Chereads / Terjerat Pesona Sang Ceo / Chapter 23 - Kediaman Megah Andrean

Chapter 23 - Kediaman Megah Andrean

Mobil segera melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan malam ibu kota yang cenderung ramai, ini untuk pertama kalinya Naya keluar malam bersama seorang pria, biasanya ia selalu di temani oleh sang mama ataupun Milea jika ingin keluar malam, meskipun Milea sudah menikah, namun sang suami tidak pernah membatasi pergaulannya.

Asalkan Milea tau batasannya sendiri, tidak melakukan hal yang aneh-aneh, apa lagi Naya termasuk wanita baik-baik, jadi tak membuat suami Milea khawatir jika istrinya sedang pergi bersama Naya.

Suasana di dalam mobil masih terdengar sunyi, Riko fokus menyetir dengan pandangan terus mengarah ke depan, sedangkan Naya terlihat asik merapikan rambutnya yang tidak kusut, mungkin ini faktor gugup karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan Andrean.

"Kita jemput Andrean dulu ya Nay,"

Ucap Riko memulai pembicaraan.

"Jemput ke rumahnya pak Andrean ya Rik ?

"Bukan, kita akan jemput Andrean di toko kue, kebetulan besok acara ulang tahunnya Oma," balas Riko lagi.

"Ulang tahun Oma-nya pak Andrean ya Rik,?" Tanya Naya lagi.

Riko mengangguk sambil terus mengemudikan mobilnya.

"Besok kita juga di undang ke ulang tahunnya Oma," tambah Riko lagi.

"Oh," Naya terlihat mengangguk, sesekali ia mengarahkan pandangannya ke luar kaca mobil, memandang jalanan ibu kota yang cukup padat, namun untungnya tidak menyebabkan kemacetan. Hanya menempuh waktu sekitar 20 menit mobil yang di kendarai Riko telah sampai, tepat di depan toko kue di mana Andrean berada, tampak Andrean yang baru saja keluar dari dalam toko.

Naya yang melihat dari dalam mobil, seketika di buat terpana saat melihat penampilan Andrean yang terkesan santai, namun tetap mempesona. Dengan menggunakan kemeja lengan panjang yang di gulung sedikit di bagian ujung, potongan rambut yang di buat tegak, tak lupa dengan kacamata hitam yang ia gunakan, semakin membuat Naya ingin meleleh saat melihatnya. Entah kenapa Andrean harus mengenakan kacamata hitam di malam hari, apa mungkin ia sedang menyamar, karena takut bakal ada yang mengenalinya saat di toko kue, entah lah.

"Silahkan masuk bos," sapa Riko saat melihat Andrean yang sudah berdiri di depan mobil, Andrean pun segera masuk ke dalam mobil, ia duduk di kursi belakang tepat di samping Naya. Naya melemparkan senyum termanisnya, namun Andrean hanya membalasnya dengan senyum tipis.

"Selamat malam pak," Naya memberanikan diri untuk menyapa Andrean yang kini sudah berada di sampingnya.

"Malam," jawab Andrean datar, tanpa tersenyum atau pun memandang balik ke arah Naya, 'dasar laki-laki menyebalkan, noleh kek apa kek,' gerutu Naya dalam hati.

Melihat Andrean yang terkesan cuek, membuat Naya tidak berani untuk bertanya lagi, Naya kembali melemparkan pandangannya ke luar kaca mobil, itu mungkin lebih baik dari pada harus memandang laki-laki yang ada di sampingnya.

"Kita langsung ke rumah ya Rik!" Ujar Andran sambil melirik ke arah jam tangan miliknya, Naya yang tadinya sedang memandang ke luar di buat terkejut, saat mendengar ucapan Andrean. 'Langsung ke rumah, maksudnya apa,' batin Naya bingung.

"Apa kamu belum tau kalau kita akan makan di rumah malam ini ?"

Tanya Andrean, saat menyadari kalau Naya sedikit terkejut dengan ucapannya tadi.

"Ma- makan di rumah pak ? Ma-maksud bapak di rumah bapak ?" Naya sampai terbata menanyakan hal ini, membuat Andrean sedikit heran.

