Pagi yang cerah secerah wajah Dhira hari ini, ia di perbolehkan membawa sepeda lagi setelah sekian lama,
" Yey, sepeda, gak capek jalan kaki lagi" Dhira sangat senang karena neneknya mengizinkan ia menggunakan sepedanya setelah beberapa bulan lalu ia merusak sepedanya dangan terjun bebas ke sungai.
" Jangan di buang ke sungai lagi! " ucap neneknya dari taman kecil yang ia buat.
" Iya, dulu itu kan cuma kecelakaan nek" jawab Dhira, sebenarnya itu memang sebuah kecelakaan karena Dhira berusaha menghindari bocah yang tiba-tiba saja muncul ntah dari mana dan menyebabkan ia harus banting stir yang dimana ia salah berbelok dan malah terjun bebas ke dalam sungai.
" Berangkat sana, nanti nenek berubah pikiran mau kamu?! " ucap neneknya dan Dhira langung ngacir karena takut neneknya akan batal memberinya izin menggunakan sepeda.
***
Selama perjalanan ia merasa senang, ia mengayuh sepedanya dengan perlahan menikmati pagi yang cerah, dan ketika ia sudah dekat dengan sekolah ia mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi karena hampir saja telat, tapi ketika ia akan mengerem ternyata rem nya tidak berfungsi dengan baik
" Minggir woe minggir " teriak Dhira sambil berusaha untuk menghentikan sepedanya dengan sepatunya tapi itu tidak bisa langsung menghentikan laju sepedanya dan malah mengikis alas sepatunya.
Para siswa yang ada di sekitar sana menyingkir dan memberikan Dhira jalan tapi sayangnya sepedanya malah masuk parkiran motor dan menabrak salah satu motor yang ada di sana hingga jatuh dan untungnya ada jarak yang lumayan jauh antar motor yang ia tabrak dengan motor lainnya, Dhira langsung terjatuh dan sepedanya menindih tubuh mungilnya dan juga motor yang ada di bawah Dhira.
" Aduh, sakit " ucap Dhira dan ia melihat motor yang ia tabrak tadi sepertinya sangat familiar, dimana ia pernah melihatnya. Dhira melihat ke sekitar dan menemukan Dean berdiri di belakangnya dengan tatapan yang sangat menyeramkan, "mampus motor nya Dean " gumamnya lalu nyengir ke arah Dean tanpa dosa.
" Motor gua rusak lagi " ucapnya, ini bukan pertama kalinya Dhira merusak motor Dean, bahkan motor itu baru ia perbaiki seminggu yang lalu karena Dhira tidak sengaja melepar bola tolak peluru dan berakhir memecahkan kaca lampu depan motornya dan sekarang Dhira menabraknya dengan sepeda butut miliknya dan membuat motornya tergores di sana sini dan mendapatkan penyok di bagian yang Dhira tabrak.
Dhira tidak bisa segera berdiri karena badannya di tindih oleh sepedanya dan masih merasa sakit, karena Dhira tak kunjung mau bangun dari atas motor Dean akhirnya Dean mengangkat sepeda yang menindih tubuh mungil Dhira dan melemparnya ke luar area parkir dan hal itu menarik perhatian lebih banyak orang lagi bahkan para guru juga turut berdatangan padahal pemandangan seperti itu sudah sangat sering terjadi tapi masih saja seru untuk di tonton.
"Sepeda gua woe! " teriak Dhira tidak terima, Dhira yang melihat sepedanya di lempar dengan semena-mena hingga ban depannya sudah tidak berbentuk lingkaran lagi lalu berdiri dan menginjak injak motor Dean
" Woe turun dari motor gua lo, najis tau gak" bentak Dean, ia tidak terima motornya di injak-injak oleh kaki Dhira. padahal kaki Dhira sakit akibat terjatuh tadi belum lagi di tindih sepedanya
" Mampus, sapa suruh buang sepeda gua " ucap Dhira lalu pergi dari parkiran dengan menyeret sepeda bututnya.
"ANDHIRAAAAAA" teriak Dean kesal, tapi tidak di hiraukan oleh pemilik nama karena Dhira sedang meratapi nasipnya yang akan berjalan kaki lagi besok.
Para guru yang melihat pemandangan seperti itu pagi-pagi tidak tau harus berbuat apa, karena pelaku dari kejadian pagi ini adalah Andhira pakar masalah dalam hidup Dean, jadi meraka hanya akan memanggil Dhira dan Dean ke kantor.
****
Kini Dhira dan Dean terdampar lagi di kantor kepsek untuk yang kesekian kalinya.
" Jadi siapa yang mau menjelaskan? " tanya pak Hendra
" Saya pak " ucap Dhira lalu menjelaskan kronologi kejadian yang terjadi di area parkiran, "jadi begitu pak ceritanya, saya gak sengaja pak, tapi dia malah ngelempar sepeda saya dan bikin makin rusak " lanjutnya menutup ceritanya.
Dean hanya diam saja, ia tau akhir dari pertemuan kali ini pasti akan sama dengan yang sebelumnya.
" Yasudah Dhira kamu ganti rugi karena udah nabrak motornya Dean! " ucap pak kepsek
" Ohhh,, gak bisa gitu pak, Dean juga ngerusakin sepeda saya sampai gak bisa di pakai lagi, harusnya dia yang ganti rugi bukan saya pak " protes Dhira
" Halah sepeda butut doang, buang aja " ucap Dean yang membuat Dhira geram, enak sekali ia mengatakan buang saja sepedanya
" Pokoknya saya gak mau ganti rugi " ucap Dhira lalu pergi dari ruang kepsek dangan kesal, selalu saja seperti itu dia yang harus ganti rugi karena motor Dean lebih mahal dan karena Dean adalah murid berprestasi dalam bidang pelajaran maupun olahraga.
