Agnes mengendap-ngendap layaknya maling ketika tiba di teras rumahnya. Halaman luas dengan air mancur mini serta berbagai tanaman hias dan bonsai yang menggantung di depan rumahnya memang menyenangkan mata bagi siapa pun yang baru pertama kali datang ke kediaman Perero-Laurel. Namun, bagi Agnes, suasana yang sangat hening itu justru menjadi momok yang sangat menakutkan. Tukang kebun yang biasanya terlihat di halaman depan rumahnya, tak nampak. Agnes hanya bisa menahan tiap jengkal nafasnya, berharap maminya tak ada di rumah. Pelan-pelan Agnes masuk ke dalam rumah, menutupnya sambil menahan nafas ….
"Mana Bagas? Kok kamu pulang sendiri?"
Agnes sangat terkejut hingga jantungnya ingin mencelos keluar! Harapannya untuk tak mendengarkan suara "nyanyian" sang mami pada akhirnya hanya sebuah imajinasi yang harus pudar. "A-Agnes diantar sampai depan rumah, Mi," ucap Agnes menyembunyikan tangan kirinya.