Chereads / I Wanna To Save You / Chapter 7 - Chapter -06-

Chapter 7 - Chapter -06-

Greb!

"Aliinnn! Kok kamu tega sih ninggalin aku sendirian kerja disini!"

Alin yang baru saja meletakan tas nya diatas meja kerja, tersentak kaget saat merasakan tiba tiba saja tubuhnya di peluk dari belakang dan juga mendengar suara rengekan Sarah tepat di telinga sebelah kanannya.

"Yaampun Ka Sarah, kamu bikin aku kaget aja." Ucap Alin yang membuat Sarah mendengus sebal.

"Ada juga kamu yang bikin aku hampir kena serangan jantung! Kamu kenapa ngga bilang-bilang ke aku dulu kalau kamu mau resign?? Masa aku tahu informasi kalau kamu resign langsung dari pak Direktur, ngga lucu kan." Ujar Sarah dengan nada kesal sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Alin.

"Kemarin aku mau bilang ke kamu, tapi kamu kan lagi pergi ke tempat klien ka. Jadi aku ngga sempat buat ngasih tau kamu perihal ini." Ucap Alin yang membuat Sarah terdiam sesaat di tempatnya lalu menganggukan kepalanya membenarkan apa yang di katakan oleh Alin jika kemarin dirinya sepanjang hari berada di tempat klien.

"Ah kamu benar juga. Tapi kenapa Lin? Kenapa kau tinggalin aku? Apa aku selama ini ada buat salah ke kamu? Jadi kamu milih risegn?" Tanya Sarah yang mulai menginterogasi Alin mengenai alasan mengapa rekan kerjanya ini tiba tiba memilih untuk mengundurkan diri bergitu saja.

Alin yang diberi pertanyaan oleh Sarah pun terdiam sesaat di tempatnya untuk memikirkan alasan yang akan dirinya gunakan.

"Aku sudah di terima kerja di tempat lain ka, maka dari itu aku memilih untuk mengundurkan diri. Dan aku rasa, aku juga kurang cocok bekerja sebagai seorang Audit eksternal ka, kurang cocok berinteraksi dengan para klien kita." Jawab Alin memberikan alasan yang menurut nya cocok untuk dijadikan sebagai alasan pengunduran diri.

Sarah langsung mencebikan bibirnya sebal mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Alin.

"Enak banget kamu udah dapet kerjaan baru, apalah aku yang udah lama apply lamaran-lamaran ke perusahaan lain tapi belum juga dapat panggilan-panggilan sampe sekarang."

Alin yang mendengar apa yang di katakan oleh Sarah pun mengulurkan sebelah tangannya untuk menepuk nepuk sebelah pundak rekan kerjanya itu.

"Sabar ya ka, mungkin kamu nanti akan dapat yang lebih baik lagi dari ini." Ucap Alin yang di balas dengan dengusan oleh Sarah.

"Terus kamu dapat pekerjaan dimana Lin? Kamu tahu kan pak Direktur nggak akan kasih kita izin berhenti dari kantor ini kalau perusahaan kita yang baru ngga punya posisi lebih tinggi dari ini?" Ujar Sarah dan di balas dengan anggukan kepala oleh Alin.

"Iya aku tahu itu ka, kemarin pak Direkur bilang ke aku dan dia nyuruh aku kasih ke dia surat perjanjian kerja di awal biar dia memproses surat pengunduran diri aku. Kalau aku ngga kasih surat perjanjian itu, dia ngga akan memproses surat pengunduran diri aku."

Sarah langsung membulatkan kedua bola matanya terkejut mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Alin.

"Serius kamu? Bukannya surat perjanjian itu baru di kasih kalau kita udah masuk kerja hari pertama disana ya?"

Alin menganggukan kepalanya pelan merespon apa yang baru saja di tanyakan oleh Sarah.

"Terus kamu gimana? Kalau kamu ngga bisa kasih surat itu, pengunduran diri kamu gimana?"

Helaan nafas panjang Alin hembuskan, sebelum dirinya menjawab apa yang baru saja di tanyakan oleh Sarah.

"Ya, aku lagi coba meminta ke mereka untuk di buatkan surat perjanjian itu terlebih dulu, supaya aku bisa secepatnya mengundurkan diri dari perusahaan ini dan bergabung dengan mereka."

Sarah menganggukan kepalanya pelan dengan sebelah tangannya yang terulur untuk menepuk nepuk pelan sebelah pundak Alin.

"Kamu pasti bisa Lin. Mereka pasti akan kasih kamu surat perjanjian itu dalam waktu dekat ini."

Alin menganggukan kepalanya pelan meski di dalam hati dirinya ingin sekali menangis sekencang-kencangnya karena dirinya belum menemukan perusahaan yang akan merekrut dirinya untuk bekerja disana.

