Naera telah berhasil membuat siapa saja jadi khawatir padanya, kemudian Adam sebagai orang tua kandung wanita itu bertanya.
"Liona Vinch telah menculik Naera Rose. Ia disekap di sebuah rumah tua dalam keadaan tubuh terikat dan sekarang perempuan ini bau minyak tanah."
Dalam sekejap, William sukses menghipnotis semua yang berada di sana. Ia mengambil alih jawaban Naera, mengingat dara satu itu masih enggan membuka mulut. Barangkali perasaan trauma masih menggerayangi pikirannya.
"Bagaimana mungkin kau tahu bahwa dia yang sudah melakukan semua ini?" seru Ditcho.
"Sebelum kalian datang, aku sudah sampai terlebih dahulu dan menemukan benda ini. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Liona?"
Ia mengangkat benda bermata merah yang sejak tadi bersemayam dalam saku celana. Yang muncul adalah gelang yang ia tahu betul siapa pemiliknya.
"Keterlaluan sekali si pengkhianat itu! Sudah tidak bisa mendapatkanmu, kini mengganggu Naera pula," kata Meera penuh amarah.
"Di mana anak itu?"
"Sayangnya dia kabur ketika aku membuka tali pengikat Naera. Aku tidak tahu di mana dia sekarang," jawab William menyayangkan kejadian tersebut.
Calon ibu mertua Naera maju ke depan, lalu memeriksa sekujur tubuh Naera. Bau minyak tanah itu sangat menyengat. Naera juga tampak memilukan dengan cap lima jari bewarna merah di kedua pipinya. Melihatnya semakin menambah emosi di hati Meera.
"Kita harus menuntut balas terhadap perbuatan gadis bodoh satu itu!" ungkapnya.
"Bagaimana caranya? Bahkan, kita tidak tahu di mana ia sekarang."
"Kita datangi saja rumahnya!"
Kepala Ditcho terangguk mantap menyetujui usulan sang istri. Siapa yang terima jika calon menantunya diperlakukan seburuk itu. Mereka pun berpamitan pada keluarga Adam untuk menemui Liona Vinch.
Sementara Adam yang memang sejak awal tidak mengenal perempuan itu, tak dapat berbuat apa-apa. Biarlah itu menjadi urusan sepasang calon besannya. Adam hanya ingin fokus terhadap nasib Naera dan menyalurkan ketenangan padanya.
"Apa kau memiliki masalah dengan wanita bernama Liona itu?" tanya Adam pada sang putri.
Naera melirik sekilas, kemudian memandang lantai, "Tidak, Ayah. Dia hanya cemburu apabila aku dan William menikah. Dia masuk ke rumah kita dan menculikku tadi malam. Sepertinya dia menggunakan obat bius, sehingga aku tiba-tiba saja sudah berada di rumah tua itu," terangnya.
"Memangnya siapa Liona itu?" tanya Niola yang turut penasaran.
Naera sejenak membisu, lalu berseru, "Mantan William yang pernah mengkhianatinya di malam pernikahan."
"Hah, aneh sekali! Jika memang ia yang berbuat keji, kenapa dia pula yang harus meminta William kembali."
Naera tidak tahu apakah respon Niola itu tulus atau hanya sebatas bualan belaka. Yang terpenting sekarang ini adalah dia sudah terlepas dari jeratan mau Liona Vinch. Lain kali dia akan berhati-hati.
"Apa kau perlu pengawal? Jika iya, maka beberapa menit lagi mereka bisa kuhadirkan."
"Untuk apa?" Naera menautkan kedua alis mendengar tawaran bakal suaminya tersebut.
"Untuk menjagamu."
"Tidak perlu, William. Aku ini bukan anak kecil."
"Benar, tapi lihatlah! Mereka mampu menculikmu dan memperlakukanmu dengan buruk."
"Aku akan lebih hati-hati. Tidak usah berlebihan!"
William tidak mampu memaksakan kehendak, meskipun sejujurnya ia khawatir kalau komplotan Liona kembali menyerang. Sesekali ia merasa kesal dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi dalam dirinya. Ia yang begitu membenci Naera, malah seakan menaruh perhatian padanya. Sedangkan perempuan itu sama sekali tidak menoleh dan menghargai segala kebaikannya. William ingin berusaha cuek seperti sedia kala, bahkan kalau bisa kerap memarahainya. Namun, ia seolah tidak memiliki daya terlebih saat sudah berhadapan dengan wajah Naera Rose.
