Reno dan Dhira berlari ke arah kantin, disana ia melihat Vanya yang sedang duduk dengan mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.
"Mampus, si Vanya bakalan ngambek sekarang" ucap Reno
"Cocot lu, mudahan kagak, lu mau jadi rempeyek apa?" balas Dhira.
Mereka mempercepat langkahnya, dan langsung menuju meja tempat Vanya duduk.
"Kalian kemana aja?, lama benget" ucap Vanya ketika Reno dan Dhira sudah duduk di dekatnya.
"Sorry Nya, biasa si Dhira kalok gak adu bacot sama Dean idupnya kek gak lengkap" ucap Reno, awalnya Dhira ngangguk-ngangguk tapi kemudian dia memukul kepala Reno.
"Siapa yang lu bilang idupnya gak lengkap kalok gak bacot ama Dean hah?, gua juga males tau gak ketemu dia" semprot Dhira ia kesal.
"Udah, yok ke kelas, dah mau bel" ajak Vanya yang membuat Reno dan Dhira cengo.
"Lah terus kita kesini ngapain Vanyaaaaa? " tanya Reno, ia tidak mengerti mengapa Vanya menyuruhnya dan Dhira ke kantin tapi begitu mereka sampai malah di ajak masuk kelas.
"Ya duduk, emang ngapain? " tanya Vanya balik.
"Tau ah, gua balik duluan" ucap Dhira lalu meninggalkan Vanya dan Reno.
"Lah, dia ngambek tuh? " tanya Vanya pada Reno.
"Ya mana gue tau, gue kan bukan Dhira" jawab Reno dan berhasil mendapatkan jitakan dari Vanya. Setelah itu mereka bergegas menyusul Dhira ke kelas.
kriiiiingggg.... kriiingggg.... kriiiinngggg...
Bel masuk berbunyi, dan guru yang mengajar tidak masuk karena sakit.
tok tok tok
Suara ketukan di pintu, disana sudah ada guru olahraga yang berdiri dengan pakaian lengkap sambil membawa bola basket.
"Ada apa pak? " tanya ketua kelas.
"Karena pak Budi sakit, dan kalian punya pelajaran olahraga setelahnya, saya memutuskan untuk menggabungkan dua kelas" jelas pak Rindi.
"Loh kok gitu pak" Dhira protes, karena jam pelajaran pertama olahraga kelas 10.A yang dimana itu kelasnya Dean.
"Iya, begitu, gak ada protes-protes, cepat ganti baju kalian!" perintah pak Rindi yang membuat di dalam kelas ricuh.
"Ck, taik lah, males banget" ucap Dhira, anak cewek rata-rata girang dan bahagia karena bisa melihat Dean, tapi Dhira ia malas sekali ia muak dengan Dean yang sering berubah-ubah.
"Ya udah sih, daripada dimarahin pak Rindi kan gak like tuh" ucap Vanya, sebenarnya Vanya juga suka jika jam olahraga meraka di gabung karena di kelas tetangga cowoknya ganteng-ganteng dan juga banyak yang ramah di tambah lagi pintar, tidak seperti di kelasnya yang kebanyakan manusia bodo bin tidak taat peraturan dan yang paling penting wajahnya biasa saja. Vanya bosan.
"Halah bilang aja mau cuci mata" sahut Reno
"Yoi, lumayan kan, eneg gue liat anak ni kelas burik" ucap Vanya dan langsung di plototi oleh anak cowok sekelas."apa liat-liat?" sewot Vanya ketika mengetahui dirinya sedang di plototi.
*****
Akhirnya kelas 10.A dan 10.D olahraga bareng.
"Baik karena semua sudah berkumpul, kita pemanasan dulu, Bayu kamu yang mimpin" ucap pak Rindi. Kemudian Bayu maju dan memulai pemanasan.
"Nya Dhira mana? " tanya Reno karena ia tidak melihat Dhira di lapangan bersama mereka.
"Toilet, katanya kebelet pipis" jawab Vanya dan langsung di angguki mengerti oleh Reno.
Sedangakan di dalam toilet, tempat sepi yang biasanya paling banyak di pake buat nyebat dan hal-hal mesum lainnya.
"Hmmm... ummnn" suara Dhira yang sedang di bekap oleh siapa lagi kalau bukan Dean tentu saja.
"sshhhtt, diem, kalok lo gak mau diem gak bakal gue lepasin!" ancam Dean supaya Dhira berhenti berteriak dan memberontak.
Dhira menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti, dan Dean pun dengan perlahan melepaskan tangannya dari mulut Dhira.