"Iya lah, memang kamu pikir kita akan makan di mana,?" Tanya Andrean lagi, namun Naya menjawabnya dengan menggeleng, ia masih tak mengerti kenapa harus makan di rumah, bukannya di cafe, suasana romantis saat makan malam bersama, seketika hilang dari hayalannya.

"Apa kamu kecewa, karena kita bukan dinner berdua malam ini,?" Lagi-lagi pertanyaan Andrean membuat Naya salah tingkah, kenapa Andrean tau apa yang ada di pikirannya.

"Kamu harus ingat, nanti kalau Oma nanya kamu siapa, kamu harus jawab kalau kita ini pacaran, khususnya sama orang tua saya, jangan sampai mereka curiga kalau kita ini hanya sebatas pacar kontrak, apa kamu paham ?" Jelas Andrean lagi, membuat Naya seketika ingin keluar dari dalam mobil, bagaimana bisa Andrean memintanya untuk berakting di depan keluarganya, khususnya di depan kedua orang tuanya, Naya ingin sekali menolak tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang, menolak permintaan Andrean sama hal nya dengan mengundurkan diri dari perusahaan.

"Apa kamu mengerti ?" Tanya Andrean lagi mengingatkan.

"I-iya pak, saya mengerti" jawabnya sedikit ragu-ragu.

Tak menunggu waktu lama, mobil yang di kendarai Riko telah tiba di kediaman Andrean, pintu gerbang langsung terbuka secara otomatis saat mengetahui kalau itu adalah mobil milik Andrean, Naya tidak begitu kaget melihatnya, sebab ia sudah pernah datang ke sini, pada saat Andrean menyuruhnya mengambil jam tangan.

Naya terlihat gugup saat mobil sudah memasuki halaman depan rumah, namun rasa gugupnya langsung hilang saat melihat pemandangan malam di rumah Andrean, semuanya begitu sangat menyejukkan mata, Naya di buat terpukau saat melihat lampu taman yang sangat cantik, di hiasi dengan warna yang beraneka ragam, mulai dari merah, kuning, hijau, persis seperti warna pelangi, di tambah lagi dengan air mancur yang selalu berganti warna setiap kali keluar dari dasarnya, seiringan mengikuti ritme air yang sedang bergerak.

Mobil terhenti tepat di depan pintu rumah, Naya semakin di buat gugup, apa lagi saat melihat para bodyguard yang berbaris rapi menyambut kedatangan mereka, salah satu bodyguard membukakan pintu Naya, membuat Naya bak seperti nyonya di rumah itu. Dengan ragu-ragu Naya segera turun dari mobil, di ikuti Andrean dan juga Riko.

"Selamat malam tuan muda, nona muda," sapa mereka dengan sopan sambil sedikit membungkuk, hingga membuat Naya jadi salah tingkah, 'apa saya tidak salah dengar, tuan muda, nona muda,' batin Naya tersenyum. Naya seperti sedang terlempar ke dunia dongeng, ia rasanya ingin tertawa mendengar hal itu.

"Ayo masuk," ajak Andrean saat melihat ke arah Naya, namun Naya masih tampak ragu, dia belum siap untuk bertemu keluarga Andrean, apa lagi hubungannya dengan Andrean hanya sebatas pacar kontrak, bagi Naya ini terlalu berlebihan jika untuk makan malam bersama keluarga Andrean.

"Apa kau mendengar ku,! ini hanya makan malam biasa, jadi tidak usah takut," ucap Andrean lagi.

"I-iya pak, tapi saya masih takut untuk bertemu keluarga bapak," jawaban Naya terdengar gugup, ia masih belum beranjak dari tempatnya, masih saja berdiri mematung. Andrean hanya menggeleng melihat ketakutan Naya, ia pun segera melangkah dan mendekat ke arah Naya, lalu di raihnya tangan Naya yang terasa dingin itu, kemudian ia genggam.

"Ayo cepat masuk, kita harus berakting dengan baik malam ini," ucap Andrean sambil tersenyum, seketika jantung Naya berasa akan loncat dari tempatnya, darahnya mengalir lebih cepat, matanya berbinar memandang wajah Andrean yang begitu tampan, tangannya mendadak dingin saat di genggam oleh Andrean, 'perasaan apa ini ? Apa aku memang sudah jatuh cinta ?' batin Naya bergejolak.

Bersambung...