" Taik lah, kenapa harus gua yang ganti rugi?, dia juga kan salah emang dasar pilih kasih " gerutunya sepanjang perjalanan ke dalam kelas.
" Yo mamen,, gimana? " tanya Vanya salah satu sahabat Dhira ketika ia sampai di kelas
" Gimana apanya?, jelas gua yang di suruh ganti rugi lah, ogah banget sumpah padahal gua gak sengaja dia juga salah udah lempar sepeda gua sampe bannya penyok gitu " ucap Dhira yang masih kesal.
" Hahahaha,, makanya jangan cari masalah sama Dean " ucap Reno yang tiba-tiba datang ntah dari mana.
" Bacot, gua gak sengaja " Dhira masih tidak terima karena di suruh ganti rugi.
" Ren lu mah ya, orang temennya lagi bete gitu " ucap Vanya sambil menjitak kepala Reno.
" Iya iya maaf, sakit tau " Reno mengelus kepalanya yang di jitak Vanya
" Harusnya lu minta maaf ke Dhira noh, mukanya jelek banget di tekuk gitu " Vanya melihat Dhira yang cemberut sudah mirip anak umur 5 tahun yang tidak di belikan mainan oleh ibunya.
" Oke, Dhira yang manis dan imut, Reno yang tampan mempesona ini minta maaf ya " ucap Reno sambil meraih tangan Dhira.
" Jijik bangke, gua bukan cewek " sarkas Dhira ia merinding mendengar ucapan Reno tadi.
" Pffftt... Tolol " ucap Vanya dan pergi ke mejanya karena guru sudah datang.
Jam pelajaran berlangsung seperti sangat lama, karena mereka mempelajari pelajaran PPKN yang hanya membahas tentang undang-undang dan segala tetek bengek tentang peraturan di pemerintahan.
" Baiklah, karena sudah ganti pelajaran kita cukupkan sampai disini, dan kerjakan soal halaman 45 sampai 47 minggu depan di kumpulkan! " ucap bu Rina
" Baik bu " jawab semuanya serentak namun tersirat nada males di dalamnya.
" Nanti makan siang bareng ya! " ucap Vanya pada Dhira dan Reno
" Gak punya duit gua " Dhira memang jarang sekali membawa uang jajan ya karena memang tidak punya juga.
" Tenang aja, gua bayarin buat lu mah " ucap Vanya, Dhira bersyukur karena memiliki teman seperti Vanya dan Reno yang tidak memperdulikan setatus ekonominya.
" Serius? kemaren kan udah " ucap Dhira
" Biarin aja sih, lagian si Vanya kaya juga mayan kan " ucap Reno, ya Reno benar tapi Dhira merasa tidak enak.
" Yoi gua kaya, hahaha " Vanya merasa bangga karena di puji kaya oleh Reno.
" Traktir gua juga, kan dah gua puji " ucap Reno
" Ogah, duit lu lebih banyak dari gua, gak adil banget gua traktir lu , gak banget " ucap Vanya protes.
" Dih gitu maennya " Reno juga protes karena Vanya tidak mau mentraktirnya dengan alasan bahwa ia punya uang lebih banyak dari Vanya, dan itu memang benar.
Dhira yang melihat itu hanya bisa tersenyum ia merasa tidak akan kepalaran lagi selama ia sekolah di sini.
****
kriiingggg..... kriiiinggg.... kriiinggggg.
bunyi bel istirahat pun berbunyi, Reno, Vanya, dan Dhira bergegas ke kantin untuk makan siang, mereka bertiga balapan sampai kantin dengan taruhan siapa yang kalah akan memesan makanan dan juga mengambilnya.
Dan tentu saja Dhira pemenangnya dan Vanya yang kalah, karena walaupun tubuh Dhira mungil tapi ia berbakat dalam hal lari.
" Ck, kalian curang " protes Vanya ia tidak menerima kekalahannya.
" Kalo kalah ya kalah aja, gak usah protes " ucap Reno yang membuat Vanya semakin cemberut dan Dhira menertawakan Vanya.
Vanya pun pergi untuk memesan makanan untuk mereka bertiga, meraka sepakat akan membeli nasi goreng. Dan setelah menunggu beberapa menit Vanya kembali dengan tiga piring nasi goreng dan tiga botol air minum yang di taruh di nampan.
" Nih makan " ucap Vanya menaruh nampan di tengah-tengah meja.
" Makasih Vanya cantik " puji Dhira dan membuat Vanya mencubit lengan Reno.
" Goblok sakit " maki Reno karena Vanya mencubit lengannya.
" Ye gitu doang sakit dasar lemah " ejek Vanya.
" Udah,, gua laper gak usah berisik " ucap Dhira menengahi, ia lapar butuh makan.
Belum juga Dhira selesai makan tiba-tiba ada yang memanggilnya.
" Dhira di di cariin Dean noh " ucap salah satu temannya.
" Dih, najis ogah, nagapain dia nyariin gua" ucap Dhira sewot.
Pasalnya untuk apa Dean mencarinya?, gabut kah dia? atau apa, Dhira tidak peduli ia hanya ingin mentahbiskan nasi goreng gratisnya itu saja.