Karena datang pagi, dr. Alexander tidak sulit untuk mendapatkan parkiran di basement, bahkan hanya ada beberapa mobil yang terparkir saat ini. Yang membuat Raissa heran, disebelah mereka terparkir sebuah Ferarri merah. "Seperti punya pak Aditya, mungkin kebetulan, aku tidak hapal nomor platnya juga, yang punya Ferarri merah kan bukan hanya Pak Aditya." pikir Raissa. Lalu mereka mulai memasuki gedung dari basement menuju lobby swalayan dengan menggunakan eskalator. Karena eskalator tidak terlalu lebar maka Raissa dan Peni berjalan duluan di depan disusul oleh Asya dan dr. Alexander dibelakang mereka. Eskalator langsung menuju lobby swalayan. Ketika Raissa sampai diatas, ia melihat seorang lelaki tinggi, putih, memakai topi baseball sehingga setengah mukanya tertutup bayangan, dengan kaos sport putih dan celana pendek beige selutut, sepatu sketchers berwarna putih bersih, dan sepertinya Raissa mengenal orang ini. "Pen, itu Pak Aditya bukan?" tanya Raissa berbisik. " Hah mana? masa Pak Aditya belanja disini. mirip kali!" kata Peni tak percaya. Raissa dan Peni masih melongo ketika dr. Alexander berteriak, " Hei, Adit! tumben kesini?" kata dr. Alexander. "Situ juga tumben bantuin orang pindahan, biasanya suruh perusahaan pindahan, Lagian situ juga yang suruh saya kemari." sindir Aditya. "Sekali-sekali Dit, biar ada pengalaman. Ada apa? pasti ada berita besar sampai kamu kesini segala?" tanya dr. Alexander. "Memangnya harus ada berita kalau aku mau ikut kamu Lex? Sudahlah, ayo kita temani mereka belanja, mereka belanja, kita mengobrol dibelakang mereka. Lagipula grup kalian sudah kebanyakan estrogen, ada baiknya memasukan sedikit testosteron lagi kan? Biar tetap macho kamu Lex, jangan-jangan pulang nanti kamu malah melambai Lex." jawab Aditya. "Adduuhh Bapak ini, kasih kami sedikit kepercayaan dong! mana mungkin dr. Alexander bisa berubah melambai, kecuali Pak Aditya yang membutuhkan dr. Alexander supaya tetap lurus dan dijalan yang benar?" Kata Raissa. Asya dan Peni cekikikan, dr Alexander tertawa. "Tuh kan, buktinya dr. Alexander tidak ikut cekikikan, kalau sudah ikut cekikan dengan kami, baru bapak boleh khawatir!" lanjut Raissa. "Astaga, anak SMA ikut ya? si bawel, diam bawel! aku tidak minta saran mu!" kata Aditya ketus. "Laah, saran saya gratis loh pak, kalau sudah berbayar nanti saya kabari ya pak." kata Raissa terus membalas. Aditya membuka topinya lalu merapikan rambutnya sambil menghela nafas, dan kembali mengenakan topinya dengan rapi. "Sudaahlaah, ayo kalian gadis-gadis jalan di depan kami, supaya kami terlihat lebih menarik dan tampan dibanding kalian.. ayo cepat.."kata Aditya sambil bertepuk tangan dua kali. Asya dengan bijaknya menggamit tangan Raissa dan Peni lalu membawa mereka berjalan beberapa langkah didepan Aditya dan dr Alexander. " Sepertinya ada yang ingin dibicarakan Pak Aditya dengan dr. Alexander deh, ayo kita jalan duluan saja. " kata Asya sebelum Raissa membalas perkataan Aditya. "Baiklah"kata Raissa cemberut. "Iya, nurut dulu sama Asya Sa, kamu berani banget sih, salah-salah kamu sudah tidak kerja lagi bersama kami. Aku memang lumayan vokal mengenai ketidak cocokan dengan peraturan pak Aditya, tapi kalau selalu membalas perkataan pak Aditya, aku juga tidak berani Sa, kamu ini putus urat takutnya." kata Peni. "Bukan putus Pen, entah kenapa aku gampang sekali naik darah atau salah paham dengan pak Aditya. Bawaannya itu defensif terus." kata Raissa. "Ya masih mending kamu sih daripada Liza, langsung tak berfungsi otaknya kalau ketemu Pak Aditya." kata Peni. Ketiganya tertawa sambil meneruskan langkah ke lorong yang memamerkan barisan lemari.
Sementara ketiga gadis-gadis itu memeriksa beberapa lemari, Aditya dan Alex mengobrol.