"Goblok, setan, lu apaa-apaan anjir" umpat Dhira sedikit berteriak, ia sudah cukup kesal karena jam pelajaran pertamanya yang awalnya kosong malah di gunakan untuk pelajaran olahraga yang ada di jam pelajaran ke dua dan di gabung dengan kelas tetangga, belum lagi sekarang ia malah di tarik Dean ke salah satu bilik toilet.
"Sshhhtt, diem, lo mau orang-orang dateng kesini?" ucap Dean.
"Ya lo ngapain bawa gua kesini?, minggir gua mau keluar!" Dhira mau membuka bilik toilet tapi di tahan oleh Dean.
"Eits, lo gak bisa pergi semudah itu" ucap Dean lalu memepet Dhira di pintu bilik.
"Mundur, lo apa-apan sih, gua bukan cewek, minggir" ucap Dhira dia sudah memiliki firasat buruk tentang Dean.
"Yang bilang lo cewek siapa?, gak ada kan" Dean semakin memepet Dhira, hanya ada jarak satu jengkal saja di antara mereka.
"Sumpah ini gak lucu, Dean minggir, gua mau keluar" Dhira panik, ia takut Dean melakukan sesuatu yang tidak ingin Dhira bayangkan.
Dean mendekatkan wajahnya ke wajah Dhira, Dhira yang takut hanya bisa pasrah dan menutup kedua matanya, ia berharap Dean tidak melakukan apa yang ada di otaknya saat ini.
Dean melihat wajah Dhira yang saat ini ada di hadapannya awalnya ia berniat untuk mencium Dhira tapi ia urungkan karena ia tidak mau menciumnya jika Dhira masih membenci dirinya, dan akhirnya Dean menarik baju olahraga Dhira di bagian kanan hingga bahu mulus Dhira terekspos.
Dhira benar-benar takut sekarang, ia sudah gemetaran, "Dean pliss gua mau keluar" ucap Dhira, suaranya bergetar, ia benar-benar takut.
Tapi Dean malah semakin suka menggoda Dhira, ia menciumi leher Dhira sampai ke bahunya yang terekspos.
"Ra, gue bau lo enak sumpah, gue suka" ucap Dean sambil terus menciumi leher Dhira dan kini malah semakin menjadi ia mulai menciumi tukang selangka Dhira.
"Hiks.... Mi-minggir" ucap Dhira, ia sudah menangis ia tidak menyangka bahwa Dean akan melecehkan dirinya, ia berusaha mendorong tubuh Dean tapi tenaganya seakan hilang ntah kemana.
Mendengar Dhira yang mulai menangis Dean malah menggigit tepat di tulang selangka Dhira dan meninggalkan jejak disana, Dhira hanya bisa menahan rasa sakit di selangkanya sekaligus menahan suaranya agar tidak terdengar ke luar.
"Hustt,, jangan nangis okay" ucap Dean sambil menghapus air mata Dhira, ia juga menyibak poni Dhira dan mengecup keningnya sayang.
Dhira shock ia tidak tau harus berbuat apa, pikirannya ngeblank, ia hanya diam saja ketika di perlakukan seperti itu, kakinya tiba-tiba lemas dan tubuhnya perlahan merosot kebawah tapi langsung di tahan oleh Dean, "Ra, lo gak papa kan?" tanya Dean ketika Dhira ambruk.
"Nggk, minggir" ucap Dhira lalu mendorong Dean perlahan dan Dean pun perlahan pindah dari hadapan Dhira.
Dhira dengan penampilan yang berantakan, dan bajunya yang masih mengekspos bahunya dan setengah dari tulang selangkanya yang disana aja jejak merah yang Dean tinggalkan, berjalan dengan perlahan, tubuhnya sempoyongan lalu,
Bruk...
Dhira pingsan tepat setelah ia keluar dari toilet, dan Dean yang mengetahui itu langsung berlari kearah Dhira, untungnya disana sepi karena masih jam pelajaran jadi jarang ada yang datang ke toilet.
"Ra, Dhira, bangun ra!" Dean menepuk pipi Dhira berusaha untuk membuatnya sadar tapi tidak ada respon dari Dhira.
Dean kalut, apakah perbuatannya yang tadi itu sudah keterlaluan?, ntahlah Dean hanya terlalu mencintai Dhira hingga ia sangat ingin mengklaim Dhira sebagai miliknya.
Dean lalu menggendong Dhira ala bridal style dan membawanya ke UKS. "gue harap lo gak makin benci gue Ra" gumam Dean lalu mempercepat langkahnya.