Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 47 - MOTHMAN

Chapter 47 - MOTHMAN

Dua jam sebelum Leith dan Donar melarikan diri dari sekumpulan penyihir asing bertopeng, Alicia dan para sahabatnya masih bergumul dengan kelompok yang sama di tempat yang berbeda.

"Aku bukan haram jadah! Berhenti memanggilku haram jadah!" sergah Alicia kepada Spencer.

Nadine ikut berseru kepada lelaki itu. "Sekali lagi kau katakan dia haram jadah, akan kulubangi otakmu dengan Arcane murni, seperti yang kau inginkan!"

"Keturunan Crimsonmane adalah keturunan penyihir murni. Hanya dipasangkan dengan penyihir terbaik. Anomali sepertimu tidak seharusnya terjadi!" balas Spencer.

"Itu tidak adil! Bukan salahku jika aku dilahirkan demikian," sergah sang gadis lagi. "Kalian membenciku karena aku 'cacat', dan sekarang kalian membenciku karena aku tak mau bergabung dengan kalian? Atau kalian cemburu karena penyihir seperti kalian tidak dipilih oleh Arcane?"

"Dirimu seharusnya tahu diri! Hanya karena kau memiliki kekuatan Arcane sekarang, bukan berarti kau bisa bertingkah congkak! Sihir tidak pernah mengalir dalam nadimu, tidak sepantasnya kau memegang kekuatan itu, dasar penghujat sihir!"

"Apa kau bilang? Dia congkak?" Si pria berbadan besar bernama Gilmore ikut membela sahabat kecilnya itu. "Bedebah kalian. Kalian bisa menghamburkan harta untuk berkeliling dunia, tapi tidak mampu membeli satu kaca kecil masing-masing untuk kalian?"

"Siapa yang membuat aturan semacam itu? Aku tidak mengerti rasa benci kalian yang sarat kepadaku. Aku bahkan tidak ingat pernah menyakiti kalian." Alicia lalu berjalan mendekat ke arah Spencer di balik pelindung. "Tapi setidaknya kalian bersikap jujur, karena aku sudah muak dengan semua sandiwara kalian saat di villa. Kalian takkan pernah memanfaatkanku untuk memenuhi ketamakan kalian. Aku tak butuh belas kasihan dan pengakuan kalian lagi! Arcane akan melakukan apa yang seharusnya ia lakukanโ€”menyelamatkan dunia dari kuasa Khaos."

Spencer menjadi geram sambil menggertakan gigi. Ia berbolak-balik gusar, lalu melesat kembali ke sepupu yang ia tidak inginkan itu. "Tidak masalah, haram jadah. Kami akan mengambil paksa Orb itu dan membunuh kalian semua. Kau takkan bisa bertahan dalam kubahmu cukup lama. Tidak saat kami menghujanimu dengan rasa sakit dari sihir hitam."

Spencer menggoyangkan tongkatnya yang penuh dengan esensi partikel Protos yang pekat.

"๐˜š๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ ๐˜“๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ช."

Dari ujung tongkatnya keluar sejumlah proyeksi ungu berbentuk kepala serigala, lusinan jumlahnya. Kepala-kepala tersebut terlepas dan melayang di udara, sebelum menabrak diri ke kubah proteksi bagaikan rentetan tembakan senapan mesin.

Para penyihir lain tak mau kalah. Mereka langsung menghujani kubah Arcane dengan tembakan sihir hitam! Bedilan lendir asam, api biru, bahkan sepasang badai taufan hitam berbalut kemilau ungu mencoba menggerus medan gaya Arcane dari berbagai sisi! Semua penyihir itu sama sekali tak kenal ampun. Mereka tidak sama dengan Agosh Grendi, yang ingin membunuh Alica untuk bersenang-senang. Bagi mereka, Alicia adalah satu-satunya noda yang membuat dunia tak sempurna di mata mereka!

Kubah pelindung itu masih tertahan kokoh. Alicia sudah bersiap menahan rasa sakit dari reaksi sihir yang datang bertubi-tubi. Nadine serta Gilmore tidak tahu bagaimana cara menolong sahabatnya itu. Di dalam kubah sihir miliknya, mereka sejatinya tidak berdaya. Alicia lah satu-satunya pelindung mereka saat ini.

