"Ehem. Tadi di sekolah, gue liat ada yang dielus-elus tuh kepalanya sama pak ketua,"
"Dielus apaan, ditoyor pala gue yang ada. Untung gak jadi bego, mana pake diceramahin lagi."
Radithya tertawa kecil melihat reaksi Lareina. Moezza yang juga sedang bermain di rumah Lareina ikut tersenyum dalam diam.
"Jalan bareng udah, makan sama nonton bareng udah, tinggal jadian gak sih?" goda Moezza memanasi suasana.
Lareina memukul lengan sahabat wanitanya itu perlahan. "Apaan sih. Orang cuma temen. Selera gue bukan yang umurnya lebih muda, sorry."
"Bukannya lo ada persaingan atau apa lah itu sama Aradia buat deketin Sean? Ngaku aja udah, Rei," balas Moezza lalu menoleh ke arah Radithya yang langsung memasang wajah muram.
Radithya melempar bantal sofa ke arah Moezza. "Ah, kampret lo. Pake diingetin segala. Masih sakit hati nih gue."
Lareina terdiam. Ia tidak bisa mengatakan ia tidak menyukai Sean sepenuhnya karena isi dari buku harian yang di tulis oleh Lareina di dimensi ini. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa terkadang hatinya berdebar karena perlakuan Sean padanya.
Namun, Lareina bukanlah tipikal orang yang mudah jatuh cinta. Hatinya sekeras batu dan sulit tergoyahkan. Akan tetapi, itu dulu. Sebelum ia menyatu dengan dirinya yang berada dalam waktu dan dimensi berbeda ini.
Lagi pula, ia masih belum sepenuhnya beralih hati dari Devin. Masih butuh waktu untuk menyembuhkan luka lamanya.
"Woy! Lo ngelamun mulu dah," sahut Radithya menyadarkan Lareina.
"Oh. Iya. Kenapa?" tanya Lareina yang telah kembali ke kesadarannya.
"Lo ngomongin apa aja sama adik ipar tadi? Serius amat," tanya Radithya.
"Adik ipar? Siapa?"
"Sean," jawab Radithya dan Moezza kompak.
Lareina menatap tajam kedua temennya. Bocah remaja dihadapannya ini terkadang membutuhkan teguran berupa pukulan keras darinya karena sering kali melewat batas. Untung saja, Lareina tidak mengeluarkan aneka sumpah serapah yang biasa ia terapkan pada orang yang membuatnya kesal di kehidupan aslinya.
"Adik ipar pala lo gue tendang. Gak ngomongin apa-apa, gue cuma nanya gimana caranya jadi orang baik."
Radithya dan Moezza mengerutkan dahinya, mempertanyakan maksud dari perkataan Lareina. Ekspresi itu sama persis seperti dengan ekpresi yang dikeluarkan oleh Sean ketika Lareina melontarkan pertanyaan yang sama.
Moezza menggelengkan kepalanya. "Lo makin lama, makin aneh aja udah."
"Buat apa lo nanya gituan ke Sean?" tanya Radithya berusaha memahami Lareina yang sepertinya sudah kehilangan kewarasannya semenjak tiga minggu lalu.
"Ya, karena gue mau jadi orang baik dan Sean bisa dijadiin narasumber yang cocok kalo gue mau nanya soal gituan. Lo tau, kan, doi orangnya tipikal tsundere. Cuek-cuek tapi bantuin anak kelas mulu kerjaannya," balas Lareina yang berhasil membuat Moezza dan Radithya kembali terheran.
"Hah? Maksud lo apaan sih? Jangan bikin bingung deh, Rei," tanya Moezza bingung.
"Lo bilang, bisa aja alasan orang ngalamin time travel itu karena dia harus memperbaiki diri sendiri jadi orang yang lebih baik. Ya, karena itu," jawab Lareina yang tentu saja malah menambah kebingungan Moezza dan Radithya.
Moezza terkekeh. "Time travel? Haha… lo?"
"Kalo gue bilang, gue itu datang dari masa depan dan terlebih dari dimensi atau universe yang berbeda. Lo bakal percaya gak?"
Radithya dan Moezza mengangguk dan dengan kompak menjawab pertanyaan Lareina. "Enggak."
Lareina menghela nafasnya pasrah. "Gak mungkin juga lo percaya. Gue sendiri aja gak percaya," gumam Lareina.