" Lex, sudah kau bilang pada Asya?" tanya Aditya. "Belum, aku akan mengajaknya jalan berdua saja baru kukatakan maksud dan tujuanku padanya." kata Alex. "Sebaiknya tidak terlalu lama, peristiwa semalam sangat mengagetkan Opa dan Oma, mereka sangat berharap kau mau melanjutkan perjodohanmu dengan anak gadis pemimpin bank itu." kata Aditya. "Aku tidak bisa Dit, aku tidak mau hidup terus menerus diatur orangtua. aku ingin menjadi diriku sendiri. Cuma Asya yang membuatku nyaman dan bisa menjadi diri sendiri. Aku sudah muak Dit!" kata Alex. "aku mengerti sobat, kalau bisa akupun ingin berontak sepertimu. Sayangnya aku belum menemukan alasan yang cukup untuk melakukannya. Kalau kau punya alasan yang kuat, pertahankan lah kemauan mu itu, jangan goyah." kata Aditya sambil memperhatikan ketiga gadis didepan mereka. Harus diakui ketiga gadis didepan mereka mempunyai tampang diatas rata-rata, tapi memang sudah menjadi perturan tak tertulis semua karyawannya memiliki fisik yang menarik. Tak sedikit pria-pria yang berada di swalayan itu, baik sendiri maupun sudah tidak sendiri lagi, melirik mereka bahkan melihat terang-terangan kepada ketiga gadis tersebut. Walaupun sebagian besar penampilan mereka hanya terdiri dari kaos dan jeans, tetapi membalut tubuh mereka dengan sempurna. Aditya memperhatikan Asya, terpancar aura keibuan yang bijak dari parasnya yang cantik. Tak heran Alex sangat menyukainya. Peni memancarkan aura gadis tomboi yang cuek. Sedangkan Raissa memancarkan aura gadis manis,lucu dan imut khas anak SMA, entah kenapa Aditya sangat senang berdebat dengannya. Penampilan Raissa juga sedap dipandang mata. Saat ini ketiga gadis tersebut sedang tertawa-tawa sambil melihat lihat barang-barang yang terpajang. "Lihat mereka, sudah dekat seperti saudara padahal Raissa baru bergabung seminggu bersama mereka, beban mereka saat ini hampir tak ada. Tapi coba kau seret Asya kedalam kehidupanmu, ikut memikul bebanmu, membawanya ke dunia kita, Kujamin bukan hanya Asya yang akan jatuh, tapi ketiganya. Karena itu aku minta kepadamu Lex, pikirkanlah matang-matang, sebelum kau menghancurkan tiga orang gadis polos. Dunia kita keras Lex, pikirkanlah!" kata Aditya.
"Oma atau Opa yang suruh kamu berbicara padaku?" tanya Alex. "Aku bicara panjang lebar begini lalu pertanyaannya hanya itu? Lex.. Lex.." kata Aditya sambil geleng geleng kepala. Alex hanya mengangkat alis menunggu jawaban Aditya. " ok, dua-duanya, puass? Lex, pikirkanlah kembali! Kasihan Asya, dia akan terlihat seperti domba yang datang ke sarang serigala." kata Aditya. " aku berhak bahagia Dit, aku bisa gila kalau tetap mengikuti keinginan Opa Oma!" kata Alex. "Baiklah kalau kau tetap mempertahankan kemauan mu. Tapi kau harus menyiapkan Asya, supaya dia bermental kuat dan dapat mendukungmu. Aku juga akan selalu mendukungmu Lex, apapun keputusanmu. "kata Aditya. "Terimakasih Bro, kau memang yang terbaik!!jangan khawatirkan Asya. Biar aku saja yang memikirkan caranya." kata Alex.
"Baiklah, ayo kita bergabung dengan mereka. Tampaknya mereka terlalu bersenang senang tanpa kita." kata Aditya. "Sebentar bro, sebelum kita bergabung dengan mereka, jawab pertanyaanku dengan jujur. Kau tertarik dengan Raissa?" tanya Alex. Aditya menyilangkan tangan di dada dan tampak berpikir. "Tertarik? tentu saja, anak itu cantik dan pintar, belum lagi lucu. Sebagai wanita, Raissa merupakan paket yang menarik. Tetapi belum cukup tertarik hingga memberontak seperti kamu Lex. Entahlah.. saat ini yang jelas aku tertarik, tetapi jangan salah paham, aku tidak mau bermain api. Aku Takan melakukan tindakan apa apa padanya. " kata Aditya. "Hmmm, baiklah aku terima penjelasanmu. Awas kalau sampai dia menangis." kata Alex. Aditya hanya tertawa, lalu mengejar ketiga gadis tersebut untuk mempercepat sesi belanja mereka dengan alasan bahwa dirinya lapar .