Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

FORSETEARS : Rebirth and Revenge

🇮🇩Expertarina
--
chs / week
--
NOT RATINGS
49.8k
Views
Synopsis
Alatariel Artanis Rin adalah seorang Ratu dan istri dari Raja Tirtanu yang bernama Ehren Enzi Alsaki. Pada tahun 1348, Alatariel dijatuhi hukuman mati oleh suaminya sendiri karena sebuah kasus. Untungnya dia berhasil kabur dan resmi menjadi seorang buronan Kerajaan Tirtanu. Setelah menjadi buronan, hidup Alatariel berubah 180 derajat. Nasib sial terus menerus menghampirinya. Dia merasa semua kesialan itu muncul karena ulah Ehren sehingga dia menaruh dendam pada Ehren. Aiden Woody Blair adalah seorang jenderal dari Kerajaan Eldamanu. Dia membantu Alatariel untuk membalaskan dendam. Ternyata, agenda balas dendam Alatariel berhasil menyibak tabir misteri gelap yang menyelimuti 7 kerajaan besar. Masalah menjadi semakin panas saat muncul cinta segitiga antara Alatariel, Ehren, dan Aiden. Konflik besar dari 7 kerajaan muncul dan menjadi awal dari sebuah era reformasi. Cerita selengkapnya ada di bawah ini!
VIEW MORE

Chapter 1 - EP. 001 - Eksekusi

Seorang perempuan berbaju putih berhiaskan noda darah sedang terduduk lemas. Dia berada di tengah halaman rumput yang dikelilingi para prajurit dan pejabat Kerajaan Tirtanu. Tangan dan badannya diikat dengan tali tambang. Dua langkah didepannya berdiri Raja Ehren, sang penguasa Kerajaan Tirtanu.

"Sudah kubilang, aku tidak pernah melakukan itu", ucapnya dengan lirih menahan sakit.

"Jika semua pengkhianat mengaku, maka semua penjara sudah penuh", jawab Sang Raja.

"Jadi Yang Mulia lebih memilih untuk mempercayai para menteri daripada istrimu sendiri yang sudah Yang Mulia kenal selama 21 tahun dan nikahi selama 11 tahun" ucap perempuan itu.

"Hanya karena hari ini baik, belum tentu akan tetap baik keesokan harinya. Aku harus berhati-hati dengan hal itu". balas Sang Raja. "Lakukan sekarang!",teriaknya lalu berbalik menaiki tangga halaman istana kerajaan.

Ternyata, perempuan itu adalah Ratu Alatariel Artanis Rin, istri pertama Raja Ehren Enzi Alsaki sekaligus permaisuri Kerajaan Tirtanu. Hari ini, pada musim dingin tahun 1348, Ratu Alatariel dieksekusi mati oleh suaminya sendiri. Seorang prajurit muncul dari balik kabut tepat dibelakang ratu. Dia berjalan membawa pedang berukir dengan panjang 90 cm. Semakin lama, semakin dekat dan "Ssssrkkk...". Satu detik setelah pedang diayunkan, darah berhamburan ke mana-mana.

Kerajaan Tirtanu adalah sebuah kerajaan yang memiliki kekuatan maritim yang hebat. Selain itu, Kerajaan Tirtanu memiliki perusahaan kapal perang terbesar dibanding 6 kerajaan lainnya. Tentu saja, Kerajaan Tirtanu menjadi kaya raya melalui perusahaan itu. Ada samudra yang mengapit kerajaan ini di sebelah barat dan timur sedangkan di sebelah utara ada Kerajaan Andalanu dan sebelah selatan ada Kerajaan Kepanu.

Sadar bahwa nyawanya masih ada, Ratu mulai membuka mata dan melihat bahwa Raja masih berdiri di ujung tangga tertinggi yang ada di teras istana. Pandangannya turun ke bawah, ternyata Ratu masih berada di tempat yang sama, yaitu halaman rumput yang kini sudah dibasahi sedikit darah merah.

