Kringg.. Kriingg.. Krriingg..
"Eunghm, iya iya aku bangun." Gumam Alin sedikit sebal sambil mengulurkan sebelah tangannya untuk menggapai jam wekernya dan mematikannya.
"Hoaam, masih jam enam pagi. Aku benar-benar masih mengantuk sekali. Semalam akhirnya aku bisa pulang jam setengah dua belas malam setelah banyak berbicara dengan kak Tian dan membantunya sedikit merapihkan barang-barang." Gumam Alin sambil kembali merebahkan tubuhnya diatas Kasur dan melayangkan tatapan kedua matanya keatas langit-langit kamar.
"Ugh, berbicara dengan kak Tian membuat ku sangat merindukan kak Gio." Gumam Alin lagi, kali ini dengan kedua matanya yang sudah terlihat berkaca-kaca.
Helaan nafas panjang Alin hembuskan sambil memjemakan kedua matanya erat untuk menghilangkan perasaan sedih dan sesak yang dirinya rasakan saat ini.
"Ayolah Alin, jangan bersedih lagi! Tujuan dirimu kembali berada di tahun ini adalah untuk merubah jalan hidup dirimu agar orang-orang yang kau cintai tidak ada yang terluka lagi." Ujar Alin menyemangati dirinya sendiri.
Alin pun segera beranjak dari kasurnya dan melangkahkan kaki berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan juga bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Ceklek..
"Selamat pagi Alin."
Alin yang baru saja keluar dari unit apartemennya sedikit tersentak kaget saat tiba-tiba saja dirinya di sapa. Karena selama tinggal di unit apartemen ini, dirinya sama sekali belum pernah di sapa oleh siapapun yang tinggal di lantai unit apartemen ini.
Tatapan mata Alin kini mengarah keasal suara orang yang tadi menyapa dirinya dan ternyata Alin mendapati sosok Septian yang tengah berdiri di depan pintu unit apartemen milik pria itu dengan setelan jas formal membalut tubuhnya.
"Selamat pagi juga ka Tian." Balas Alin dengan mengulaskan senyum kecil diwajahnya.
Septian yang mendengar Alin membalas sapaannya pun mengulaskan senyum teramat kecil diwajahnya, lalu kembali membuka suaranya untuk berbicara kepada Alin.
"Apa kamu pagi ini pergi menaiki taxi online lagi seperti semalam?" Tanya Septian yang saat ini sedang berjalan bersisian dengan Alin menuju lift.
"Aku pergi naik kendaraan umum. Bisa habis uang gaji ku kalau setiap hari menggunakan taxi online hahaha." Jawab Alin sambil terkekeh geli membuat Septian menaikan sebelah alisnya heran.
"Memang dari perusahaan mu tidak memberiakan biaya transportasi tambahan untuk mu selama satu bulan?" Tanya Septian lagi, membuat Alin menaikan sebelah alisnya sesaat lalu kembali membuka suara untuk menjawab apa yang di tanyakan lagi oleh Septian.
"Ehm, dari perusahaan memberikan uang transportasi, tetapi tidak cukup jika untuk terus berpegian menggunakan taxi online. Jadi aku lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum untuk pergi dan juga terkadang jika aku pulang tidak terlalu larut malam, akan tetap menggunakan transportasi umum."
Septian mengganggukan kepalanya pelan merespon apa yang di katakan oleh Alin.
"Kalau kak Tian, apa perusahaan kakak memberikan biaya transportasi juga?" Tanya Alin berpura-pura tidak tahu jika Septian adalah seorang CEO di salah satu anak perusahaan milik keluarga Dimitra.
Septian terdiam sesaat memikirkan apa yang harus dirinya katakan kepada Alin untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perempuan disebelahnya ini.
"Perusahan memberikan ku biaya transportasi untuk menggantikan biaya bensin ku setiap bulannya. Karena aku mengendarai mobil, jadi biaya transportasi itu untuk menggantikan biaya bensin yang sudah aku keluarkan selama satu bulan bekerja." Jawab Septian yang hanya di balas dengan anggukan kepala santai oleh Alin.