"Nadine, Gilmore! Aku butuh bantuan kalian," pinta Alicia yang menggertak giginya menahan gering.

"Apapun!" mereka berdua berseru serentak.

"Tas ku. Cepat!"

Gilmore yang mengerti langsung mendapati tas ransel kecilnya, ia tidak menemukan apapun selain sebuah batangan berukuran sedang berwarna coklat dengan tulisan mantra berlapis emas.

"Ini?"

"Benarโ€”Ahh โ€ฆ!" Alicia langsung mendesah ketika semakin banyak sihir hitam yang ingin menembus masuk kubahnya. "Ayo, Alicia, kau lebih kuat dari ini! Kau mengalahkan seorang necromancer, ini bukan apa-apa!"

"Alicia! Kau tidak apa-apa?" Gilmore sontak panik ketika ia meringis.

"Jangan pedulikan aku sekarang! Dengar, yang kamu pegang adalah suar jalan ajaib, hadiah dari Grand Magus kepadaku. Putar sisi suar itu sampai kamu menemukan kalimat '๐˜š๐˜ค๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ค๐˜ช๐˜ด, ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ช ๐˜ท๐˜ช๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ!'"

Gilmore dengan terburu-buru memutar suar tersebut ke sisi kanan. "Ketemu!" katanya.

"Bagus! Suar jalan itu akan menembakkan cahaya ke seluruh personel Magisterium, dengan ganti sebagian tenagamu. Kau tahu, seperti sihir mantra ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ข ๐˜๐˜ฐ๐˜ค๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต dimanaโ€”"

Nadine langsung memotongnya sambil berteriak, "Demi Kesunyian Ilahi, Alicia! Langsung ke intinya saja!"

"AHHH! Maaf, maaf!" latah sang gadis kacamata. Dirinya sempat kehilangan fokus akibat panik, beberapa proyektil sihir hampir saja menembus kubah Arcane tersebut.

"Kalimat tadi, Gilmore. baca sampai habis, lalu lanjutkan kalimat selanjutnya di sisi kananya. Setelah itu, putar ke kanan lagi, sampai seterusnya kamu kembali ke kalimat yang pertama. Saat kembali ke kalimat tadi, ucapkan lagi sambil mengarahkan suarnya ke atas!"

"Aku mengerti!" jawab Gilmore yang tertular kepanikan Alicia. Jujur saja, hanya orang gila yang berdiam diri di tengah hantaman sihir Khaos tanpa merasa nyalinya menciut.

"Lakukan dengan hati-hati, Gilmore!" Alicia mencoba memutar kepalanya ke belakang, melihat Si Besar. "Kesempatan kita hanya sekali saja. Jika tembakanmu gagal, kita harus menunggu jeda tiga puluh menit. Aku takkan bisa bertahan kurang dari dua puluh menit tanpa ramuan pemulih mana!"

"Aku bisa melakukannya! Fokus saja dengan kubahmu agar kita semua tidak terbunuh!" balas Gilmore. "Baiklah, ini dia. ๐˜š๐˜ค๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ค๐˜ช๐˜ด, ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ช ๐˜ท๐˜ช๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ!"

Kalimat pertama pada suar tersebut menyala terang layaknya pelita.

"Berhasilโ€”tidak, belum! Masih beberapa kalimat lagi! Jangan khawatir, Liz, kita akan keluar dari sini." Gilmore memutar suar dan menemukan kalimat kedua. "๐˜– ๐˜›๐˜ข๐˜ค๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜‹๐˜ช๐˜ท๐˜ช๐˜ฏ๐˜ข, ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ด ๐˜ข ๐˜’๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฐ๐˜ด!" Kalimat kedua ikut bercahaya.

Gilmore beralih ke kalimat ketiga. Sementara itu Spencer mulai tersungkur, menunjukkan tanda keputusasaan. Matanya melotot karena berang melihat Alicia yang masih belum tunduk walaupun dirinya serasa ditusuk berkali-kali dengan sihir Khaos. Spencer mungkin seorang penyihir Crimsonmane tulen, tapi Alicia pernah menghadapi seorang necromancer benua iblis. Sihir hitam Spencer tidak ada apa-apanya dibandingkan milik Agosh Grendi. Spencer yang menjerit marah lalu mengganti mantranya dengan mantra semburan api ungu yang menyelimuti hampir permukaan depan kubah milik Alicia.