Ratu segera mengecek seluruh anggota badannya. Dengan cepat, matanya mengarah ke bawah, kanan, kiri, atas, lalu berbalik. Ternyata darah tersebut bukan dari badannya, melainkan dari tubuh prajurit yang menjadi algojonya. Prajurit tersebut sedang tak sadarkan diri. Ada banyak darah mengucur dari nadi tangan kanannya yang memegang pedang. Ratu mengarahkan pandangannya ke atas dan di sana ada Selir Adeline yang masih memegang pedang dengan posisi siaga.

Selir Adeline bertanya pada Ratu, "Anda baik-baik saja, Yang Mulia?"

"Syukurlah, aku masih hidup", jawab Ratu.

"Adeline.... Kau sadar apa yang kau lakukan? Kau tahu huku....",belum selesai Raja berteriak, tiba-tiba dari balik gerbang sebelah atas muncul ratusan anak panah. Refleks, semua orang di sana langsung pergi berlindung dan memikirkan langkah berikutnya. Ratu memanfaatkan momen ini untuk kabur.

"Angkat senjatamu dan bentuk formasi. Dawn, antar para pejabat dan semua warga sipil yang ada ke aula dalam. Untuk tim akas, cari Ratu", perintah Raja.

Semuanya berjalan cepat, pasukan bertameng istana Tirtanu segera maju di barisan paling depan. Tameng di tata rapi dan rapat. Ada tameng yang diletakkan di atas dan di depan pasukan. Mereka berbaris di belakang pagar tembok gerbang istana untuk bersiap. Untungnya, pintu gerbang istana masih tertutup. Awalnya, yang berjatuhan di atas tameng adalah panah, disusul dengan kerikil, lalu batu besar.

"Lindungi pintu! Ganjal dengan benda apapun yang besar! Tim pemanah, siapkan panah api!" perintah Raja.

Ada kursi kayu panjang di halaman istana. Para prajurit menggunakan itu untuk mengganjal pintu namun itu saja tidak cukup. Pintu gerbang yang tertutup dan terkunci oleh kayu besar sudah mulai bergoyang. Raja mulai panik dan melihat sekelilingnya lalu menemukan kayu besar di sebelah pojok kanan dari arah pukul 2.

"Di sebelah kanan ada kayu ulin, angkatlah dan gunakan untuk mengganjal pintu", teriak Raja. Ada 50 pria yang mengangkat kayu tersebut, tentu saja dengan bantuan tombak dan kayu kecil-kecil berjajar sebagai rodanya. "Tim pemanah, tembak!" Prajurit Tirtanu mulai melancarkan serangan terhadap siapapun yang ada di balik gerbang istana.

Situasi di halaman istana sangat kacau. Panah beterbangan, prajurit banyak yang jatuh, tim pengganjal pintu kuwalahan, dan Raja yang panik dan bingung harus melakukan apa lagi. Semua ini terlihat di mata Selir Adeline yang sudah berdiri di menara tertinggi istana.

"Hanya ada sekitar 100 orang dari Kerajaan Kepanu, seharusnya mereka bisa mengatasi ini", batin Adeline. Entah apa yang ada dipikiran Adeline saat ini. Yang jelas, serangan Kerajaan Kepanu berhasil membukakan jalan Ratu untuk kabur.

Ratu berhasil keluar dari gerbang belakang melalui jalur rahasia bawah tanah yang kebetulan tidak terkunci. Istana Tirtanu berada di kaki gunung Neji yang ketinggiannya mencapai 2.769 mdpl. Sebelum menaiki gunung Neji, Ratu mampir di salah satu bukit yang paling dekat dengan gerbang depan. Di sana, Ratu mengamati Raja dan pasukannya yang sedang diserang. Ternyata, Raja juga sempat curi-curi pandang ke atas bukit tempat Ratu berdiri sekarang.

