Dhira berjalan di lorong menuju kelasnya bersama Vanya dan Reno sehabis makan di kantin tapi tiba-tiba ada yang memanggilnya.
"Heh cebol, sini lo" yup itu Dean dengan seenaknya mengubah nama Dhira
"Apaan setan" umpat Dhira kesal, ia tidak suka jika ada yang mengubah namanya sembarangan, ia lantas tidak menghiraukan Dean yang berdiri di depannya dan berlalu begitu saja
"Di panggil pak kepsek" Dean menarik belakang kerah baju Dhira dengan tiba-tiba karena Dhira mengabaikannya.
"Goblok, kecekek woi, lepasin anjir" Dhira semakin kesal karena Dean dengan seenaknya menarik kerah bajunya dari belakang
"Ya makanya ikut" paksa Dean sambil terus menarik kerah baju Dhira
"Dhira gk mau jangan di paksa" ucap Vanya sambil berusaha melepaskan tangan Dean di kerah baju Dhira
"Lo diem aja deh, lagian gua juga ogah bawa ni bocah kalau gk di suruh sama kepsek " Dean masih saja memegang kerah baju Dhira dengan sangat erat.
"Iya iya gue ikut, tapi lepasin dulu bangke, kecekek nih" ucap Dhira yang memang tercekik karena Dean menarik kerah bajunya.
"Dari tadi kek, buruan" Dean melepaskan kerah baju Dhira setelah Dhira menyetujui akan ikut dengannya ke ruang kepsek.
****
tok tok tok, "permisi pak" ucap Dean sopan
"Masuk" pak Hendra mengizinkan mereka berdua masuk, Dhira benar-benar tidak suka jika sudah berhadapan dengan pak Hendra menurutnya pak Hendra selalu memihak pada Dean.
"Ada apa pak?, kalau bapak mau suruh saya ganti rugi saya gak mau pak, saya gk punya uang, bapak mau saya gak bayar spp cuma gara-gara ganti rugi motor jeleknya dia? " Dhira terus bicara tanpa mau di hentikan, ia benar-benar tidak mau mengganti kerusakan pada motor Dean lagi pula Dean juga sudah merusak sepedanya.
"Jadi Dean menurut kamu gimana?, kamu mau Dhira ganti rugi apa nggk? " tanya pak Hendra setelah mendengar ucapan Dhira yang menyangkut tentang spp
"Saya gak minta ganti rugi, bukannya bapak sendiri yang minta Dhira ganti rugi? " Dean malah balik bertanya.
"Tuh pak, yang punya motor aja gak minta ganti rugi, sadar diri dia pak udah ngerusakin sepeda saya, harusnya impas kan" ucap Dhira "kalau begitu saya permisi" lanjut Dhira lalu pergi meninggalkan ruang pak Hendra dan Dean di sana.
"Ya sudahlah, lain kali kalau ada masalah apapun yang menyangkut kalian berdua bapak gak mau ikutan, bapak gak kuat" ucap pak Hendra, ia sudah tidak sanggup jika harus ikut campur dengan masalah mereka berdua tapi sebagai kepsek dan guru ia punya kewajiban untuk menegur siswanya.
"Baik pak, saya permisi" ucap Dean lalu pergi dari sana, pak Hendra pusing ia memijit pangkal hidungnya, tidak habis pikir kenapa anak berprestasi seperti Dean bisa terlibat dengan Dhira yang urakan dan nakal.
Dean berjalan di lorong dan melihat Dhira yang menendang setiap bak sampah yang ia lewati dan membuat semua isinya berhamburan keluar, memang tipikal anak yang urakan dan tidak mematuhi aturan.
Dean terus memperhatikan Dhira hingga ada yang menegurnya karena menendang bak sampah tapi yang terjadi malah tidak ia memperdulikannya dan terus berjalan, Dean tau kalau Dhira saat ini sedang kesal jadi ia menahan dirinya untuk menghajar orang dengan tidak memperdulikan orang lain. Dean tau Dhira orang yang seperti apa lebih baik dari orang lain karena mereka sudah saling mengenal satu sama lain dari masih sangat kecil.
Dulu Dhira selalu mengikuti Dean, kemanapun Dean pergi pasti ia akan mengikutinya, tapi semenjak ia tau bahwa ia tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya dan lahir dari sebuah kesalahan perlahan-lahan ia mulai berubah, dan yang paling Dean sesali adalah karena ia meninggalkan Dhira sendirian di saat-saat Dhira membutuhkan dorongan dan uluran tangan orang terdekatnya, bahkan Dean meninggalkannya selama bertahun-tahun dan kini bertemu kembali ketika sudah masuk SMA, tapi itu bukan semata-mata kesalahan Dean itu semua karena orang tuanya di pindah tugaskan ke tempat lain.
Dean tidak menyangka bahwa Dhira sudah berubah sangat banyak, dan sepertinya Dhira membenci Dean karena suatu alasan. jadi ia mengikuti permainan Dhira sampai Dhira bisa memaafkannya.
******
Dhira sampai di kelasnya dan Dean mengikutinya dari belakang tanpa Dhira ketahui dan walapun Dhira tau ia juga tidak peduli toh tidak merugikan bagi Dhira.
