Chereads / Raissa / Chapter 43 - Kasus Baru

Chapter 43 - Kasus Baru

Dua hari kemudian pengumuman yang menggembirakan itu datang, Semua karyawan yang mempunyai kendaraan dapat memarkirkan kendaraan mereka baik roda dua maupun roda empat dengan gratis di gedung parkir kantor, satu karyawan hanya dapat jatah satu kendaraan dan harus didaftarkan di bagian HRGA. Semua karyawan yang membawa kendaraan langsung bersorak gembira. Raissa dan Mona baru tahu ketika datang pukul 6.30 sore itu karena mereka akan jaga malam dengan dr. Dennis. Ketika makan malam bersama kabar gembira itu disambut dengan gembira apalagi dengan dr. Dennis. Biasanya Ia harus parkir mobilnya malam hari di gedung parkir yang tarifnya mahal itu. Dan karena jaga malam otomatis parkirnya lebih dari 12 jam, lebih lama 4-5 jam daripada yang bekerja siang hari. "Langsung daftar ke HRGA besok pagi dok, lumayan uangnya bisa buat keperluan lain." kata Barto sesama pengguna gedung parkir yang senasib dengan dr. Dennis yang sering jaga malam di klinik. Mau parkir di luar mereka takut kendaraan mereka kenapa-kenapa, akhirnya selama ini terpaksa parkir didalam demi keamanan. "Wah akhirnya!!! Pak CEO kita baik juga ternyata ya! kesambet apa dia Sa? Mon?" tanya dr. Dennis. "Bukan kesambet dok, ini gara-gara kejadian yang menimpa mas Bram." jawab Raissa membela Aditya. "Oiya betul, kasian tuh Bram, untung pak Aditya lewat." kata Barto. "Kejadian apa memangnya?" tanya dr. Dennis. "Iya kak, aku juga belum tahu." kata Mona. "Ada yang merusak jaket dan helm Bram di penitipan sepeda motor liar di luar gedung ini. Yang jaga kan sedikit, harus menjaga ribuan motor. Ya tidak terlihat lah siapa yang melakukannya. Lalu waktu keluar dari parkiran itu ada yang menaruh paku sehingga ban motornya robek. Akhirnya Bram terpaksa menuntun sepedanya ke bengkel terdekat. Padahal sudah malam, jalanan sepi dan bengkel terdekat itu.. jauuuhh!" kata Barto. "Ooh gitu ceritanya, kasihan mas Bram!" ujar Mona. "Eh, tu dia pahlawan kita lewat!" kata Pak Wani supir Ambulance. "Bram!! Mau pulang?" tanya Barto. "Eh Bang, Dok, Pak Wani Raissa, Mona, wah asik banget lagi makan." kata Bram menyapa. "Iya, isi bensin dulu sebelum mulai kerja. Eh makasih ya, gara-gara kamu, kami semua bisa gratis parkir. Turut prihatin dengan kejadian yang menimpamu, tapi hasilnya bermanfaat buat kita semua!" kata dr. Dennis. "Ah, dokter bisa aja. Untung Pak Aditya baik banget. Sudah ditolong malam itu, sekarang membuat kebijakan baru pula. Makin betah kerja disini, sumpah!" kata Bram. "Hahaha iya benar!" ujar pak Wani. "Iya deh, saya pamit duluan ya, mau jenguk ayang dulu di rumah." kata Bram yang tidak malu-malu memberitakan pada semua orang hubungannya dengan Liza. "Salam ya buat Liza mas! hati-hati di jalan!" kata Raissa. "wah mas Bram udah jadian dengan kak Liza? baru tahu aku." kata Mona. "Kemana aja Mon? aku aja tahu!" kata Pak Wani. "Sibuk kejar setoran dia, kerja malam terus!" kata dr. Dennis. Yang lain hanya tertawa, sedangkan Bram buru-buru pamit dan pergi ke rumah Liza. Ada rasa sedikit iri di hati Raissa akan hubungan Liza dan Bram yang terbuka. Memang Bram sedang jadi tujuan ledekan teman-temannya saat ini, tapi sebenarnya semua orang turut bahagia dengan hubungan mereka. Turut mendoakan supaya hubungan mereka berlanjut ke jenjang selanjutnya. Sedangkan Raissa, membela Aditya saja saat diledek dr. Dennis barusan harus secara tidak terang-terangan. Serba tersamar. "Semangat Raissa, jangan mengeluh, semua orang punya masalah masing-masing." kata Raissa dalam hati. "Aku sudah selesai makan kak, aku masuk duluan ya mau mengecek peralatan