"Ah begitu rupanya, enak sekali perusahaan tempatmu bekerja kak." Ujar Alin sambil menolehkan kepalanya kearah Septian.
Ting!
Septian yang baru saja ingin membalas perkataan Alin langsung mengurungkan niatnya saat melihat pintu lift di hadapan mereka kini sudah terbuka dan mereka berdua pun kini berjalan masuk kedalam lift bersama-sama.
"Bukankah setiap perusahaan memang harus seperti itu? Lagi pula itu kan juga demi kenyamanan para karyawan mereka. Jika karyawan merasa nyaman, maka karyawan akan lebih rajin dan giat dalam bekerja."
Alin kembali menganggukan kepalanya membenarkan apa yang di katakan oleh Septian. Dan tiba-tiba saja sebuah ide muncul di dalam kepala Alin.
"Ah, kak, di perusahaan mu apakah sedang membuka lowongan pekerjaan? Jika ada sepertinya aku ingin mencoba masuk melamar kesana." Tanya Alin dengan memasang eskrepsi wajah pura-pura bersedih.
"Apa kau ingi pindah tempat kerja?" Jawab Septian bertanya kembali kepada Alin.
"Sebenarnya kemarin aku baru saja mengajukan surat pengunduran diri ke kantor, dengan alasan aku sudah mendapatkan pekerjaan baru. Tetapi Direktur ku tidak akan memproses surat ku tersebut jika aku tidak memberikannya surat perjanjian jika aku memang sudah benar-benar akan menjadi karyawan baru di perusahaan lain. Maka dari itu saat ini sebenarnya aku sedang mencari-cari pekerjaan baru agar surat pengunduran diriku dapat segera di proses." Jawab Alin menjelaskan semuanya kepada Septian apa yang sedang terjadi kepada dirinya saat ini.
"Laku jika kau tidak dapat memberikan bukti kau sudah diterima di perusahaan, kau tidak di perbolehkan untuk mengundurkan dari perusahaan mu yang ini?" Tanya Septian yang di balas dengan anggukan kepala lemah.
"Ya begitu lah, aku hanya di berikan waktu satu minggu untuk mendapatkan surat perjanjian itu. Maka dari itu sejak kemarin aku sedang benar-benar sangat bingung. Perusahaan mana yang bisa merekrut karyawan baru dalam waktu satu minggu saja? Rata-rata mereka pasti membutuhkan waktu paling cepat tiga puluh hari." Jawab Alin yang di balas dengan anggukan kepala oleh Septian.
"Kau benar. Hmm, mungkin nanti aku akan coba bertanya pada bagian HRD apakah di kantor ku sedang membutuhkan karyawan baru atau tidak. Jika mereka sedang membutuhkannya maka aku akan langsung menhubungi dirimu secepatnya." Ucap Septian yang langsung membuat Alin menatap kearahnya dengan sorot mata berkaca-kaca.
"Terima kasih banyak ka Tian, padahal kita baru bertemu semalam, tetapi kau sudah ingin membantuku mencarikan informasi lowongan pekerjaan." Ujar Alin dengan nada terharu, membuat Septian terkekeh pelan.
"Tidak perlu berterima kasih, jika kau membutuhkan bantuan lain, jangan sungkan untuk memberitahuku. Jika aku bisa membantu u aku pasti akan membantu mu."
Alin kembali menganggukan kepalanya cepat dengan seulas senyum terulas diwajahnya.
"Terimakasih banyak Ka Tian, kamu memang yang terbaik."
Septian kembali terkekeh dengan mengulaskan senyum kecil diwajahnya melihat wajah Alin yang terlihat begitu senang saat ini.
Sedangkan itu dalam hatinya, Alin bergumam keren sekali dirinya menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan di kantor Septian kepada CEO nya langsung. Dimana-mana orang akan menanyakan lowongan pekerjaan pada staff nya terlebih dulu, tetapi dirinya langsung mengambil jalan pintas melalui CEO nya langsung.
Dalam hati Alin terkekeh geli sambil benar-benar berharap jika di perusahaan Septian benar-benar sedang membutuhkan karyawan baru, sehingga dirinya bisa secepatnya mengundurkan diri dari kantor tempatnya bekerja saat ini.