"Ok, kita berangkat sekarang", perintah Yoshi.
Tim Akas berangkat dari basecamp sekitar pukul 16.00 sore. Sore itu jalur pendakian sepi karena musim dingin. Hanya ada Tim Akas di jalur pendakian. Sebenarnya, masih ada penduduk lokal yang mendaki Gunung Neji pada musim dingin namun mereka lebih suka mendaki mulai pagi hingga siang hari.
Untungnya, salju tidak turun sore itu sehingga suhu tidak terlalu dingin. Jejak kaki Tim Akas terlihat jelas dari kejauhan. Hal itu wajar karena salju masih setinggi lutut. Yudanta bertugas sebagai leader dan pembawa peta. Di belakang Yudanta ada Raefal, Xavier, lalu Ketua Yoshi di bagian paling belakang sebagai sweeper.
Sekitar 500m dari basecamp, tiba-tiba Yudanta berteriak, "Pak Ketua, lihat itu!"
"Ternyata benar, Ratu lewat sini dan ini darahnya", kata Raefal.
"Ya, benar! Ini darah manusia, bukan hewan", kata Xavier sambil mengusap dan mencium darahnya dengan jari telunjuknya.
"Ok, mulai sekarang kita akan mengikuti jejak ini. Untuk Yudanta, tolong tandai koordinatnya di peta, jalur, dan arah mata angin yang akan kita tuju! Untuk Raefal dan Xavier, tolong tandai jalurnya! Aku akan memeriksa lokasi. Siapa tahu, aku bisa menemukan sesuatu yang janggal", perintah Yoshi.
Berjalan, berjalan, dan terus berjalan. Itulah yang bisa dilakukan Alatariel. Dia harus terus berjalan jika tidak ingin mati membeku. Apalagi, malam akan tiba sebentar lagi dan Alatariel tidak membawa penerangan apapun. Dia harus segera mencari tempat perlindungan sebelum malam tiba.
"Srrrrkkk… srrrkkk… srrrkkk". Suara itu mengagetkan Alatariel. Dia segera menoleh ke belakang dan ternyata ada sekawanan serigala coklat mengikutinya. "Oh, tidak! Jangan sekarang, aku mohon!" ucap Alatariel pada dirinya sendiri.
Semua serigala yang ada di sana menatap Alatariel dalam posisi siaga. Firasat buruk mulai datang menyerbu Alatariel tapi Alatariel memutuskan untuk diam di tempat. Satu persatu serigala mulai datang menghampirinya. Satu serigala mulai mengendus pakaiannya, ada juga serigala yang menyentuh kakinya, bahkan ada juga serigala yang mulai menjilat-jilat.
Tidak ada pilihan lain bagi Alatariel selain diam dan pasrah di tempat saat diserbu serigala. Tidak masalah jika cuma menjilat, yang penting mereka tidak menggigit. Tapi masalahnya, langit sudah jingga dan suhu turun jadi lebih dingin. Kaki dan tangan Alatariel sudah mulai kram dan mati rasa.
"Buk… buk… buk… !" Alatariel memutuskan untuk memukul serigala itu dengan rantingnya dan melarikan diri. Serigala-serigala itu juga lari mengejarnya. Lari, digigit serigala, pukul, lalu lari lagi. Itulah hal yang dilakukan Alatariel berulang-ulang hingga malam tiba.
Main kejar-kejaran dengan serigala membuat tenaga Alatariel terkuras habis. Sekarang, dia benar-benar tidak punya tenaga untuk berdiri. Dia terpaksa duel melawan 3 ekor serigala sambil duduk dengan rantingnya. Serigala itu berhasil mengoyak tangan kakinya hingga terluka parah.
Muncullah cahaya api berkecepatan tinggi dari samping. Cahaya itu dengan cepat menembus kegelapan malam dan mendarat tepat di barang pohon tempat Alatariel dikeroyok serigala. Serigala itu kaget dan langsung melepaskan gigitan sambil tengok kanan kiri. "Wisusssd… wusssdddd", cahaya api kedua datang. Ternyata cahaya itu adalah panah api. Alatariel langsung melihat arah datangnya panah dan panah ketiga datang. Tim Akas sudah tiba untuk menangkap Alatariel dan panah tersebut dari Tim Akas.
Entah dapat kekuatan dari mana, Alatariel langsung lari lagi saat melihat Tim Akas. Aksi kejar-kejaran saat ini dilakukan oleh Alatariel dan Tim Akas. Alatariel yang awalnya berjalan mengikuti jalur, sekarang dia memilih untuk keluar jalur dan menerobos gelapnya hutan malam Gunung Neji. Namun tiba-tiba, kaki Alatariel sudah tidak menapak tanah dan semuanya gelap.
Cahaya terang menembus kelopak mata Alatariel dan membuatnya sadar. Namun walaupun begitu, dia tidak punya tenaga untuk membuka mata ataupun menggerakkan badannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk menenangkan diri dan tidur lagi. Baru tidur sebentar, suara orang berbincang mengembalikan kesadaran Alatariel dan memaksanya membuka mata.
"Yang Mulia sudah sadar!"
Alatariel langsung membuka mata lebar-lebar setelah mendengar ucapan itu. Ternyata, Yudanta yang berbicara. Alatariel segera memeriksa sekelilingnya dan sekarang dia berada di dalam tenda Tim Akas.