Kembali ke Gilmore, ia langsung mengumandangkan kalimat ketiga. Tulisan di suar tersebut cukup panjang membuat Gilmore harus membacanya dengan lebih pelan sambil memandang lebih dekat tulisan suar tersebut. "๐˜”๐˜ช๐˜ต๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆโ€ฆ ๐˜ฎ๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ถ๐˜ฎโ€ฆ ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ท๐˜ข๐˜ต๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฎ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ!"

Kalimat ketiga berhasil bercahaya. Satu putaran terakhir. Satu kalimat lagi sebelum kembali ke kalimat pertama. "๐˜Œ๐˜ต ๐˜ด๐˜ช๐˜ค๐˜ถ๐˜ต ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ฐ ๐˜ช๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ค๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ต๐˜ฐ!"

Semua kalimat di suar tersebut menyala, pangkalnya juga ikut menampilkan cahaya merah tanda suar siap ditembakkan.

"Sudah semua!" kata Nadine, "Arahkan ke atas, sebutkan mantra yang pertama."

Gilmore hendak melentangkan suar itu dengan tangan kanannya agar ia dapat membaca. "Sebentar, aku lupa apa mantra yang pertama tadi. ๐˜š๐˜ค๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ค๐˜ช๐˜ดโ€“"

"Oi, bodoh!" Nadine meninju lengan lelaki itu. "Jangan sambil dibaca seperti itu! Kau ingin menembak Alicia dengan itu?"

"Baik-baik, aku sudah ingat!" Gilmore langsung mengarahkan suar itu ke langit. Bala bantuan, terimalah panggilanmu!

"๐˜š๐˜ค๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ค๐˜ช๐˜ด, ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ช ๐˜ท๐˜ช๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ!"

Suar merah keluar menembus pelindung Arcane, dan bersiap meledak di tengah cakrawala merah senja. Gilmore seketika sedikit lemas. Setelah ini, mungkin ia harus merayakannya dengan pesta daging, mengingat ini adalah pengalaman pertamanya melakukan "sihir". Kalau, ia dan dan teman-temannya selamat dari ini.

Mereka melihat suar yang kerap menjulang ke langit-langit. Tapi ada sesuatu yang aneh. Alicia, Nadine, dan Gilmore mendengar dengungan keras yang bahkan tidak kalah nyaringnya dengan rentetan suara sihir hitam yang menghujani mereka.

Kerumunan serangga tak terhingga jumlahnya keluar dari berbagai sudut distrik, terpancing dengan kehadiran suar yang terbang. Serangga-serangga itupun berkumpul di satu titik, membentuk awan hitam bersuara nyaring. Awan tersebut dengan sigap berpacu mendekati suar itu sebelum meledak. Sial seribu sial, suar tersebut digerogoti oleh awan serangga, memakan kilauan kemerahan itu sampai lenyap!

"TIDAK! APA-APAAN ITU?" Gilmore benar-benar menjadi lemas. Alicia ikut memperhatikan suar tersebut lenyap dengan tatapan harapan pupus. Serangan sihir hitam terus berdatangan. Sensasi mati rasa itu mulai terasa.

"Alicia, aku minta maaf," Gilmore menyesal.

"Tidak, Gilmore." Alicia menenangkan sahabatnya. "K-kerjamu bagus. Akan kuusahakan bertahan lebih lama lagi sampai suar itu bisa dipakai lagi. Kita tidak akan mati di sini."

"Alicia โ€ฆ." Nadine hanya bisa berkata demikian. Dirinya sangat kesal. Lagipula darimana datangnya kerumunan serangga itu?

Awan hitam penuh hama kocar-kacir perlahan turun dan mendarat, membuat batas antara Spencer dan Alicia. Ribuan serangga yang kalang kabut, Alicia sempat terpikirkan oleh sosok David Whistlehoff, sipir penjara bermuka pucat suram waktu itu, yang kebetulan bisa mengendalikan serangga pula.

