Leith langsung menghujani para penyihir dengan tembakan Omen Lucem yang cukup menyilaukan sekitar. Florence ikut melindungi diri dari dinding di seberang ruangan. Sang bibi tampak tidak memegang tongkat sihir. Tidak, ia bersandar sambil memeluk topeng rusa kesayangan.
Donar mendekatkan ujung tongkat ke mulutnya dan mulai membisikan mantra.
"๐๐ฏ๐จ๐ถ๐ด๐ต๐ช๐ข ๐๐ฐ๐ค๐ข๐ฏ๐ต!"
Sebuah pendaran berbentuk suar memericik dari ujung tongkat Donar, dan Donar langsung melemparnya ke alam bebas. Suar tersebut rupanya tidak ditujukan untuk komplotan penyihir hitam dan tante gila pemilik kepala rusa. Benda itu malah mengangkasa lurus lalu menukik mendapati jendela besar di sebelah kiri untuk ditembus. Donar membayangkan suar tersebut akan meledak menjadi kembang api besar, yang kemudian sisa-sisa bakarannya langsung meluncur ke setiap unit pelindung sipil atau penyihir Magisterium terdekat. Namun, suar tersebut tidak bekerja sesuai ekspetasi sang ayah. Sayang seribu sayang, setelah memecahkan jendela tersebut yang sebenarnya baru saja diganti berkat serangan zombie bersayap pada insiden beberapa hari lalu, suar tersebut perlahan terbang turun dan padam bagaikan suar mati.
"Apa itu barusan, Papa?" Leith bergumam dengan nada keras.
"Mana aku tahu!" sahut sang ayah, "Sihir itu seharusnya memberikan sinyal kepada para pihak berwajib."
Florence hanya bisa terkekeh-kekeh dari balik dinding. "Donar, percuma saja. Kami sudah membuat macet sinyal mana sejauh dua blok. Walaupun kami tidak bisa membuat area sihir terbatas karena itu akan membuat posisi kami ketahuan, tapi setidaknya kami bisa mencegahmu untuk menghubungi orang luar!"
Kata-kata Florence tadi memberikan ayah dan anak masing-masing menemukan ide cemerlang. Mereka belum saling mengutarakan ide mereka, karena sang ayah sudah langsung beranjak dari perlindungan dan meneriakkan mantra lainnya.
"๐๐ฏ๐ช๐ฎ๐ข-๐ฅ๐ข๐ต๐ฐ๐ณ!"
Tiba-tiba mereka yang di dalam ruangan merasakan guncangan. Semua benda mati di seluruh ruangan mulai berperilaku aneh, ada yang bergetar sampai melayang.
Suara berisik aneh datang dari ruang kerja Donar. Ternyata, semua lemari buku miliknya hidup. Tangan dan kaki muncul dari ๐ต๐ถ๐ฃ๐ถ๐ฉ mereka, berupa potongan kayu lemari yang mematahkan diri. Salah satu rak bahkan bergabung dengan sejumlah set teleskop, globe, bola sihir dan beberapa tiang perkakas, membentuk sebuah humanoid lemari buku! Lemari itu langsung menerobos dinding ruangan tempat Florence berada, dan menyeruduk semua yang di dalamnya, disusul dengan serbuan lemari serta perkakas ruangan kerja yang lain!
Perabotan rumah lainnya tidak mau kalah. Semua kursi kurus meluruskan sepasang kaki depan dan sandarannya secara paksa, membuatnya menjadi orang-orangan kursi ahli bela diri. Piring dan gelas keluar dari lemari dan terbang menghantam para penyihir. Sofa tempat berlindung Donar dan Leith dijadikan senjata oleh automatonโhasil gabungan puluhan perabotan yang bisa dibayangkan. Dan demikianlah seluruh rumah kacau berantakan, namun bersatu padu menyerang para penghuni asing di dalamnyaโFlorence Crimsonmane beserta komplotan bertopeng.
"Mereka teralihkan. Ayo cepat lari!" seru Donar.
Mereka berdua langsung berlari menuju pintu yang langsung terbuka, membantu mereka kabur.
Florence yang geram dijadikan bulan-bulanan ratusan benda mati, langsung mengenakan topeng rusanya. Hal yang menyeramkan pun terjadi. Kaki dan tangannya perlahan memanjang, postur tubuhnya pun berubah menjadi sedikit bungkuk.