"Yang Mulia tadi anda masuk jurang dan terluka parah. Untungnya, jurang itu tidak terlalu dalam, Xavier membawa peralatan medis dan Ketua Yoshi bisa menjahit luka. Yang Mulia istirahat dulu di sini. Anda belum makan kan dari tadi?". Alatariel hanya bisa mengangguk.
"Tunggu sebentar ya, Ketua Yoshi masih memasak di api unggun depan. Sedangkan Xavier dan Raefal sedang mencari kayu bakar, air, dan makanan jika beruntung", kata Yudanta.
Entah mengapa, manusia cenderung jadi super saat sendirian di hutan. Saat tersesat di hutan sendirian, walaupun terluka parah masih tetap bisa berjalan. Namun, saat bertemu manusia lain, seluruh kekuatan supernya rasanya langsung hilang dan badan lemas seketika. Sama seperti, Alatariel yang sekarang hanya bisa berbaring dan mengangguk.
"Yang Mulia sudah sadar? Anda bisa makan ini dulu", kata Ketua Yoshi sambil menyodorkan makanan ke dalam tenda. Alatariel hanya bisa mengangguk dan berkedip.
"Anda tidak perlu takut. Tugas kami adalah membawa anda kembali dalam keadaan sehat. Jadi malam ini, anda bisa beristirahat dulu di sini", kata Yudanta.
"Tenang saja. Kami tidak akan menyakiti anda. Lagipula saya juga punya hutang nyawa pada anda. Jadi, anda harus tetap makan dan izinkan saya menyuapi anda", kata Ketua Yoshi. Alatariel hanya bisa menjawab dengan anggukan.
Yoshi mulai bercerita, "Apakah anda masih ingat waktu itu? Yang Mulia adalah satu-satunya orang yang berani diisolasi untuk merawat saya. Saat itu sedang ada wabah penyakit mematikan di Kepanu dan saya adalah salah satu korbannya. Anda melangkah maju dengan kerennya dan langsung membagi tugas untuk mencari bahan obat dan maracik obatnya tanpa takut tertular penyakit".
Ketua Yoshi, Yudanta dan Alatariel mengenang pengalaman mereka saat melakukan misi bersama di Kerajaan Kepanu. Canda tawa menghiasi tenda malam itu. Alatariel menjadi lebih tenang dari sebelumnya bahkan ikut tertawa bersama mereka hingga Xavier dan Raefal tiba.
Ketua Yoshi, Yudanta, Xavier, dan Raefal saling bertukar cerita dan Alatariel menjadi pendengar setianya. Mereka tidak punya pilihan selain berlindung di tenda dari dinginnya salju malam di Gunung Neji. Sebenarnya, Tim Akas sangat dekat dengan Ratu karena sering menjalankan misi bersama. Tim Akas dan Ratu sudah seperti saudara. Tim Akas adalah tim elit milik Raja Ehren dan Tim Araukaria adalah tim elit milik Ratu Alatariel.
"Dengar-dengar di Gunung Neji ada buah ajaib. Buah itu bisa membawa keberuntungan dan kekayaan tapi buah itu hanya ada 1 di sebuah pohon dan tidak boleh dibagi", celetuk Xavier.
"Orang tuaku dulu pernah cerita tentang itu. Dulu saat musim kemarau panjang, warga Tirtanu pernah membentuk tim ekspedisi khusus untuk mencari buah itu. Setelah ketemu, buahnya jadi rebutan. Warga saling tarik menarik untuk mendapatkannya sehingga membuat buahnya terbelah. Begitu terbelah, buahnya langsung terbakar menjadi abu", kata Raefal.
"Memangnya buah seperti itu ada? Bukankah itu hanyalah majas dan peribahasa yang diajarkan leluhur kita agar kita lebih rukun?" Tanya Ketua Yoshi.
"Bagaimana kalau besok kita cari buah itu? Nanti buahnya kita berikan pada Ratu agar bisa jalan kembali. Ya, setidaknya kita tidak perlu repot-repot untuk menandu Ratu dari gunung sampai ke istana. Kan capek? Lebih enak lagi kalau Ratu bisa berjalan sendiri. Namanya juga usaha. Siapa tahu buah itu bisa jadi obat untuk Ratu?" usul Yudanta.
"Lalu carinya bagaimana? Gunung Neji itu luas", tanya Raefal.
"Kita sebenarnya bisa bertanya pada penduduk lokal dan ranger Gunung Neji. Tapi butuh tenaga yang besar untuk naik dan turun gunung. Selain itu, harus ada yang menjaga Ratu", kata Ketua Yoshi.
Xavier menimpali, "Kalaupun kita berhasil membawa turun Ratu dan mengantarnya ke istana, belum tentu Ratu bisa sembuh. Kita semua tahu bahwa Ratu adalah peracik obat terbaik se-kerajaan Tirtanu. Kalau Ratu sakit, siapa yang bisa mengobati? Ujungnya-ujungnya kita akan diminta balik lagi ke Gunung Neji untuk mencari buah ajaib".
"Kalau begitu kita gantian. Ada tim atas dan tim bawah. Tim bawah bertugas mencari informasi sekalian membawa perbekalan baru sedangkan tim atas menjaga Ratu. Nah... kalau sudah selesai, tim bawah kembali dan menjaga Ratu lalu tim atas yang mencari buah ajaib", usul Ketua Yoshi.
"Boleh, ide bagus itu!" respon Raefal.