"Hahh.." Hembusan nafas panjang Alin hembuskan saat dirinya baru saja keluar dari dalam toilet di sebuah restoran tempat dirinya dan Sarah bertemu dengan klien mereka.
Sekarang Alin sudah mulai sedikit mengingat mengenai klien yang mereka temui saat ini. Dan rasanya Alin ingin sekali cepat cepat kembali berhenti dari kantor ini, sebab dirinya sangat mengingat jelas bagaimana menyebalkannya klien yang mereka temui saat ini. Dirinya dan Sarah akan terjebak dalam ikatan kontrak mengerjakan laporan keuangan klien ini selama hampir enam bulan, karena pihak perusahaan yang terlalu lama memberikan data, padahal dirinya dan Sarah bukan hanya mengerjakan laporan keuangan klien ini saja, melainkan ada lima belas klien yang sedang mereka pegang untuk membuatkan laporan keuangan.
Dengan berat Alin melangkahkan kakinya berjalan kembali menuju ruangan dimana tempat dirinya dan yang lain melakukan pertemuan, saat dirinya baru saja akan mengulurkan sebelah tangannya untuk membuka pintu ruangan tersebut, Alin langsung mengurungkan niatnya saat dirinya sayup sayup mendengar suara seorang pria yang sangat tidak asing baginya dan sangat amat dirinya rindukan saat ini.
Sontak Alin langsung menolehkan kepalanya ke kanan dan kekiri untuk mencari dari mana asal sayup sayup suara Gio terdengar. Perlahan Alin melangkahkan kakinya mengikuti sayup sayup suara Gio, beruntunglah sejak kecil dirinya memiliki indra pendengaran yang tajam, sehingga dirinya tidak perlu merasa bingung dan salah untuk mencari darimana suara Gio berasal.
Alin menghentikan langkah kakinya saat sudah berada tepat di depan pintu ruangan yang sedikit terbuka, bersamaan dengan itu dirinya dapat mendengar suara renyah gelak tawa Gio dari dalam sana. Membuat dirinya ingin sekali langsung masuk kedalam ruangan di depannya ini dan memeluk erat tubuh sang kekasih.
Namun Alin langsung mengurungkan niatnya, karena untuk saat ini dirinya masih belum memiliki rencana yang benar benar matang untuk mengulang kembali jalan hidupnya saat ini agar dirinya tidak melibatkan Gio dalam tindakan yang akan di lakukan oleh salah seorang kliennya nanti.
Alin yang sedang sibuk dengan pemikirannya sendiri seketika tersontak kaget saat melihat pintu yang ada di hadapannya saat ini tiba-tiba saja terbuka dengan sosok Bara yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya dengan raut wajah heran.
Alin yang melihat Bara baru saja akan membuka suara pun dengan tergesa langsung membuka suaranya terlebih dulu.
"Ah, maaf maaf. Kurasa aku salah ruangan. Kalau begitu aku akan kembali keruangan ku. Permisi." Ucap Alin tergesa dan sedikit panik sambil menundukan kepalanya beberapa kali sebelum dirinya melangkahkan kaki menuju ruangan dimana Sarah dan kliennya berada saat ini.
Alin merasakan detak jantungnya berpacu dengan cepat saat tadi tidak sengaja bersitatap dengan sorot mata tajam milik Bara yang juga dimiliki oleh ketiga putra keluarga Dimitra.
Alin merutuki dirinya sendiri dalam hati saat dirinya hampir saja mengubah jalan kehidupannya sendiri tanpa persiapan sama sekali. Jika saja tadi dirinya terlibat percakapan dengan Bara, maka semua alur jalan kehidupannya yang dulu akan langsung berubah.
Sedangkan itu Bara yang masih berdiri di depan pintu, dengan focus mengarahkan tatapan matanya memperhatikan Alin yang tengah berjalan tergesa menuju salah satu ruangan yang berada tidak jauh dari ruangannya saat ini.