Para pernyihir lain mencoba membuka pintu, namun sang pintu mengunci dirinya sendiri secara sengaja. Florenceโatau apapun yang tampak padanya sekarangโtampaknya punya solusi itu.
Suara krasak-krusuk terus terdengar sejauh apapun Donar dan Leith berlari. Tapi itu bukanlah suara tak lazim, sampai sebuah dentuman menarik perhatian Leith dan membuatnya beralih ke belakang. Ruangan apartemen ayahnya ambruk, meninggalkan lubang raksasa serta humanoid lemari yang terlempar keluar dalam keadaan terpotong-potong. Kontak sihir kembali terjadi ketika Donar dan Leith bertukar tembakan sihir dengan para penyihir bertopeng yang baru saja keluar dari lubang tersebut.
Hampir lupa kalau Leith punya akal juga.
"๐๐ถ๐ด ๐๐ฏ๐ด๐ช๐ฅ๐ช๐ข๐ด!" pekiknya.
Selubung sihir langsung menyelimuti apartemen. Semua orang di dalam apartemen langsung mengalami mual, termasuk Donar yang hampir terkapar. Karena mahfum akan pemikiran sang anak, ia pun mengurungkan niatnya untuk memarahi Leith. Leith langsung merangkulnya, "Maaf, Pa. semua akan hilang saat kita keluar apartemen, ayo gerakan kakimu!"
Mereka memutuskan untuk mengambil tangga darurat. Sekilas penyihir-penyihir itu tidak mengikuti mereka karena tak tahan dengan kondisi isi tubuh mereka yang tergonjang-ganjing. Ketika mereka sudah cukup jauh di bawah, Leith membebaskan Donar dari pengaruh sihir penghalang itu. Ia langsung terduduk lega.
"Oh, ayolah, jangan duduk-duduk dulu!" Leith mengomeli ayahnya, "Kita harus keluar dulu, baru kau bisa duduk sepuasnya."
"Tunggu dulu, Leith. Papa masih mengumpulkan tenaga," jawab Donar yang masing megap-megap.
Selagi mereka berbicara, seluruh penerangan di tangga darurat tiba-tiba padam. Karena tidak ada jendela, ruangan segelap malam tanpa cahaya. Tidak ada, bahkan dari setitik gemerlap bintang sekalipun.
"Kau pasti bercanda, gedung apartemen!" keluh Leith. Ia memanggil lampu sorot dari tongkatnya, dan terkejutlah ia saat cahaya lampu menangkap sesosok monster berkepala rusa yang memekik di depan mereka! Leith tidak bisa melihat jelas perawakan monter itu selain rupa mahluk bertandu cabang dengan mata putih, kumpulan gigi pisau tak beraturan, dibaluri liur yang menetes. Leith yang hampir kehilangan ketegarannya menghalangi Donar dari terkaman sang monster, namun rusa aneh itu langsung menghempas bocah malang tersebut sampai jatuh dari tangga! Kaki Donar bergegas menghentak tiap-tiap undakan, dan menemukan Leith meringis. Darah segar mengucur dari sebagian sisi tubuhnya akibat cakaran sang monster. Leith mencurigai monster bertanduk rusa itu sejatinya adalah bibi Florence, yang entah kenapa tidak terpengaruh sihir penghalang memualkan itu, dan entah kenapa juga lebih memilih untuk tampil sebagai mahluk yang lebih jelek dari muka aslinya yang sudah amburadul membahana bukan main.
"Sial, lukamu cukup lebar!" kata Donar saat menghampiri Leith. Sekarang giliran sang ayah yang menggendong putranya. "Tidak apa-apa nak. tetap nyalakan cahaya di tongkatmu. Kau akan baik-baik saja!"
Mahluk tersebut kerap berteriak dan merangak di atas tembok demi menancap cakarnya pada daging mereka dan menyobeknya habis. Suasana menjadi sangat tegang. Tidak seperti putranya yang bersimbah darah, Donar becucuran keringat, menembakkan Omen Lucem secara babi buta di belakangnya. Ia tak tahu dimana posisi mahluk itu, yang ia tahu sosok itu menyamar dalam gelap, sosok itu ada di belakangnya, dan sosok itu sedang mengejar mereka, dengan cepat!
Serasa lingkaran tangga tak ada habisnya, dan setan rusa itu dirasa makin dekat dengan bulu kuduk, Donar kembali dengan ide cemerlang.