Radithya dan Moezza saling bertatapan melihat tingkah aneh Lareina semenjak duduk di bangku kelas 12. Mereka berpikir bahwa ini adalah efek stres yang diakibatkan oleh terlalu banyak belajar. Mereka pun memutuskan untuk meladeni perkataan teman setengah warasnya ini.
"Emang lo bukan orang baik, Rei? Gue rasa lo oke-oke aja kok. Gak jahat-jahat amat. Walaupun belakangan ini, lo rada-rada serem, hehe," ujar Moezza.
Lareina mengangguk dengan semangat ketika mendengar ucapan Moezza. "Iya, kan? Gue rasa, gue baik-baik aja. Tapi, selain itu, gue gak kepikiran buat alasan kenapa gue bisa time travel dan pindah dimensi gini."
Radithya dan Moezza tersenyum kecut mendengar keseriusan Lareina mengenai perjalanan waktu dan berpindah dimensi. Moezza menyikut Radithya secara perlahan lalu berbisik. "Udah-udah, ladenin aja. Kasian gue sumpah sama sepupu lo. Gini amat stressnya."
"Bener kata Moezza. Sepupu gue baik gini orangnya. Selagi lo gak pernah bikin orang nangis, ngata-ngatain orang, nyusahin orang lain, dan lain sebagainya, lo berarti udah jadi orang baik. Gue yakin lo gak pernah ngelakuin semua itu, kan?" ujar Radithya dengan akting meyakinkannya.
Lareina kembali terdiam untuk kesekian kalinya hari ini. Gadis itu termenung ketika mendengar perkataan Radithya. Radithya membuat Lareina tersadar akan berbagai dosa yang ia lakukan. Membuat orang menangis, memaki orang, dan menyusahkan orang lain adalah semua kegiatan yang pernah ia lakukan semasa menjadi atlet hingga aktris.
Mungkin sudah beberapa puluh orang yang dibuat sakit hati olehnya sampai menangis. Staf, lawan mainnya, sesama atlet, pembencinya, bahkan penggemarnya sendiri. Lareina teringat dengan penggemarnya yang menangis karena menerima ucapan tidak enak yang keluar dari mulutnya.
Pembelaan Lareina saat itu adalah ia sedang kelelahan dan tidak ingin diganggu, namun penggemarnya ini terus menerus meminta untuk foto bersama. Namun, tentu saja pembelaan ini tidak bisa dibenarkan karena bagaimana pun juga, penggemar lah yang mendukung dan membuat Lareina berada diposisinya hingga saat ini. Posisi sebelum ia melakukan perjalanan waktu dan berpindah dimensi tentunya.
Memaki orang lain juga merupakan aktivitas rutin yang dilakukan Lareina. Para manajernya lah yang menjadi saksi dan pelanggan tetap dari makian Lareina. Kesalahan sedikit saja bisa membuat Lareina mengeluarkan semua kata-kata makian yang tentu saja membuat hati orang yang mendengarnya teriris. Mulut pedas Lareina sudah terkenal sejak ia berada di tahun akhir masa atletnya.
Untuk menyusahkan orang lain, Lareina juga sering melakukan ini. Ia tidak segan-segan untuk menyalahgunakan kekuasaannya kepada orang yang ia tidak sukai. Contoh saja, Bella, wanita yang berselingkuh dengan Devin. Lareina dengan mudahnya menghilangkan berbagai pekerjaan yang dimiliki Bella dengan satu panggilan telepon, membuat Bella kesusahan mencari pekerjaan. Mungkin hingga saat ini.
Lareina kemudian tertawa kecil. Sepertinya, ia harus menerima fakta bahwa ia bukan lah orang baik. Walaupun Lareina tidak kebetatan menjadi orang yang "tidak baik", namun ia perlu berubah demi kembali ke kehidupan sempurnanya. Kehidupannya sebagai aktris berusia 26 Tahun bernama Lareina yang juga seorang mantan atlet senam ritmik.
Lagi pula, bertingkah menjadi orang baik tidak akan terlalu sulit. Anggap saja ia sedang melakukan method acting untuk menyempurnakan kemampuan aktingnya. Ia dapat menjadikan ini sebagai kelas akting gratis yang menggunakan eksperimen nyata.
Ia yakin, dengan kecerdasan yang ia miliki, kemampuan beradaptasinya yang cepat, dan kemauan yang kuat, ia pasti bisa memenuhi kritetia untuk menjadi "orang baik" seperti apa yang dideskripsikan oleh orang banyak.