yang mau di sterilkan. " ujar Mona. "Oke Mon, baru sekarang aku punya saingan makan, biasanya aku paling cepat selesai makan loh, sekarang kamu lebih cepat lagi." kata Raissa yang makanannya masih tersisa setengah. "Pelan-pelan aja kak, nikmati makanannya." kata Mona. "Iya tau nih kalian berdua, makan kok kayak kesetanan!" kata Barto. Nasinya baru dimakan dua suap lantaran ia kebanyakan ngobrol. Mona hanya nyengir lalu masuk ke dalam sedangkan Raissa melanjutkan makanannya sambil mendengarkan para pria berbincang. Setelah semuanya selesai merekapun bersiap di departemen masing-masing. Mona baru saja memasukan barang-barang yang akan di sterilkan ketika Raissa dan dr. Dennis masuk. "Wah sudah selesai, makasih ya Mon." kata Raissa. "Biar sekalian beres, jadi sekarang tinggal terima pasien. Pasien dr. Dennis pasti banyak. Benar saja, Tak lama kemudian, terjadi tabrakan motor di depan gedung. Untungnya luka luka yang di derita kedua belah pihak tidak serius hanya lecet-lecet saja, tetapi yang mengantar keduanya hampir satu kampung dan terpaksa harus diamankan oleh satpam agar tidak terlalu banyak yang masuk ke dalam klinik. "Eh ini dompet siapa?" tanya Mona ketika pasiennya sudah pulang. "Waduh jangan-jangan punya pasien tadi." kata Raissa cemas. "Eh itu dompetku, dari tadi kucari. Ketemu dimana Mon?" kata dr. Dennis. "Nih, di lantai, jatuh kali ya dok?" tanya Mona. "Oh iya ya, kok bisa di lantai ya, seingatku terkahir kutaruh di meja." kata dr. Dennis sambil menggaruk kepalanya. "Coba di cek dok, tadi kan banyak orang disini! aduh jangan sampai ada maling deh!" kata Raissa. dr. Dennis memeriksanya dan memucat. "Yaaahh, uangku diambil semua Sa!" katanya kesal. Raissa cepat-cepat menelepon satpam. "Pak, orang-orang yang bapak amankan tadi sudah pada pulang belum? sudah??? adduuhh... bukaan.. salah satu dari mereka mencuri uang dr. Dennis. Baik pak, terimakasih." kata Raissa lalu menutup telepon. "Sudah pulang dok.. haduuh banyak tidak isinya dok? kalau KTP, ATM dan lain lain bagaimana, diambil tidak? Satpam akan kesini untuk membuat laporan." kata Raissa. "Aku juga tidak ingat tepatnya berapa, sepertinya sekitar 300 atau 400 ribu rupiah. untungnya ,KTP, SIM dan ATM aman niih.. tapi kan aduuhh.. baru aja senang karena tidak usah bayar parkir eh malah kehilangan uang! alamakkkk!! Apess.. apesss!!" kata dr. Dennis kesal. Raissa dan Mona hanya bisa berpandangan prihatin. Tak lama kemudian Satpam datang dan membuat laporan kejadian. Bahkan tas Raissa dan Mona ikut diperiksa untuk mencoret mereka dari daftar tersangka. Sepanjang malam itu, pasien silih berganti datang seperti yang terjadi bila dokter yang jaga adalah dr. Dennis. Ketiganya jadi semakin hati-hati dalam mengawasi pasien dan pengantar pasien. Raissa yang bertanggung jawab menjadi kasir malam ini, selalu memastikan brankas Petty cash terkunci dan kuncinya aman di saku bajunya. "Aku jadi curiga dan parno sendiri nih Mon." kata Raissa pada Mona di sela-sela pasien yang datang. "Sama kak, kita awasi saja mereka. Suruh mereka jangan jalan-jalan kemana-mana, di ruang tunggu saja!" kata Mona. "Iya benar! baru pertama kali terjadi kejadian seperti ini disini. Selama ini tidak terpikirkan olehku. Hmmm sepertinya kita harus lapor kak Mira besok pagi Mon." kata Raissa. "Benar kak, supaya kedepannya tidak terjadi lagi. Bisa saja hal itu menimpa salah satu dari kita kan, malam ini dr. Dennis saja yang sedang apes, mungkin dia lupa menaruh dompetnya akhirnya terjadi kejadian ini deh." kata Mona. "Iya benar juga." kata Raissa dan tanpa banyak bicara kembali bekerja dan menyambut pasien selanjutnya.