***
Sementara itu di tempat lain.
Liona berhasil kabur dan kembali ke rumahnya tepat waktu. Untung saja dia memegang uang yang dapat digunakan untuk menyewa sebuah kendaraan. Saat itu juga Liona menghubungi kekasihnya serta sang Ayah. Setelah semuanya berkumpul, barulah ia membuka cerita.
"Aku dalam bahaya!" ucapnya mengawali pembahasan.
Joddy dan Vinch saling beradu mata.
"Ada apa?"
"Aku ketahuan, karena sudah menculik Naera Rose dan sekarang aku dalam masa pengejaran."
Vinch membuka mulutnya lebar-lebar, begitupun dengan Joddy. Keduanya terkejut atas Liona yang entah kenapa bisa menculik Naera. Padahal ia tidak pernah membicarakan hal itu sebelumnya.
"Apa yang kau lakukan, Sayang?" tanya Joddy.
"Siapa Naera Rose?" timpal Vinch yang tidak mengetahui permasalahan putrinya.
"Tuan, Naera Rose itu adalah calon istri William. Barangkali Liona ini tidak suka dengan pernikahan mantannya yang akan digelar sebentar lagi. Namun, aku sungguh tak menyangka jika dia berani menculik gadis pingitan itu."
"Benar begitu, Liona?"
"Benar, Ayah. Asal Ayah tahu saja, aku tidak suka jika William memiliki penggantiku. Aku tidak ikhlas, kalau hartanya yang berlimpah ruah itu jatuh ke tangan wanita lain. Jadi, kuputuskan untuk menculiknya."
Joddy mendadak minder dengan penuturan Liona apalagi di depan calon Ayah mertuanya. Ia merasa tersaingin oleh harta William Morgan.
"Lalu aku dijebak oleh William, sehingga aku harus memberitahu di mana lokasi penyekapan Naera. Untungnya aku berhasil kabur, tapi William berjanji akan mencari dan memenjarakanku. Tolong, Ayah! Aku takut."
Biar pun begitu, Liona adalah manusia biasa yang ingin menikmati kehidupannya. Ia tahu persis bagaimana kekuatan keluarga Morgan. Mereka benar-benar bisa menghukum Liona dan membuatnya stress seorang diri.
"Seharusnya kau tidak perlu berbuat seperti itu, Putriku! Yang sudah hilang biarlah pergi. Ayah juga sudah memohon pada mereka untuk memaafkanku, tapi gagal. Selanjutnya, Ayah tidak memiliki kekuasaan lebih untuk menentang keluarga mereka," jawab Vinch yang sadar akan keadaan.
Keluarga Vinch juga merupakan keluarga terpandang dan konglomerat. Sayangnya, jika dibandingkan dengan pihak Morgan, maka mereka hanyalah sebuah kapas yang mudah untuk ditiup dan berlayar ke mana pun angin membawanya pergi.
William memilih Liona sebagai kekasih memang dia yang tidak mementingkan status sosial. Selagi perempuan itu baik, maka dia dan keluarganya akan menerima. Malangnya, Liona malah menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut.
"Ini bukan waktunya untuk menceramahiku, Ayah. Ayolah, beri aku solusi. Joddy, kau juga jangan diam saja!" Liona menuntut semua orang untuk melindunginya.
Lalu tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang ditendang dari arah luar. Tak lama setelah itu, teriakan Meera yang sangat dikenali oleh Liona pun menembus telinganya. Siapa yang menyangka jika orang tua itu akan hadir di kediamannya. Semua ini semakin membuat kepala Liona pusing.
"Oh, astaga! Itu suara Meera, Ayah. Dia datang untuk menghukumku. Bagaimana ini?" Liona ketakutan setengah mati.
Joddy dan Vinch pun menjadi bingung bukan kepalang. Ia memerintahkan supaya Liona berlari ke arah dapur bersama Joddy, sedangkan ia mencoba menghadapi keluarga Morgan.
Vinch membenahi jas serta rambutnya, kemudian menata ekspresi wajahnya supaya tidak terlihat kaget. Ia membuka pintu dengan tenang sambil berseru, "Kalian? Apa yang kalian lakukan di rumahku?" Keterkejutannya bertambah, karena ada Ditcho juga yang berhadir di sana.
***
Bersambung