Naya segera melangkah mengikuti Andrean, perasaannya campur aduk, antara bahagia dan gugup jadi satu. Andrean masih terus menggenggam erat tangan Naya, bahkan sampai mereka masuk ke dalam rumah, tangan itu masih terus menggenggam,
'Oh tuhan andai boleh meminta, aku berharap semoga ini bukan hanya sandiwara, tapi bisa berubah menjadi nyata,' pinta Naya dalam hati.
"Ini dia tamu kita baru datang," teriak sang Oma saat melihat Andrean, Naya dan juga Riko yang baru saja tiba.
Ketiganya langsung menyapa, termasuk Naya, namun tak seperti Andrean dan Riko, Naya terlihat lebih gugup saat menyapa sang Oma.
"Ayo kemari sama Oma, kita ngobrol-ngobrol dulu," ucap wanita paruh baya itu sambil tersenyum, dia adalah Emeli, Oma-nya Andrean. Usianya sudah lewat setengah abad, namun masih terlihat awet muda, mungkin karena wajahnya yang teduh menutupi usia aslinya. Naya membalas senyuman itu dengan sebuah anggukkan, ia segera mendekat ke arah Emeli.
"Kamu pasti pacarnya Rean kan,?" Tanya Emeli menebak, Naya sempat terdiam saat mendengar nama Rean, untung otaknya bekerja dengan cepat, jadi ia paham, kalau yang di maksud Emeli itu tak lain adalah Andrean.
"Ia Oma," Naya menjawab dengan malu-malu, mukanya seketika memerah persis seperti buah tomat, melihat hal itu membuat Emeli makin tersenyum.
"Tuh kan, oma bener, itu mukanya sampai merah gitu," goda Emeli lagi, hingga membuat Naya salah tingkah.
"Kamu namanya siapa,?" Tanya Emeli lagi.
"Naya Oma," balas Naya singkat, sambil mengulas senyum di bibirnya.
"Naya, Nama yang cantik, sama seperti orangnya juga cantik," puji Emeli lagi.
"Ah, Oma bisa aja, Oma juga cantik," Naya pun membalas dengan sebuah pujian, hingga kali ini giliran Emeli yang tersipu malu.
"Kamu bisa aja, Oma kan sudah tua, jadi gak cantik lagi,"
"Enggak kok, tapi Oma beneran cantik," timpal Naya lagi.
Lagi-lagi Emeli tersenyum mendengar pujian dari Naya.
"Terima kasih, tapi kalau Oma boleh tau, apa Rean orangnya baik ?" Tanya Emeli lagi.
Naya sedikit mengerutkan keningnya, mengingat Andrean selama ini begitu sangat menyebalkan, namun tidak mungkin ia mengatakan hal itu, bisa-bisa akting mereka akan gagal malam ini.
"Tentu saja Oma, dia orangnya sangat baik, perhatian juga," jawab Naya sambil cengengesan, sedangkan Andrean pura-pura tersenyum dengan ucapan Naya.
"Syukur lah kalau begitu," Oma pun ikut tersenyum, tak berapa lama kemudian kedua orang tua Andrean muncul dan langsung menyambut Naya.
"Hayo, siapa ini yang datang," sapa Liana dengan hangat, yang tak lain adalah mama Andrean, Naya terkesima saat memandang wajah Liana yang sangat cantik dan keibuan itu, wajar saja Andrean memiliki wajah yang tampan, rupanya mewarisi dari wajah sang mama.
"Kenalin ma, ini Naya pacarnya Rean," jawab Andrean bersemangat, seolah ia sangat bahagia memiliki pacar seperti Naya.
"Hai tante, apa kabar ?" Sahut Naya dengan tersenyum, meski ia terlihat sedikit gugup.
"Hai juga Naya, kamu benar-benar cantik, wajar saja Rean sampai jatuh cinta sama kamu," balas Liana dengan memuji.
"Tentu dong ma, selain cantik Naya juga baik, pinter masak lagi," kali ini giliran Andrean yang memuji, malam ini Andrean berakting cukup bagus, sedangkan Naya hanya terlihat cengengesan dengan ucapan Andrean.
"Ngomong-ngomong nak Naya kerja di mana, ?" Giliran Rudi yang bertanya, siapa lagi kalau bukan papanya Andrean. Sepertinya ia tidak mengenali Naya, yang juga bekerja di perusahaan yang pernah ia pimpin dulu, mengingat begitu banyak karyawan yang bekerja di sana, di tambah lagi Naya hanyalah karyawan biasa, tidak mungkin ia bisa mengingat satu persatu semua karyawannya.