"Gimana?, pak kepsek bilang apa? " tanya Reno antusias
"Ganti rugi, ya gua ogah lah, sepeda gua juga rusak parah gitu, harusnya si Dean noh yang ganti rugi bukan gua" ucap Dhira kesal, ia terus saja menendang kursi yang diduduki oleh Vanya dan ikut membuat Vanya kesal karena tidak tingkah Dhira.
"Kesel sih kesel tapi gak usah tendang kursi gua juga dong!" Vanya kesal lalu menjitak kepala Dhira dengan keras.
"Aaawww,, sakit Nya" Dhira mengelus kepalanya yang terkena jitakan maut dari Vanya.
"Makanya jangan nendang kursi gua" ucap Vanya, sedangkan Reno hanya bisa menahan tawanya semaksimal mungkin ia tidak mau jika terkena tendangan plus jitakan dari Dhira dan Vanya, rasanya benar-benar sakit walaupun mereka berdua sama-sama berbadan kecil.
"iya ih" Dhira menghentikan kakinya dari menendang kursi Vanya dan malah memandang kursi yang Reno duduki hingga jatuh ke lantai.
Bruk...
"Dhiraaaaaaaaa" teriak Reno, padahal ia sudah berhati-hati agar Dhira tidak meendangnya jatuh, tapi tetap saja ia kena juga. Semua yang ada di kelas otomatis melihat kearah mereka bertiga ada juga yang menertawakan Reno yang terjatuh karena ulah Dhira, pemandangan dimana Reno jatuh dari kursi itu langka.
Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelas termasuk Dhira dan kawan-kawan. Dhira terpaksa berjalan sambil menyeret sepedanya pulang karena dsudah tidak bisa di gunakan lagi.
Vanya sudah menawari akan mengantarnya pulang tapi Dhira menolak dengan alasan "𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘥𝘢 𝘨𝘶𝘢 𝘴𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨? " begitulah kata Dhira, Reno? tidak mau menawari Dhira tumpangan karena sudah membuatnya malu di dalam kelas. Reno ngambek.
Dalam perjalanan Dhira terus saja mengomel karena kesusahan membawa sepedanya, dan ia juga harus bersiap di omeli oleh neneknya satu-satunya keluarga yang Dhira miliki saat ini.
brumm... brummm.. Bunyi suara motor yang berada di belakang Dhira.
"Minggir cebol, mau gue tabrak lo!?" suara Dean membuat Dhira berhenti lalu ia berbalik dan menatap Dean sinis ia lalu menepi ke pinggir jalan tanpa mengatakan apapun. Dhira malas hari ini sangat panas dan ia ingin segera pulang.
Setelah Dhira menepi Dean tidak langsung melajukan motornya dan malah diam di tempat yang membuat Dhira geram.
"Cepetan tolol, gua juga mau pulang" bentak Dhira yang membuat orang-orang di jalan melihat kearahnya tapi Dhira tidak peduli.
Setelah mengatakan hal itu barulah Dean melajukan motornya dan menghilang dari pandangan Dhira, kali ini Dhira benar-benar akan menghajar Dean jika Dean membuatnya kesal lagi.
Selang beberapa menit akhirnya Dhira pulang, ia melihat motor Dean di samping rumah neneknya, ia tau kalau Dean kembali lagi ke rumah lamanya, ia juga merindukan Dean tapi rasa kesal dan benci lebih mendominasi Dhira apalagi Dhira adalah orang yang tidak akan pernah mengakui sesuatu lebih dulu.
"Nenek" panggil Dhira setelah sampai di dalam rumah, sepedanya ia taruh di samping gudang.
"apa?, kamu tuh ya apa-apa manggil nenek, pulang sekolah nenek, mau makan nenek, apa lagi ya, pokoknya banyak" ucap neneknya.
"ih nenek orang baru pulang juga udah kena semprot, kalok aku panggil nenek tuh karena aku sayang nenek gitu loh, nenek mah gak peka" balas Dhira dengan nada yang sedikit manja.
"Biarin, nenek kan udah tua, ganti baju kamu terus abis itu makan" perintah sang nenek yang langsung di turuti oleh Dhira.
Dhira naik ke lantai dua tempat kamarnya berada, ia melihat ke arah jendela yang sangat kebetulan mengarah ke kamar Dean, Dhira melihat Dean disana sedang membuka baju sekolahnya, tubuh Dean sangat bagus dan atletis, sedangkan Dhira? tidak, Dean punya kotak-kotak di perutnya sedangkan Dhira? tidak, hanya ada perut rata berwarna putih saja, Dhira iri ia juga ingin punya tubuh seperti Dean.
Rumah neneknya Dhira dan rumah Dean bersebelahan bahkan balkon mereka hampir bersentuhan hanya ada jarak 1 meter, dulu Dhira suka sekali melompat dari balkon kamarnya ke balkon kamar Dean, tapi itu dulu.
Dhira mengingat masa yang dulu ketika ia masih suka mengikuti Dean kemana bahkan ia juga suka sekali menginap di kamar Dean. Tanpa di sadari Dhira sudah melompat ke balkon kamar Dean dan Dean juga memperhatikan gerak gerik Dhira yang sepertinya agak mencurigakan dan benar saja Dhira melompat ke balkon kamarnya.
Ketika Dhira sudah berada tepat di depan jendela kamar Dean, ia tersadar." ngapain gua disini? " gumamnya lalu hendak beranjak dari sana dan kemudian, Dean membuka jendela kamarnya dan menarik pinggang Dhira hingga masuk kedalam kamar Dean, ...