Dean menarik pinggang Dhira hingga masuk kedalam kamar Dean.
"Woi anjeng, apa-apaan nih?! " ucap Dhira ngegas, ia terkejut karena tiba-tiba di tarik ke dalam kamar Dean.
Jendela kamar Dean dan Dhira bentuknya sama, sama-sama seperti pintu geser dan ukurannya juga sama seperti pintu pada umumnya.
"Lo gak kangen sama gue? " ucap Dean sambil memeluk Dhira dari belakang setelah berhasil membawa Dhira masuk kedalam kamarnya.
"Lepasin gua!!! " Dhira berusaha memberontak tapi usahanya sia-sia, semakin ia berusaha melepaskan diri dari Dean semakin erat pula pelukan Dean, dan kini Dean dengan seenak jidatnya menyembunyikan kepalanya di leher Dhira dan mengedusnya seperti anjing.
"Bau lo enak" Dean semakin dalam menghirup bau yang keluar dari tubuh Dhira.
"Jorok anjir, gua belom mandi setan, lepasin gua" akhirnya Dhira menarik rambut Dean hingga Dean mengaduh kesakitan dan melepaskan Dhira.
"Sakit Ra" ucap Dean ia mengelus kepalanya tapi tetap tidak melepaskan tangan Dhira.
"Lepasin gua, lu tu dah kek homo tau gak sih, jijik gua" ucap Dhira yang membuat Dean seketika melepaskan tangan Dhira dan diam seribu bahasa.
Hati Dean sakit ketika Dhira mengatakan jijik, apa salahnya jika ia seorang pecinta sesama jenis?, apa salahnya jika ia juga menyukai Dhira, tapi yang tidak Dean sadari adalah Dhira tidak tau apapun tentang Dean setelah Dean meninggalnya pergi salama bertahun-tahun.
"Lo jijik sama gue? " ucap Dean yang menghentikan langkah Dhira ketika sudah berada di dekat jendela hanya tinggal selangkah lagi maka ia akan keluar dari kamar Dean.
"Menurut lo? " tanya Dhira balik, ia sepertinya tidak begitu memperhatikan suasana disana, "Lo jangan deket-deket sama gua!" lanjutnya.
Dhira sudah melangkahkan sebelah kakinya ke luar kamar Dean tapi lagi-lagi Dean menarik Dhira masuk kedalam kamar dan kali ini Dean menghempaskan Dhira ke atas kasurnya.
"Lo mau ngapain?" tanya Dhira ketika melihat Dean ikut naik ke atas kasurnya.
"Menurut lo? " tanya Dean, ia membalikkan pertanyaan Dhira tadi.
"Anjir minggir, jangan dekat-dekat!!" Dhira menjerit, ia panik ia tidak tau apa yang akan Dean lakukan terhadapnya, seketika itu juga Dhira menyesal karena sudah mengingat masa-masa yang dulu hingga ia tidak sadar sudah masuk ke kandang singa.
Dean semakin mendekat dan meraih lalu menahan kedua tangan Dhira di kepala ranjang, dan lagi-lagi ia mengedus leher Dhira bahkan menjilatnya yang membuat Dhira seketika merinding dan membuat Dhira menangis karena ketakutan,
"Hiks... lepasin gua, Dean gua mohon.. hiks.. " jatuh sudah air mata Dhira, Dean yang mendengar itu lalu menghentikan aksinya dan melepaskan tangan Dhira yang ia tahan di kepala ranjang.
"Ssshhtt,,, gak usah nangis, gue gak apa-apain lo kok" ucap Dean sambil mengusap air mata Dhira yang meluncur dengan bebas di pipi Dhira.
"Gua mau pulang, minggir!!" ucap Dhira, ia tidak mau melihat wajah Dean,
"Oke, gue minta maaf, lo boleh pulang" ucap Dean mengalah ia tidak ingin Dhira semakin menangis karena dirinya.
Dhira lalu turun dari kasur Dean, tapi sebelum Dhira benar-benar pergi Dean turun dari kasurnya dan mengambil sebuah gelang yang cantik Dean meraih tangan Dhira dan memasangnya di tangan kiri Dhira.
"Lepasin tangan gua!!" ucap Dhira, ia merasakan ada yang dingin di pergelangan tangannya, lalu Dhira melihat kearah tangannya yang di pegang oleh Dean disana ada sebuah gelang putih yang cantik yang Dean pasangkan pergelangan tangannya.