"Kebetulan dia juga bekerja di salah satu perusahaan terkenal di kota ini pa," jawab Andrean buru-buru, tanpa menyebut nama perusahaannya.
"Papa bertanya dengan Naya, kenapa kamu yang jawab," ucap Rudi protes.
Namun belum sempat Andrean berbicara, sang mama lebih dulu memotong pembicaraan mereka.
"Bicaranya lanjut nanti saja, sekarang kita makan dulu, papa, Oma, Rean, Naya Riko, ayo kita ke ruang makan," celoteh Liana memberi interupsi, mereka pun menurut dengan ajakan Liana, namun Naya masih terlihat malu-malu, melihat hal itu Andrean segera menggandengnya, lagi-lagi Naya di buat klepek-klepek dengan tingkah Andrean, biar terkesan lebih mesra dan romantis. Riko yang dari tadi hanya menjadi pendengar, terlihat menahan tawa menyaksikan akting keduanya.
Sesampainya di meja makan, ternyata sudah ada keluarga yang lain menunggu di sana, mereka adalah tante dan Om-nya Andrean, yang kebetulan sedang menginap, mengingat besok adalah ulang tahun Oma-nya Andrean.
"Kenalin Om, tante, ini Naya pacarnya Rean," ucap Andrean sambil tersenyum mengenalkan Naya.
Naya pun segera menyapa keduanya, tak lupa ia juga tersenyum dengan mereka, mereka membalas senyuman itu, namun entah mengapa Naya merasa kalau senyuman itu seperti di paksakan, semoga ini hanya perasaan Naya saja.
"Sudah berapa lama kalian berhubungan,?" Pertanyaan itu datang dari Rita, tantenya Andrean. Wajahnya terlihat agak judes, Naya bisa melihat itu dari sorot matanya.
"Masih baru juga tante, tapi kenalnya udah lama, cuma jadiannya aja yang masih baru," balas Andrean menimpali, ia tau betul kalau tantenya kurang suka dengan Naya, mengingat sebelumnya Rita mau menjodohkan ia dengan wanita lain, Andrean sudah pasti menolak hal itu, memangnya ini zaman siti nurbaya apa.
Meja makan telah terisi penuh dengan berbagai macam menu masakan, mulai dari yang lokal maupun menu dari luar, semua sudah terhidang di meja, Naya merasa sedang berada di sebuah pesta besar saat melihat makanan sebanyak itu, padahal ini hanya sekedar acara makan malam keluarga. 'ingat Naya, kamu harus jaga sikap, makan dengan cara yang anggun, bila perlu seperti puteri keraton,' batinnya berbisik.
Mereka pun mulai menyantap makan malam dengan hangatnya, tak ada pembicaraan yang keluar dari mereka, sepertinya keluarga ini tidak menganut sistim makan sambil bicara, Naya terlihat begitu hati-hati, jangan sampai ia makan seperti orang kesurupan lagi seperti waktu itu.
Jam makan malam pun selesai, kini saatnya Naya untuk pamit pulang. Baik Oma, Liana, atau pun papa Andrean terlihat begitu antusias menerima kedatangan Naya, tidak seperti tante dan Om-nya Andrean yang terkesan dingin dan sinis saat menatap Naya.
Naya segera berpamitan, tak lupa Andrean juga ikut mengantar Naya, ia tak mau keluarganya nanti sampai curiga, kalau ia dan Naya hanya terikat pacar kontrak.
"Ayo sayang, kita berangkat, nanti papa sama mama kamu marah lagi, karena kita pulangnya telat," Ucap Andrean berlagak khawatir, membuat Naya memutar bola mata malas.
"Jangan lupa besok datang ke acara ulang tahunnya Oma ya!" Ucap Emeli mengingatkan, Naya pun dengan cepat mengangguk, entah mengapa ia merasa nyaman bersama keluarga Andrean, kecuali tante dan Om-nya itu.
Sekarang tiba giliran Andrean yang akan mengantar Naya pulang, layaknya seorang pacar yang akan mengantar kekasihnya, ini di lakukan supaya aktingnya kelihatan lebih maksimal. Riko terlihat menahan tawa, entah apa yang akan terjadi dengan kedua orang itu.