Chereads / Terjerat Pesona Sang Ceo / Chapter 26 - Gosip

Chapter 26 - Gosip

Gosip

"Naya, apa kamu sudah bangun ?

Teriak sang mama dari luar kamar, namun sepertinya Naya masih terlelap dalam mimpinya.

Tok... Tok... Tok...

Kembali sang mama mengetuk pintu, tapi sepertinya pemilik kamar belum juga terbangun.

"Naya, ayo bangun ! Nanti kamu bisa terlambat ke kantor!" Kali ini teriakan itu terdengar lebih menggelegar, bahkan seekor cicak yang sedang asik menempel di dinding pun sampai terjatuh mendengarnya.

"Anak ini, sampai kapan ia akan bangun kesiangan, makanya sampai sekarang belum juga mendapatkan jodoh, gimana mau dapat jodoh, kalau setiap hari bangunnya kesiangan, gimana mau ngurus suami, ngurus anak nantinya," sang mama terus saja mengoceh dari luar kamar, hingga akhirnya membuat Naya terbangun.

"Aduh mama, Naya udah bangun ma!" Teriakan Naya seketika menghentikan omelan sang mama.

"Ayo buruan mandi sana, nanti kamu terlambat!" Teriak sang mama lagi sembari berlalu pergi dari kamar Naya. Masih terdengar sayup-sayup omelan sang mama sampai ke arah dapur.

Sedangkan Naya masih mengumpulkan tenaganya untuk bangun, ia mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba untuk melawan rasa kantuknya pagi ini, mungkin karena efek begadang tadi malam, bagaimana tidak, ia terus saja terbayang dengan Andrean, apa lagi saat ia mengingat Andrean menggenggam erat tangannya, sampai-sampai ia tak ingin mencuci tangannya, berlebihan memang.

Naya segera beranjak dari tempat tidur, untuk menuju kamar mandi, sama seperti biasanya, ia tak butuh waktu lama untuk mandi, tak kurang dari 5 menit ia kembali keluar dari kamar mandi, entah apa kah ia sempat untuk pakai sabun atau tidak, toh juga orang tidak akan menanyakan hal itu pikirnya. Yang jelas ia sudah mandi, terkesan jorok, tapi sudah menjadi kebiasaan.

Dengan sigap Naya langsung bersiap, berganti pakaian, memakai polesan make up seperlunya, setelah itu baru sarapan, terlihat kedua orang tuanya sudah menunggu di meja makan, sembari tersenyum Naya menyapa keduanya, dengan cepat ia langsung melahap roti panggang buatan sang mama, di tambah dengan segelas susu, sudah cukup membuatnya kenyang.

"Pa, ma, Naya berangkat dulu ya," katanya sambil tersenyum.

"Ia, kamu hati-hati, kerja yang rajin," balas sang papa.

"Jangan lupa cari jodoh, jangan kerja terus hingga sampai melupakan jodoh," kali ini jawaban dari sang mama, membuat Naya tersenyum tipis. Entah sampai kapan ia harus mendengar kata-kata seperti itu.

Naya pun segera melaju dengan mobil kesayangannya, hari ini akan ada rapat penting di perusahaan, Naya harus datang tepat waktu untuk mempersiapkan segala keperluan Andrean, kebetulan Riko tidak masuk hari ini, di karenakan adiknya akan menikah, jadi lah Naya yang akan mengurus semuanya.

Jalanan terlihat cukup padat, Naya berharap tidak akan ada kemacetan.

Untungnya hal itu tidak terjadi, mobilnya berhasil lolos dari kemacetan.

Dengan menempuh waktu kurang dari 35 menit, Naya telah sampai kantor tepat pada waktunya, ia segera turun dari mobil, tampak ia berlari-lari kecil seperti orang yang sedang tergesa-gesa.

Namun ada yang berbeda hari ini, entah mengapa Naya merasakan hal yang aneh pada orang-orang di sekitarnya, tampak beberapa pasang mata yang menatapnya dengan tatapan aneh, seolah tak suka dengan dirinya. Terdengar juga sayup-sayup dari beberapa orang yang sedang membicarakan dirinya, ia menaikkan sebelah alis matanya, apa ada yang aneh dengan penampilannya hari ini, apa kostumnya salah, atau dandanannya terlihat menor, sepertinya tidak, lalu apa ?