Pagi pun tiba. Raissa dan Mona sama-sama lelah dan mengantuk. Pasien lumayan banyak semalam, Raissa, Mona dan dr. Dennis tidak ada yang bisa tidur. Raissa juga sedikit sedih karena tidak bisa bicara dengan Aditya semalam seperti biasanya karena ia sedang bekerja, dan karena sibuk mereka hanya bisa saling mengirimkan pesan singkat saja. "Kak Mira mana ya, biasanya jam segini sudah datang. Kak Raissa saja yang lapor kak Mira ya? Aku ada panggilan alam nih kak!" kata Mona. "Hahaha, ya sudah sana!" kata Raissa sambil tertawa. Baru saja Mona menghilang ke toilet, kak Mira datang. "Pagi kak, kirain kemana, biasanya jam 6 udah nongol." kata Raissa. " Iya, tadi ada kecelakaan di jalan jadi agak macet, padahal biasanya jam segini lancar jaya. Bagaimana semalam Sa? Mana Mona?" tanya Kak Mira. "Lagi ada panggilan alam kak dia, paling bentar lagi juga selesai. Kak semalam dr. Dennis kehilangan uang, semalam ada pasien kecelakaan motor, yang bawa pasiennya orang sekampung, jadi penuh ruangan ini sampai satpam harus membantu membubarkan mereka. Ketika pasiennya pulang, Mona menemukan dompet dr. Dennis di lantai dan memberikannya pada dr. Dennis. Hanya uangnya sudah hilang. Tapi KTP, ATM dan kartu kartu lain aman. Kasihan dr. Dennis, untungnya tidak menganggu moodnya bekerja semalam, pasiennya banyak , itu masih ada satu di tempat tidur. Belum habis infusnya. Harusnya 15 menit lagi selesai sih." kata Raissa. "Waduh, kasihan dokter. Oh ya, kita bisa lihat cctv sih siapa yang ambil. coba nanti aku ke bagian IT untuk minta rekaman cctvnya. Pasiennya biar aku saja yang lanjutkan sa, kamu sudah mau siap-siap pulang?"tanya kak Mira. "Ya sebentar lagi." kata Raissa. "Atau kamu saja yang ke IT Sa? lihat rekaman semalam." kata Kak Mira. "Baiklah kak. Aku ke kasir dulu lalu ke atas."kata Raissa. "Baiklah!" kata kak Mira, dan Raissa pun segera ke kasir untuk melaporkan pendapatan semalam lalu pergi ke lantai tempat perkantoran berada. Raissa penasaran apakah sudah ada orang disana atau belum. Waktu baru menunjukkan pukul 7. "Mas Aditya sudah ada belum ya? biasanya jam 9 baru nongol ke kantor." kata Raissa sambil menekan tombol elevator. Begitu pintu Lift terbuka Raissa terkejut ternyata Aditya ada didalamnya. Sayangnya Aditya bersama Bu Ade. Hampir saja Raissa salah memanggil Aditya. "Ma..Pak Aditya, selamat pagi! Bu Ade, selamat Pagi!" sapa Raissa dengan terkejut. "Raissa, mau ke atas?" tanya Aditya sambil tersenyum senang. "Ya pak, mau ke IT, semoga sudah ada yang datang." kata Raissa. "kenapa? ada masalah apa?" tanya Aditya. "semalam dr. Dennis kehilangan uang, kebetulan kami dapat pasien kecelakaan dengan pengantar yang banyak sampai harus diusir satpam. Siapa tahu terekam di cctv." kata Raissa. "Saya juga mau lihat." kata Aditya. "Mengingatkan saja, Rapat dengan Mayo Clinic USA akan berlangsung 10 menit lagi." kata Bu Ade mengingatkan. "Mengerti, siapkan saja dulu salurannya, nanti saya akan datang. Ayo Raissa." kata Aditya begitu lift terbuka. Aditya memimpin jalan ke ruang IT. Raissa mengekor di belakangnya. Kantor masih sepi. Hanya ada beberapa petugas kebersihan yang sudah datang dan sedang bersih-bersih. Untungnya pak Rizal sudah datang, beliau memang biasa datang pagi karena malas terjebak macetnya ibukota, tetapi pulangnya juga ikut cepat, jam 3.30 sore beliau sudah tidak kelihatan di kantor. "Pagi Pak Rizal, bisa bantu kami?" kata Aditya begitu memasuki ruangannya. "Pak Aditya, selamat pagi. Apa yang bisa saya bantu?" kata Pak Rizal yang langsung berdiri begitu melihat Aditya. Aditya menjelaskan permasalahan yang terjadi semalam. Pak Rizal langsung memainkan jari-jarinya ke laptop nya. Lalu menyorongkan laptop tersebut agar Aditya dan Raissa dapat melihat juga. Mereka memutar rekaman itu mulai pukul 7.15 