Ralat, ide yang kelewat gila tanda keputusasaan.
"Leith, jatuhkan tongkatmu yang masih bercahya ke bawah!"
"U-untuk apa aku melakukan ituโ"
"Lakukan saja!"
Leith melakukan seperti yang diperintahkan ayahnya.
"Pegangan yang erat!"
"T-tunggu apโOh, sial! Tidaakk!"
Dengan absennya sapu sihir, sang penyihir nekat memilih melompat dari tangga.
Donar, menggendong Leith dalam dekapannya, melakukan loncatan iman sambil masih menggendong Leith, dengan cahaya dari tongkat anaknya sebagai penanda kehadiran tanah. Sesaat mereka sudah berada di tengah udara, Donar harus segera merapalkan mantra. Tindakan ini sangat beresiko. Melewatkan sedikit momentum, tulang mereka remuk menghantam tanah konkrit dalam sekejap.
"๐๐ฆ๐ณ ๐๐ถ๐ณ๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ต๐ช๐ด!"
Cahaya pada tongkat Leith perlahan mengabur, karena di atasnya udara mulai bergerak melingkar membentuk gumpalan awan empuk. Donar dan Leith terjatuh di atas awan tersebut dan memantul ke sisi lantai yang lain. Leith langsung menjerit sakit karena rasa perih pada luka cakar yang masih mengucurkan darah segar.
Mereka akhirnya sampai di lantai dasar. Donar hendak meraih pintu keluar, yang sialnya malah terkunci. Lebih sialnya lagi, monster rusa itu terus melolong histeris seperti orang kesakitan, membuat mereka semakin bergidik dan kehilangan fokus. Sang monster kemudian melompati pinggiran tangga dan ikut melesat dengan tangan panjangnya mengarah ke Donar dan Leith, siap untuk menyobek habis dua keluarga penyihir itu.
Menggunakan tangan yang tidak terluka, Leith mencoba merogoh sesuatu dari kantung celananya. "Sayang sekali aku harus menggunakan ini. Ah sudahlah, nanti tinggal minta sama kakak lagi."
Sebuah botol kecil berisi energi Arcane murni, hasil dirinya memeras sang kakak.
"Oh, bagus! Cepat gunakan sekarang!" desak ayahnya yang mulai panik.
Arcane murni langsung menyelubungi tongkat Leith dengan sendirinya. Di saat-saat antara hidup dan mati ini, kuku tak lazim sang rusa sudah menyentuh batang hidung Leith. Untungnya, rapalan Leith sedikit lebih cepat darinya.
"Lux Pulsus!"
Cahaya kecil di pangkal tongkat sontak membesar dan menciptakan gelombang cahaya berkilauan, yang menyentuh seluruh ruangan sampai lantai teratas! Pekikan monster itu lebih nyaring dari biasanya saat seluruh raga penuh bulu terbakar dan memantul kembali ke atas. Keluarga Crimsonmane lagi-lagi mengakali kematian.
Donar membantu putranya berdiri. "Kau tidak apa-apa, Nak?"
"T-terlepas sebagian tubuhku dicakar dan mati rasa? Ya, kurasa โฆ tidak pernah lebih baik lagi."
"Jadi kau punya esensi Arcane murni selama ini? Kenapa tidak pakai dari tadi?"
"Mana mungkin aku dengan mudahnya membuang energi sihir ini begitu saja, papa!" Leith membalas sang ayah. "Kalau saja si Florence buruk rupa itu tidak melompat dari lantai tiga puluh, aku mungkin tidak akan menggunakannya sebagai perlawanan terakhir."
"Cukup adil. Aku mungkin harus meminta kepada Alicia juga lain kali."
Pintu keluar itu meledak, mengungkapkan orang-orang yang sudah meringkuk di lantai berlapis karpet berkat pengaruh sihir ๐๐ถ๐ด ๐๐ฏ๐ด๐ช๐ฅ๐ช๐ข๐ด milik Leith. Para warga di luar beserta pihak berwajib rupanya telah bersiaga di depan pintu masuk.
"Kita harus segera memberitahukan ini ke Magisterium. Alicia benar-benar tidak aman di sini," ujar Leith.
"Ide bagus. Tapi pertama-pertama, mungkin kau bisa membatalkan sihir penghalangmu dulu?" sahut Donar yang berjalan sambil merangkul putranya itu. []