William tancap gas setelah mengetahui di mana calon istrinya disekap. Sepanjang jalan Liona tiada henti menggerutu. Ia terlalu bodoh dan lugu, sehingga William mampu menipunya. Sekarang hanya penyesalanlah yang bersemayam di hati Liona. Jika tahu begini, ada baiknya kalau Liona langsung membakar Naera hidup-hidup tanpa harus memedulikan William.
"Bukankah kau sudah bahagia bersama kekasihmu itu? Lalu, untuk apa lagi kau mengganggu hidupku Nona Vinch? Lagipula, kau mengatakan pada Ibuku bahwa selama ini akulah yang mengejarmu."
William belum puas menyindir Liona sampai membuat mentalnya down. Ingin sekali ia mencekik leher gadis itu dan membuangnya ke jurang.
"William, aku melakukan semua itu karena terpaksa. Aku takut dicelakai oleh kekasihku saat itu juga. Sejujurnya aku mencintaimu dan masih menginginkanmu. Kau tahu? Tiada pria manapun di dunia ini yang kupuja selain Ayahku dan engkau," ucap Liona dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.
"Aku tak bisa melupakanmu, jadi aku sangat kesal saat tahu bahwa kau akan menikah. Aku tahu siapa Naera Rose. Dia hanya seorang wanita bayaran dan entah kenapa kau lebih memilihnya," ungkapnya lagi.
"Karena dia bukan pengkhianat sepertimu, Liona!"
"Ah! Kau jangan begitu. Semua ini hanyalah salah paham."
Malam di mana seharusnya berbahagia bersama Liona, malah berubah menjadi malapetaka. William mungkin sudah melupakan wanita itu, tetapi tidak dengan masa lalunya. Sampai kapan pun ia akan mengingat bahwa semasa hidupnya pernah diselingkuhi oleh perempuan bernama Liona Vinch.
"Omong kosong!" Tiba-tiba saja William memukul kemudi mobilnya. "Kau bersamaku hanya menginginkan harta keluarga Morgan. Lalu, kau tak ingin uangku ini dinikmati oleh perempuan lain, makanya kau berusaha untuk memisahkan aku dengan Naera. Aku dapat membaca itu semua, perempuan pengkhianat!" sambungnya tanpa menoleh ke arah Liona.
Sementara sosok yang sejak tadi dipojokkan tak berani berkutik dan hanya menyumpahserapahi William di dalam hati. Liona tak habis pikir, jika kejadiannya akan berakhir rumit seperti sekarang.
"Kau tak pantas hidup dengan bebas, Liona. Wanita sepertimu ini pantasnya mendekam dalam penjara!"
William dengan rahang kerasnya mengembuskan napas gusar sambil menahan diri agar tak membuang Lioan saat itu juga. Dia memiliki rencana lain untuk menjebloskan mantannya tersebut ke dalam penjara supaya Liona merasakan siksaan batin. Nantinya, William akan berkunjung ke sel Liona untuk memamerkan kebahagiaannya bersama Naera Rose.
"Kau… Akh!" Liona menghentakkan tubuhnya.
Liona benar-benar telah jatuh di hadapan William dan ia tak lagi memiliki harga diri. Bahkan, mirisnya lagi pria itu ingin menghukumnya tanpa belas kesihan. Keputusan William mengundang ketakutan tersendiri bagi diri Liona. Saat ini ia sedang berada dalam tawanan William dan entah bagaimana bisa kabur. Bagaimana jika dirinya benar-benar bermukim di bui untuk beberapa waktu? Liona mau tak mau harus meninggalkan kemewahan hidupnya.
Sehabis itu ia tak lagi berbicara. Kepalanya senantiasa mencari jalan agar bisa kabur dari genggaman William dan beberapa anak buahnya tersebut. Hingga 30 menit ke depan, mereka pun tiba di sebuah bangunan tua yang bahkan cat depannya pun sudah luntur dan berlumut.
William memerintahkan orang suruhannya segera turun, sementara ia mencengkram pergelangan tangan Liona. Begitu melihat kedatangan orang asing, tiga pria yang berada di gedung tersebut sontak berlari. Mereka paham ketika melihat Liona berada dalam tawanan William, pertanda bahwa peperangan harus dimulai.
