agak kikuk.

Bayangkan saja, aku yang hanya remukan rengginang bisa kenal dengan wanita cantik dan kaya pula.

"Boleh, mau tanya apa?" Jawabnya sambil fokus memandang kearah jalan.

"Emm, gimana ya, nggak jadi deh, nggak enak ngomongnya." Ucapku sambil menggaruk tengkuk yang terasa merinding.

Sebenarnya aku ingin tanya usaha orang tua Ratna, karena bisa sesukses ini. Tapi aku merasa nggak enak, karena kita juga baru kenal beberapa hari. Menurutku aneh saja kalau aku bertanya soal pekerjaan yang bisa membuatnya kaya raya.

Pasalnya aku dari kecil juga bekerja keras, hingga aku sudah mempunyai istri, tapi sampai sekarang juga masih belum kaya, emang dasarnya nasib.

"Kamu ini ada-ada saja, kalau mau tanya ya tanya saja. Kalau bisa pasti aku jawab." Ucapnya sambil tertawa kecil.

Aku tetap mengurungkan niatku untuk bertanya, seiring berjalannya waktu nanti aku pasti akan tahu sendiri apa usaha keluarga Ratna.

Tak berselang lama mobil Ratna memasuki kawasan rumah elit yang terlihat sangat megah dan mewah-mewah. Tapi yang membuatku terpanah, mobil Ratna berhenti tepat didepan rumah besar yang dikelilingi pagar besi dengan gambar bunga ditengahnya. Rumah itu bertingkat tiga dan sangat besar, seperti hotel berbintang.

"Kenapa malah bengong, ayo turun." Ucap Ratna yang sudah berdiri tepat di samping pintu mobil yang masih tertutup.

Aku buka perlahan pintu mobil itu, setelah itu keluar dan berjalan mengikuti langkah kaki Ratna masuk kedalam rumah.

Disaat rumah terbuka aku tak henti-hentinya melongo, sampai-sampai air liur hampir saja menetes karena saking kagetnya ada rumah sebesar ini.

Aku pikir selama ini rumah Santi lah yang paling bagus diantara yang lainnya, tapi ternyata masih ada yang jauh lebih bagus dan megah, yaitu rumah Ratna yang sekarang ada didepan kedua mataku.

"Ayo masuk."

Ratna menarik sebelah tanganku untuk masuk kedalam rumahnya, dan menyuruhku duduk di sofa ruang tamu.

Sofa yang sangat empuk, melebihi empuknya ranjang pengantin baru.

"Aku bikinin minum dulu ya." Pamitnya sambil melangkah masuk kedalam rumah, meninggalkanku sendirian di ruang tamu.

Rumah ini memang sangat besar dan mewah, tapi terlihat sangat sepi seperti rumah tak berpenghuni.

"Silahkan diminum." Ucap Ratna sambil meletakkan dua gelas jus jeruk di atas meja dan beberapa camilan kue kering.

"Kenapa rumah kamu sangat sepi? Orang tua kamu kemana?" Tanyaku sambil menyeruput jus yang terlihat sangat segar.

"Aku sudah gak punya orang tua." Jawab Ratna, manik matanya menerawang jauh ke depan.

"Maaf ya, aku gak bermaksud membuatmu sedih." Ucapku dengan tak enak hati.

Ratna pun menceritakan kehidupannya sehari-hari, dan baru aku tau kalau ternyata kedua orang tua Ratna sudah lama meninggal. Ia hanya hidup sebatang kara di kota ini.

Aku benar-benar takjub mendengar ceritanya kalau ia hanya tinggal sendiri di rumah yang besar ini tanpa seorang pembantu ataupun tukang kebun. Semua pekerjaan rumah ia lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia juga mengelola bisnis keluarga sendirian karena hanya dia satu-satunya pewaris yang masih tersisa.

Benar-benar wanita mandiri. Sangat berbeda sekali dengan Santi yang manja, sekalipun Santi tak pernah melakukan pekerjaan rumah, karena ada pembantu yang selalu siap sedia menyiapkan semua kebutuhan Santi.

"Kamu gak takut tinggal sendirian di rumah sebesar ini?" Tanyaku lagi, dan Ratna menjawab dengan gelengan kepala.

"Aku sudah biasa, sudah bertahun-tahun aku hidup sendiri."

Inilah wanita yang aku cari sebenarnya, pemberani dan mandiri, sama seperti Dewi mantan kekasihku dulu.

Tiba-tiba pikiran jahat melintas di otakku, membuatku tersenyum miring sambil menatap dalam manik mata Ratna.

"Akhirnya tak lama lagi aku bisa membalaskan dendam ku pada keluarga Santi."