Seperti Whistlehoff, serangga-serangga itu kemudian membentuk sesosok manusia. Sesosok penyihir membawa tongkat panjang bergerigi, hampir seperti kaki serangga. Ujung tongkatnya merupakan roda gigi dengan simbol ngengat tertempel di tengahnya, serta tiga buah lilin kecil menyala di bawah pangkal tongkat. Pakaiannya lebih menyeramkan lagi daripada para penyihir yang hadir di situ. Badannya hanya dilapisi oleh jubah berpola abdomen serangga dan sayap ngengat dengan campuran warna coklat, putih, hitam dan kelabu. Dadanya berselimutkan bulu. Topeng gas yang dimodifikasi adalah kepalanyaโ€”topeng dengan mulut yang mengeluarkan lidah panjang yang dilipat spiral. Beberapa duri kecil menghiasi sisi topeng, serta tanduk yang menjulur panjang. Jangan lupakan bahwa perawakannya sangat besar dan tinggi. Para penyihir bukan tandingannya. Gilmore yang dianggap raksasa apalagi.

Penyihir serangga itu berjalan pelan ke arah tiga serangkai. Kepalanya yang bergerak miring ke kiri dan kanan, menyerupai seekor ngengat raksasa yang melihat ketiganya sebagai bunga. Ia bernafsu untuk menghisap habis darah mereka sampai kering seolah nektar manis. Semua serangan sihir tadi telah berhenti pasca kedatangannya. Waktu istirahat untuk Alicia? Ya tentu saja. Silahkan menghirup nafas sejenak sambil dipandang lekat-lekat oleh manusia ngengat yang meneror sukma! Segala sesuatu ada harganya.

"Lusinan dari kalian dengan partikel Protos, dan kalian masih tak dapat menembus pertahanan bocah ini?" seru manusia ngengat dengan suara berat dan nyaring, sampai mengejutkan Alicia di balik kubah. Ia berbalik ke arah Spencer. "Sudah kuduga kalian Crimsonmane bermodalkan bacot saja."

Spencer mencoba menyanggahnya dengan sopan. "Tapi, Tuan. Kami hampir saja menghancurkan kubah pelindungnya jikalau saja Tuan memberi kami waktuโ€”"

"Terutama kau!" Manusia ngengat itu langsung marah besar, tangannya langsung menunjuk ke dada lelaki itu. "Bocah manja tengik! Merasa lebih hebat, kah? Kau bahkan lebih lemah dari gadis tak bersihir itu. Kalau saja Lingkaran Dalam tidak menerimamu, seranggaku mungkin sudah membabatmu habis sampai ke tulang-tulang!"

Spencer hanya tertunduk malu disandingkan dengan Alicia, sepupunya. Giginya saling menekan dibalik bibir yang tersegel karena geram. Sang penyihir serangga itu lalu kembali berbalik ke Alicia, yang sedang mengambil napas.

"Aku mungkin tidak perlu berbasa-basi lagi. Mereka sudah mengutarakan maksudnya," ujarnya, "Apakah kau akan menyerahkan kekuatan Arcane itu? Karena aku tidak peduli dengan perseteruan internal keluargamu, aku akan memberikan pengampunan kepada kalian jika kalian memberikan bola itu kepadaku."

Tidak ada penyihir yang dapat membuatnya takut sekarang. Alicia berdiri tegas. "Aku juga sudah mengutarakan jawabanku."

Manusia ngengat itu menarik kepalanya ke belakang, memandang rendah sang gadis Crimsonmane. "Berbicara tanpa berpikir. Remaja bodoh lainnya โ€ฆ."

Bayangan hitam perlahan memenuhi seluruh tubuh Alicia. Tampak penyihir raksasa itu mengeluarkan sepasang sayap raksasa pula. Sepasang sayap ngengat yang melebar dengan pola-pola mata terpampang di berbagai sisi, menatap tajam tiga serangkai. Sayap yang indah. Sayap indah yang mengintimidasi. Begitu ungkapan hati dari ketiga remaja yang takut mati.

Manusia Ngengat berkata kepada Alicia, "Kau sendirian di sini, Gadis! Tidak ada penyihir Magisterium disini yang akan menolongmu, tidak seperti kasus Necromancer idiot yang kami kirim waktu itu!"