Butiran salju yang berjatuhan menemani Ratu yang perasaannya campur aduk. Rasa sedih, kecewa, marah, bahagia, dan rindu sedang berputar-putar di hatinya. Dia ingin bicara, tapi bingung dalam merangkai kata sehingga yang dilakukan hanyalah memandangi Raja dalam diam. Raja Ehren dan Ratu Alatariel saling berpandangan. Anehnya, Raja Ehren hanya diam dan tidak memerintahkan prajuritnya untuk mengejar Ratu padahal dia tahu di mana Ratu berada. Entah apa yang ada dipikiran dia sekarang.

Setelah bertatapan sekitar 1 menit, Raja memalingkan pandangan, berpura-pura tidak melihat ratu, dan kembali berusaha melindungi istana dari serangan pasukan Kerajaan Kepanu. Pasukan Kepanu berhasil mendobrak pintu gerbang. Ratu juga melanjutkan perjalanannya untuk keluar dari Kerajaan Tirtanu. Jika ada seorang Ratu dieksekusi mati, maka di hari eksekusi tersebut Raja dan Ratu resmi dinyatakan bercerai. Itulah yang aturan hukum dari Kerajaan Tirtanu. Jadi mulai hari ini, Alatariel Artanis Rin hanyalah perempuan sipil biasa dan mantan istri dari Raja Ehren Enzi Alsaki.

Akhirnya, Raja Ehren dan pasukannya berhasil menggagalkan serangan pasukan Kerajaan Kepanu. Dalam setiap peperangan, tidak ada pihak yang menang dan kalah karena selalu ada korban di kedua belah pihak. Jika tidak ada korban jiwa, minimal ada dana yang dikorbankan untuk kebutuhan militer. Prajurit Kepanu yang terluka namun masih hidup dirawat di ruang unit kesehatan istana dalam kondisi terborgol. Prajurit Kepanu yang meninggal dikumpulkan dalam sebuah gerbong kereta kuda untuk dikembalikan lagi ke kerajaan asalnya.

Begitu selesai membersihkan luka dan berganti baju, Raja berjalan ke ruang kerja tertutup yang berada di belakang singgasananya. Dipandanginya dinding ruang kerja sambil duduk dan menghembuskan nafas panjang. Terlintas kenangan masa-masa bahagianya bersama Alatariel di ruang kerjanya.

"Tok, tok, tok", suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Raja.

"Saya di sini, Yang Mulia", ucap seorang staf kerajaan sambil membuka pintu.

"Tolong, panggilkan Adeline ke sini!" perintah Raja.

"Baik Yang Mulia", jawab staf itu.

Bagaimanapun juga, 11 tahun bukan waktu yang sebentar. Raja teringat saat dirinya tertawa saat Alatariel melawak, menangis dipelukan Alatariel saat ibunya meninggal, begadang bersama Alatariel untuk memeriksa dokumen, dan kadang bertengkar dengan Alatariel hanya untuk berebut makanan. Tanpa disadari, 1-2 tetes air mata jatuh ke pipi kanannya.

Tak berselang lama, Adeline memasuki ruang kerja Raja Ehren. "Adeline hadir, Yang Mulia".

"Apa kau masih ingat bahwa semua orang yang berusaha menggagalkan eksekusi dianggap sebagai pengkhianat?" tanya Raja.

"Saya siap untuk bertanggung jawab dengan apa yang terjadi hari ini", jawab Adeline dengan tegas. "Tapi sebelum Yang Mulia menghukum saya, izinkan saya menyerahkan bukti bahwa bukan Ratu yang menyebar rumor bahwa anda telah membunuh Raja sebelumnya dan hasil otopsi menyatakan bahwa Raja sebelumnya tidak meninggal karena dibunuh. Artinya, rumor bahwa Yang Mulia telah membunuh ayah Anda sendiri demi tahta itu tidak benar dan bukan Ratu juga yang membunuh raja yang sebelumnya", lanjut Adeline.