malam, saat Raissa, Mona dan dr. Dennis keluar untuk makan bersama. Terlihat jelas dr. Dennis menaruh dompetnya di meja, lalu gambar dipercepat hingga Mona masuk dan membereskan peralatan yang sudah di cuci untuk di sterilkan. Tiba tiba gambar mulai bergoyang dan akhirnya berubah menjadi ribuan semut-semut kecil yang saling bertabrakan. "Loh..loh..loh.. ada apa ini. Sistemnya baik-baik saja tapi kok gambarnya kemana?" kata Pak Rizal yang jemarinya kembali sibuk. "Ada apa pak?" tanya Raissa bingung karena melihat pak Rizal tiba-tiba gugup dan bingung. "Pak Rizal, saya minta laporannya dalam satu jam ke depan. Saya ada rapat sekarang." kata Aditya lalu memberi isyarat pada Raissa untuk mengikutinya. Raissa hanya mengikuti Aditya tanpa mengucapkan sepatah katapun pada pak Rizal yang langsung sibuk menelepon sambil bekerja di laptopnya. "Ada apa sih?" tanya Raissa bingung. Mereka kembali berjalan ke kantor Aditya. "Tebakanku adalah ada yang mengacak dengan sengaja sinyal cctv kita dengan sengaja. Apakah hacker? Sa, tolong rahasiakan dulu, aku tidak mau karyawan panik." kata Aditya dengan geram. "Wah, kak Mira yang suruh aku kesini, kak Mira boleh tahu?" tanya Raissa. "baiklah, kak Mira saja, seharusnya tengah hari nanti sudah ada jawaban dan solusinya. dan akan ada pengumuman resmi. Semoga Pak Rizal sudah punya solusi saat itu." kata Aditya. "Baiklah, aku akan kembali kebawah, jam kerjaku sudah selesai. Aku akan pulang setelah ini, kabari aku ya ?" kata Raissa. Mereka sampai di depan kantor Aditya. Bu Ade keluar ruangan dan melihat keduanya sedang bertatapan, keningnya berkerut. "Saluran dengan Mayo Clinic sudah tersambung pak." kata Bu Ade. "Baik, sampai nanti Raissa."Kata Aditya pada Raissa. "Baik pak!" kata Raissa menatap kepergian Aditya. "Ada Apa Raissa? apakah ada masalah?" tanya Bu Ade. "Mmm.. sepertinya ada tapi Ibu tanya Pak Aditya ya? saya benar-benar tidak mengerti IT. Saya kebawah dulu ya Bu. Sampai jumpa lagi!" kata Raissa lalu berbalik dan pergi dari situ. Beberapa karyawan mulai berdatangan. Raissa hanya menyapa sekilas saja lalu turun ke bawah. Ia segera mencari kak Mira. "Gimana Sa? Dapat pencurinya?" tanya Kak Mira. "Tidak kak, gambarnya ada yang hack sepertinya. Pak Aditya terlihat marah, dan Pak Rizal terlihat bingung dan ketakutan. Kata Pak Aditya rahasiakan dulu kak." kata Raissa. "Hah? maksudnya?" tanya kak Mira bingung. "Aku juga tidak mengerti kak, katanya akan ada pengumuman resmi siang nanti, sampai saat itu, mohon dirahasiakan." kata Raissa. "Baiklah, ya sudah kamu pulang dulu sana. Aku akan bicara dengan Pak Rizal langsung." kata Kak Mira. "Baik kak! sampai besok! Eh, Mona sudah pulang?" tanya Raissa. "Sudah 15 menit yang lalu. Dr. Dennis juga sudah pulang 5 menit lalu." kata kak Mira. Raissa mengangguk lalu mengganti bajunya dan pulang ke rumah dengan pikiran yang masih bertanya-tanya ada apa gerangan? Mengapa kasus kehilangan uang dr. Dennis berujung jadi kasus IT begini. Ada apa dengan cctvnya?

"Ah sudahlah, aku capek dan mengantuk. Nanti siang sajalah aku tanya pak Aditya." kata Raissa begitu sampai di rumah. Ia pun mandi, lalu sarapan dan langsung mengubur dirinya dibawah selimut, tertidur lelap dalam sekejap. Sementara di kantor, Pak Rizal dan ank buahnya sedang kelimpungan karena ada yang menyabotase sinyal cctv, mungkin terlihat sederhana tetapi bisa mengancam keamanan. Apa tujuan sabotase ini? sabotase dengan apa? Sepagian keempat anak buah pak Rizal seliweran di klinik memeriksa cctv dan menggeledah UGD. Tetapi tidak menemukan apa-apa. Pak Rizal makin ketar-ketir karena harus segera memberikan laporan pada pak Aditya. Sedangkan karyawan di klinik bingung melihat para IT yang turun semua ke klinik memeriksa semua sudut tanpa penjelasan apapun pada mereka.