Mata Alicia terbelalak, "Kalianโ€”jadi kalianlah โ€ฆ!"

"Kalian tidak akan bisa kabur. Terutama kau, gadis Crimsonmane. Matilah di dalam kubahmu sendiri!"

Manusia Ngengat lalu mengangkat tangannya tinggi. Tidak ada perapalan mantra, tidak ada mulut yang komat-kamit. Tidak ada pelafalan kalimat absurd dengan suara mengerikan seperti sahir pecinta mayat waktu itu. Hanya suara mendengung, mendesis, mencicit. Si Manusia Ngegat mengundang para serangga untuk keluar dari pojok-pojok tak terjangkau.

Sayap-sayap sang penyihir berkepakan dan tiba-tiba hancur menjadi ribuan lebah marah yang langsung menyengat seluruh sisi kubah pelindung dengan sengatan bertubi-tubi. Satu serangga menyengat dan mati seketika, namun mati satu tumbuh seribu. Sengatan-sengatan itu menciptakan lanskap kilatan-kilatan di permukaan medan gaya, yang mengakibatkan Alicia langsung menjerit hebat dan setengah berlutut. Nadine dan Gilmore langsung merangkul Alicia dan memintanya untuk sadar, tapi Alicia tidak berhenti meraung-raung. Malahan, badannya malah semakin menegang. Seiring waktu berlalu, semakin lemah pelindungnya. Si Manusia Ngengat hanya menunduk sambil melirik dan mencemooh Alicia.

"Sudah kubilang, tubuhmu tidak akan bisa bertahan. Sengatan lebahku mengandung sihir hitam yang dapat memberikan sensasi setruman artifisial sekuat tegangan tiang listrik. Bayangkan jika ada ribuan di antara mereka! Kekuatan Arcane mungkin akan mencegahmu langsung mati, tapi gesekan sihirnya akan terus menyetrummu. Dan kau tahu apa yang terjadi jika kau tersetrum, gadis muda? Kau benar! Tubuhmu akan semakin menegang, yang mengakibatkan tanganmu mencengkram lebih erat sumber tegangan tersebut. Kau akan dipaksa untuk menjaga kubahmu tetap utuh. Kau tidak bisa lepas sampai dirimu melemah, isi tubuhmu terbakar, lalu mati."

"Hentikan, tolong!" Nadine menjerit sambil terisak. "Ambil saja sumber Arcane tersebut, tapi jangan membuatnya menderita!"

"Hei! kau dengar dia, Manusia Serangga! Lepaskan Alicia, sialan! Lepaskan dia, bangsat! Lepaskan!" Gilmore memaki sang Manusia Ngengat sambil mengetuk kubah Arcane yang tidak dapat menyetrumnya, karena dia bukan pemilik Sempena Ilahi itu.

"Sudah terlambat, anak-anak," cemooh sang penyihir. "Seperti katanya โ€ฆ dia sudah mengutarakan jawabannya. Dan kalian akan menyusulnya setelah aku berurusan dengannya!"

"G-G-Gilโ€ฆm-moreโ€ฆ! N-Nad-dinee!" Alicia mencoba berkomunikasi dengan mulutnya yang kejang-kejang. "M-ma โ€ฆta โ€ฆ. T-t-tel-l-linga โ€ฆ. T-tu โ€ฆ TUT-TUP!"

Kedua sahabatnya terperangah akan perkataannya. Mengapa ia meminta mereka melakukan itu. Alicia hanya bisa menjerit semakin keras, yang cukup menjelaskan kalau dia tidak bisa menjelaskan panjang lebar. Gilmore dan Nadine mundur dan menutup kedua mata dan telinganya.

Manusia ngegat kebingunan dengan gelagat mereka. Alicia memberikan tatapan mengkilat-kilat ke sepasang mata kosong lebar itu.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?"

Vista kota terbengkalai dan menyedihkan mendadak menjadi putih silau.

BAAAMM!!

Gendang telinga seantero umat ditusuk-tusuk desingan dasyhat. Nadine dan Gilmore tak luput dari desingan itu, tapi berkat anjuran Alicia, keduanya tidak menjadi linglung dan membatu seperti para penyihir yang lain.