"Jangan di lepas oke!" baru saja Dean mengatakan itu tapi Dhira malah sudah berusaha melepaskannya dan tidak berhasil, karena gelang itu sudah di modif khusus oleh Dean agar Dhira tidak bisa melepasnya dan tidak akan pernah bisa, karena gelang itu hanya bisa di buka oleh kunci kecil yang kini ada di kalung Dean yang melekat pada lehernya.
Setelah berusaha melepaskan gelang itu tapi tidak berhasil akhirnya Dhira pergi dari kamar Dean dan segera melompat dari balkon rumah Dean menuju ke balkon rumah neneknya yang langsung mengarah kekamar Dhira.
*******
Keesokan harinya Dhira berangkat sekolah dengan berjalan kaki, dan semalam ia dimarahi oleh neneknya karena ia merusak sepedanya lagi, dan kali ini neneknya tidak mau memperbaiki sepeda Dhira lagi.
"Dhira, yok naik" Reno yang melihat Dhira jalan kaki lalu mengajaknya untuk naik motor dan berangkat sekolah bersama, dan Dhira dengan senang hati ikut bersama dengan Reno.
Selama perjalanan Dhira hanya diam saja, ia tidak berbicara karena ia masih memikirkan tindakan Dean kemarin terhadap dirinya, dan tak terasa akhirnya mereka sampai di parkiran sekolah dengan salamat tanpa ada lecet atau apapun juga.
"Dah nyampe, turun lo!" ucap Reno karena Dhira malah melamun bukannya turun dari motor Reno, "Andhira, woe" teriak Reno tepat di dekat telinga Dhira.
"Buset bangke, lu apa-apaan sih, budek telinga gua ntar, lu mau tanggung jawab hah?!" ucap Dhira, ia terkejut karena Reno meneriakinya...
"Ogah, gue tau motor gue tuh bagus, tpi lo harus turun!" ucap Reno yang malah memuji motornya.
"Oh, hehe" Dhira salah tingkah, pantas saja ia mengira Reno lebih pendek darinya ternyata ia masih duduk di motor Reno yang tinggi, Dhira lalu segera turun dari motor Reno.
"ha he ha he, yok ke kantin dulu, nyonya Vanya nungguin" ucap Reno lalu berjalan duluan ke arah kantin, karena ini masih terlalu pagi untuk masuk kelas ya masih sekitar 30 menit sebelum bel berbunyi.
Dhira berlari kecil mengejar Reno, karena Reno meninggalkannya di belakang, Dhira tidak memperhatikan hingga ia terjatuh karena tersandung sesuatu.
Brak....
Reno langsung menengok kearah belakang ketika mendengar suara seperti orang jatuh dan benar saja di sana Dhira sedang merangkak di lantai.
"Aduh, apaan sih itu?" ucap Dhira lalu melihat ke arah kakinya yang tersandung dan ternyata Dean, "bajingan, lu sengaja ya bikin gua jatuh?" maki Dhira ketika mengetahui siapa pelakunya.
"Gk, mata lo aja tuh yang meleng, jalan gak liat-liat" ucap Dean santai tanpa beban.
"Wohoo,, masih pagi jangan berantem" ucap Reno menengahi sebelum Dhira meledak karena emosi.
"Bacot Ren, gua jatoh gara-gara dia!" ucap Dhira menggebu, ia tidak habis pikir apakah Dean memiliki dua kepribadian atau apa, kemarin sepulang sekolah ia berubah menjadi manusia mesum dan sekarang berubah lagi menjadi manusia nyebelin dan rese.
"Lo mau di amuk Vanya?, nggk kan, ya udah ayok buruan, gak usah ladenin dia" ucap Reno lagi, ia tau betapa mengerikannya Vanya kalau sudah mengamuk, dan Dhira juga tau itu karena Vanya pernah mengamuk satu kali karena ada orang yang menjailinya.l, Vanya membuat orang yang menjailinya masuk rumah sakit karena tulang keringnya retak.
"Ck, ya udah yok, awas lo" ucap Dhira sebelum pergi dari hadapan Dean.
Dean yang di tinggal hanya bisa tersenyum ia sangat menyukainya ekspresi yang Dhira buat, apalagi ketika Dhira sedang kesal Dean merasa Dhira jauh lebih menarik.
"Lo milik gue Ra, gak ada yang yang , cuma milik gue" gumam Dean lalu beranjak ke kelasnya untuk belajar.