Akhirnya mereka memberikan pukulan pada bodyguard William. Tentu saja lelaki-lelaki itu melawan dengan perlakuan yang sama. Saat mereka sedang bergulat di halaman, tiba-tiba saja mata William menangkap Naera Rose yang tengah terduduk di sebuah kursi dengan tubuh diikat oleh tali. William syok melihat keadaan calon istrinya yang tak berdaya tersebut. Rambutnya acak-acakan serta wajahnya yang dipenuhi lebam.
Tanpa sadar William berlari ke arah Naera dan melepaskan Liona begitu saja. Mendapati bahwa William lengah, Liona langsung berlari untuk menyelamatkan diri. Ini merupakan kesempatan emas baginya untuk kabur. Akhirnya, ia berhasil melarikan diri dari kerumunan orang-orang tersebut.
"Naera, apa yang sudah dilakukan perempuan gila itu padamu?"
Dengan sibuk William merasa kawasan wajah Naera dan segera melepaskan tali ikatannya tersebut. Tidak tahu kenapa hatinya seakan teriris. Ia tak rela apabila Naera diperlakukan sedemikian rupa.
Di sisi lain, Naera tidak merespon apapun ucapan orang yang telah membantunya. Perasaan kalut serta ketakutan yang tiada tara masih mendera. Sepasang matanya membola guna mencari keberadaan Liona. Ia was-was apabila wanita licik itu mendadak melakukan sesuatu di luar dugaan mereka.
"Di mana Liona?" tanyanya.
Naera telah berhasil mengembalikan fokus William pada sosok mantan kekasihnya. Ia pun sontak membalikkan badan dan berlari ke luar dan yang ada di sana hanyalah tujuh pria yang tengah bergulat. Sekarang ia sadar bahwa Liona Vinch telah melarikan diri.
"Liona berhasil kabur!" pekiknya pada Naera Rose.
Tak tahu harus berbuat seperti apa. Naera melangkahkan kaki dengan gontai untuk menyaksikan pertengkaran di pelataran rumah tersebut. Rupanya orang suruhan Liona berhasil dikalahkan karena jumlahnya yang kalah satu. Ada perasaan lega saat mengetahui hal tersebut.
"William, lihatlah!" Nada Naera lebih tinggi.
"Semuanya naik ke mobil! Kita harus mencari keberadaan Liona sekarang."
Naera diletakkan di jok depan sedangkan William berada di sebelahnya. Ia menginjak gas mobil penuh amarah sebab rencananya untuk menjebloskan Liona ke dalam sel hancur total.
Berulang kali mereka mengitari kawasan yang sama, tapi orang yang dicari tak kunjung ditemukan. Kini, William pasrah dan memilih untuk membawa Naera pulang ke rumahnya. Tak lupa William juga mengirimkan pesan pada Meera serta Ditcho tentang kabar penculikan calon menantu mereka.
***
Deru mesin mobil mengundang ketertarikan dua pasang suami istri itu untuk keluar rumah. Semuanya spontan terkejut dan histeris saat melihat Naera turun dari sana.
"Putriku. Apa yang telah terjadi? Kenapa kau seperti ini?"
Adam merupakan orang yang paling heboh. Ia menangkup muka Naera sambil memerhatikan cap lima jari yang bersemayam di sana.
Niola menyusul dengan perasan khawatir yang dibuat-buat. Ya, terus terang saja dia memang sempat cemas atas hilangnya Naera, tapi semua itu karena ia takut jila William si pria kaya raya batal menikah dengan anak tirinya.
"Calon menantuku!" Meera berteriak.
Naera disambut oleh orang-orang yang mengkhawatirkannya. Jujur saja semua ini membuatnya tersentuh. Ia merasa beruntung memiliki keluarga seperti mereka, meskipun pernikahannya dengan William hanyalah pernikahan kontrak.
"Biarkan mereka duduk terlebih dahulu dan menceritakan peristiwa yang sesungguhnya,
ucap Ditcho yang turut tak sabar mendengarkan kabar tersebut.
Kemudian William dan Naera didudukkan di kursi ruang tamu sementara orang tua mereka mengelilinginya. Sebuah suara lantang berseru, "Atas dasar apa kau menghilang dari rumah, Naera Rose?"
***
Bersambung