"Nay, kebetulan lo udah nyampe,' ada yang mau gue omongin sama lo," tiba-tiba Milea datang menghampiri Naya, wajahnya juga terlihat aneh, seperti ada yang tidak beres.

"Ngomong apaan Mil, kayaknya serius amat," balasnya terlihat serius.

"To the point aja ya Nay, sebelumnya gue minta maaf karena tidak percaya dengan cerita lo tempo hari, tapi apa bener lo udah jadian sama pak Andrean,?" Milea memandang lekat Naya, begitu banyak pertanyaan yang tersirat dari matanya, dengan di selimuti rasa penasaran yang besar.

"Menurut lo gimana?" Naya malah balik bertanya.

"Ini anak, gue nanya dia malah ikut nanya, lo tau gak satu perusahaan udah tau hal ini, jadi lo siap-siap aja bakal banyak yang gak suka sama lo nantinya, terutama Stefi dan juga para pengikutnya," celoteh Milea lagi.

"Kalau Stefi, memang dari dulu dia gak pernah suka sama gue, tapi kalau para pengikutnya gue gak tau, emangnya mereka siapa?" Tanya Naya penasaran.

"Ya siapa lagi kalau bukan para fans gelapnya Pak Andrean, selama ini kan banyak dari karyawan kita yang menaruh hati sama pak Andrean, awas aja lo nanti di keroyok sama mereka, hiii," kata Milea menakuti.

"Emangnya gue takut, kalau sampai mereka berani macam-macam sama gue, mereka akan berurusan dengan polisi, enak aja main keroyok, negara kita ini negara hukum, mana boleh begitu," balas Naya dengan sedikit mengoceh.

"Ya udah, mendingan sekarang kita ngobrolnya di dalam aja, gak enak di sini banyak yang denger," ucap Milea setengah berbisik.

Mereka pun akhirnya masuk untuk melanjutkan cerita, terlihat Naya yang begitu bersemangat bercerita kepada Milea, sedangkan Milea terlihat seperti burung kakak tua, yang bisanya mangut-mangut mendengar cerita Naya.

Sedang asik mengobrol tiba-tiba Andrean datang, membuat Naya langsung berlari, ia segera menuju pintu lift dan menekan tombol lift, namun entah mengapa pintu lift belum juga terbuka, ia semakin gugup saat Andrean berjalan ke arahnya, 'mampus gue, pak Andrean pasti murka kalau tau gue belum nyiapin apa-apa buat rapat nanti,' batinnya makin gelisah.

Kembali Naya menekan tombol lift, berharap kalau kali ini pintu lift akan terbuka, tapi lagi-lagi pintu itu masih tertutup. Sedangkan Andrean sudah semakin dekat, bahkan sekarang berdiri tepat di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Pertanyaan Andrean terdengar datar.

"E-eh ia pak, lagi nunggu temen pak," jawab Naya asal.

"Apa kau akan terus berdiri di sini?"

"Saya baru saja mau ke ruangan pak, ini lagi nunggu," ucap Naya sambil menunjuk pintu lift yang masih tertutup.

"Apa kau tidak bisa baca ? Sampai kiamat pun pintu ini tidak akan terbuka," Andrean berlalu dari hadapan Naya, menuju lift pribadi miliknya, hanya orang tertentu yang bisa menggunakan lift itu, Naya segera tersadar dengan ucapan Andrean, betapa bodohnya ia, karena tidak melihat tulisan sebesar itu di sana, tulisan yang menjelaskan bahwa lift sedang di perbaiki.

Tanpa pikir panjang, Naya langsung berlari menuju tangga darurat, namun dengan cepat Andrean memanggilnya.

"Apa kau mau buang-buang waktu melalui tangga itu!" Teriak Andrean lagi dari pintu lift, paham dengan maksud bosnya itu, Naya pun segera berlari ke arah Andrean, dengan cepat ia menyelip saat pintu lift terbuka. Sepertinya nasib baik sedang memihak Naya kali ini.