Melihat Alin yang tadi terlihat begitu sangat panik dan gugup membuat Bara sedikit merasa geli. Padahal dirinya belum membuka suara sama sekali untuk menegur perempuan itu, tapi justru perempuan itu sudah terlebih dulu meminta maaf dan pergi bergitu saja dari hadapannya.
Puk..
"Ada apa kak? Bukan kah kau tadi bilang ingin kembali lebih dulu?"
Bara yang merasakan sebuah tepukan pada sebelah pundaknya pun menolehkan kepalanya dan mendapati sosok sang adik bungsu yang sudah berdiri tepat di sebelahnya saat ini dengan sorot mata heran mengarah kepada dirinya.
"Ah tidak, hanya saja tadi seperti nya aku mengingat sesuatu jadi aku terdiam sebentar disini." Jawab Bara yang hanya di balas dengan anggukan kepala santai oleh Gio.
"Begitu rupanya. Apa hal yang kakak ingat saat ini sangat penting?"
Bara teridam sesaat sebelum menggelengkan kepalanya pelan sambil terkekeh.
"Tidak, aku hanya teringat jika hari ini sepertinya aku lupa memberi makan Felix di apartemen."
Gio yang mendengar jawaban dari Bara pun berdecak pelan sambil memutar kedua bola matanya malas.
"Ku kira apa. Yasudah kalau begitu ayo kita kembali bersama saja, lagi pula jam makan siang sudah hampir selesai."
Bara menganggukan kepalanya pelan merespon apa yang di katakan oleh Gio dan kini mereka berdua pun berjalan bersebelahan meninggalkan ruangan mereka tadi.
Saat dirinya melewati ruangan yang dimasuki oleh Alin, Bara mengulaskan senyuman teramat kecil diwajahnya agar Gio yang tengah berjalan di sebelah nya sambil mengajak berbicara, sama sekali tidak dapat melihatnya.
Sedangkan itu Alin yang baru saja kembali kedalam ruangan mencoba untuk menetralkan degup jantungnya dan juga merubah ekspresi wajahnya menjadi ekspresi wajah normal. Agar Sarah tidak curiga dan penasaran dengan apa yang baru saja terjadi kepada dirinya.
Tidak lama kemudian, meeting yang tadi sedang berlangsung pun sudah selesai. Sarah terlebih dulu mengucapkan pamit kepada sang sekretaris dari klientnya yang berhalangan hadir karena memiliki urusan penting.
Alin pun hanya mengikuti apa yang di lakukan oleh Sarah saja, karena bisa dibilang dirinya merupak Junior Sarah, jadi dirinya hanya melakukan hal yang di itruksikan oleh Sarah saja, namun jika ada sesuatu yang urgent maka dirinya harus mengambil untuk bertindak.
Sarah yang kini tengah berjalan bersebelahan dengan Alin keluar dari bangunan restoran pun menolehkan kepalanya kearah rekan kerjanya itu.
"Lin, besok kamu followup minta data-datanya ke perusahaan mereka ya." Ucap Sarah yang hanya di balas dengan anggukan kepala oleh Alin,
Melihat Alin hanya menganggukan kepalanya saja pun membuat Sarah kembali membuka suaranya lagi.
"Kaya nya kali ini kamu harus lebih ekstra followup ke klien deh. Menurutku klien kita yang ini akan susah buat di maintain data, tapi minta selesaiin laporannya tepat waktu." Ucap Sarah yang hampir saja membuat Alin keceplosan untuk menyahuti dengan nada penuh antusias.
Alin pun hanya kembali menganggukan kepalanya. "Iya mba, nanti aku push terus kemereka buat cepet cepet sediain data ke kita."
Sarah balas menganggukan kepalanya merespon perkataan Alin dan kini focus perhatiannya tertuju pada ponselnya yang tengah membuka aplikasi taksi online.
Alin yang melihat Sarah focus pada ponselnya pun, menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari kesibukan sendiri.
Dalam hati Alin menghela nafas panjang, dirinya harus segera melakukan perencanaan untuk kedepannya, karena waktu tiga tahun tidak lah lama, dirinya harus benar benar menyiapkan segala rencana agar peristiwa kemarin tidak kembali terjadi kepada Gio.