"Ya, aku juga berharap seperti itu ka.

***

Septian yang baru saja tiba di ruangan kerja nya pun segera melangkahkan kakinya berjalan menuju meja kerjanya dan sebelah tangannya terulur untuk mengambil gagang telepon dan menekan beberapa digit angka yang akan dirinya tuju saat ini.

Saat deringan pertama, panggilannya sama sekali belum di jawab di seberang sana, namun saat nada dering yang kedua panggilannya pun di jawab oleh orang yang berada diseberang sana.

'Hallo, selamat pagi Pak Septian.' Ucap suara seorang perempuan yang berada diseberang sana.

Septian yang mendengar sapaan dari seberang sana pun langsung membuka suaranya.

"Pagi Bu Hani. Saya ingin bertanya apa kah di perusahaan kita sedang membuka lowongan pekerjaan?" Tanya Septian langsung ke intinya pada Hani yang merupakan kepala bagian HRD.

Diseberang sana Hani yang mendengar pertanyaan Septian langsung menaikan sebelah alisnya heran, karena baru kali ini dirinya mendengar CEO perusahaan menanyakan langsung mengenai lowongan pekerjaan.

'Ehmm, ada pak. Kami sedang membuka lowongan untuk bagain administrasi, IT dan legal.' Jawab Hani diseberang sana menyebutkan lowongan pekerjaan yang sedang dibuka di perusahaan ini.

Septian terdiam sesaat di tempatnya dan merutuki dirinya sendiri karena lupa bertanya kepada Alin mengenai profesi yang sedang di geluti oleh perempuan itu saat ini.

"Apakah kita sedang membutuhkan cepat untuk posisi tersebut?" Tanya Septian yang mengingat jika Alin hanya di berikan waktu kurang dari satu minggu untuk menunjukan kertas perjanjian penerimaan karyawan baru kepada bos di perusahaanya saat ini.

'Hmm, kami biasanya membutuhkan waktu tiga puluh hari pak untuk memproses setiap berkas dari pelamar.'

Septian kembali terdiam sesaat di tempatnya.

"Bu Hani, bisakah anda memproses lowongan pekerjaan bagian administrasi hanya dalam waktu kurang dari satu minggu ini? Kita harus mendapatkan karyawan baru dalam waktu kurang dari satu minggu ini."

Hani yang berada di seberang sana langsung membulatkan kedua bola matanya terkejut.

'Tapi pak, kita biasanya membutuhkan waktu tiga puluh hari untuk memproses semua berkas para pelamar.'

Helaan nafas panjang Septian hembuskan membuat Hani yang mendengar itu pun langsung menegup salivanya susah payah.

"Bu Han-

'Baik pak! Kami akan melakukan proses seleksi berkas dan mengadakan interview dalam waktu kurang dari satu minggu ini. Minggu depan kami akan memberikan kabar ke pada anda mengenai siapa kandidat yang berhasil lolos untuk mengisi posisi tersbeut.' Ucap Hani memotong perkataan Septian, karena dirinya tidak ingin terkenal omelan Septian yang meski sebenarnya jarang sekali marah karena hal-hal sepele seperti ini.

Septian yang perkataannya diselak oleh Hani pun terdiam di tempatnya dengan ekspresi wajah terkejut, namun tidak lama kemudian seulas senyum tercetak diwajahnya.

"Bu Hani, saya ingin ibu memproses surat lamaran paling terbaru yang akan masuk mala mini ke website perusahaan kita. Dan saya ingin dialah yang menjadi kandidat paling pertama untuk mengisi posisi administrasi ini. Untuk informasi lebih lanjut akan saya beritahukan secepatnya."

Hani yang tidak ingin membuat Septian menunggu pun langsung menganggukan kepalanya dan membuka suara untuk merespon dengan tegas apa yang baru saja dikatakan oleh Septian.

'Baik pak, saya akan melakukan yang terbaik sesuai dengan perintah bapak.'

Septian menganggukan kepalanya pelan merespon perkataan Hani, meski dirinya tahu perempuan itu tidak akan dapat melihat dirinya tengah menganggukan keoala saat ini.

"Baik, kalau begitu saya akan menyudahi panggilan telepon ini, selamat pagi." Ucap Septian dan langsung mengakhiri panggilan yang saat ini terjadi diantara dirinya dan Hani.

Seulas senyum terulas di wajah Septian saat dirinya membayangkan ekspresi wajah senang Alin ketika dirinya akan memberitahukan berita lowongan pekerjaan ini.

"Aku sudah tidak sabar menunggu nanti malam untuk menyampaikan berita ini."