Tidak butuh lama sampai penyihir serangga mencoba bangun dan menyesuaikan indera mereka yang diobrak-abrik daya kejut yang bising itu. Sedangkan sebagian anak buahnya bahkan tidak bisa mengangkat badannya karena reaksi sihir hitam dan dan Arcane masih bergelinjang di dalam mereka. Ia melihat semua lebah itu lenyap. Dan begitu pula Alicia dan kedua sahabatnya yang lain.

"Mereka melarikan diri! Angkat kaki dan sapu sihirmu! Berpencar! Bunuh mereka semua dan rebut bola sihir itu!" Sang Manusia Ngengat hendak mengepakkan sayapnya kembali, tapi tertahan oleh nyeri reaksi dua energi sihir. Ia lalu memusatkan konsentrasinya dan dengan cepat melipatgandakan mana dan esensi Khaos, menggantikan esensi sebelumnya yang dimakan oleh Arcane. Proses yang melewati rasa sakit. Ia mengamuk dan menjerit sebagai bentuk ekspresinya. Ia beringas, mata bulatnya menjadi merah, sayapnya kembali melebar. Seiring sayapnya terkepak, Sang Manusia Ngengat melayang dan menyatu dengan cakrawala.

***

Napas tersengal-sengal memecah kesunyian jalan-jalan Hamstagg. Gilmore dan Nadine mengayuh kakiknya panik dengan cepat. Biarpun Alicia tersangkut lemas di pundak sang lelaki, tidak menghalangi Si Besar untuk menyamai kecepatan Nadine. Alicia sendiri belum pingsan, dirinya hanya kelelahan. Mereka akhirnya dapat melewati monumen Eidyn, yang menandakan bahwa sihir yang membuat mereka berjalan memutar telah terputus.

Mereka tidak peduli dengan orang-orang yang kebingungan melihat mereka. Nadine berteriak, "Minggir! Sekelompok penyihir hitam mengejar kami! Menjauh dari sini!"

Para penduduk tampak tak menggubris ocehan perempuan itu, sebelum mereka benar-benar melihat kumpulan penyihir yang muncul dari berbagai arah, terbang melesat ke mereka. Tapi bukan itu yang membuat mereka kocar-kacir, melainkan ngengat raksasa yang membayang-bayangi kota layaknya monster bersayap. Sejumlah unit pelindung sipil terdekat menanggapi peringatan Nadine. Tapi apalah artinya sejumlah pasukan bersenjata melawan kumpulan burung bangkai berkekuatan sihir yang menatap dari langit?

***

Perpustakaan Nasional Eidyn letaknya tak terlalu jauh dari monumen Eidyn. Sekelompok orang keluar dari pintu perpustakaan, yang ternyata adalah Lachlan Haddock, sang Grand Magus, yang ditemani oleh tangan kanannya Bartholomew Strongbark, beserta tiga penyihir Magisterium, dan David Whistlehoff, si sipir penjara. Haddock dan Bartholomew tampak membawa setumpuk buku bertingkat. Bartholomew tidak bisa berhenti dengan ocehannya karena buku-buku yang berat itu, yang dengan santai dijawab oleh Haddock, "Oh, Demi Kesunyian Ilahi. Jangan mengomel terus, Barthie! Memangnya yang membersihkan ruanganku yang penuh dengan buku berantakan itu kamu?"

"Ya! Aku yang membersihkannya, sialan! Aku membersihkannya seperti aku adalah babumu!"

"Yah, jangan dibersihkan kalau begitu, dasar lugu! Kau kan selalu bisa meminta pelayan untuk melakukannya. Itu bahkan tidak membutuhkan mana."

"Tentu saja, kalau buku-buku itu tidak sampai memenuhi mejaku, yang ternyata, oh ternyata, bersebelahan dengan mejamu!"

Selagi Haddock dan Bartholomew memasukan buku-buku itu ke dalam tas selempang raksasa bersayap dan mengantarkannya jauh ke Skycastle di atas langit, mereka mendengar semacam huru-hara dari arah monumen. "Grand Magus, lihat!" tujuk salah satu penyihir kepada sepasang remaja yang tersengal-sengal namun tidak menyerah untuk berlari dan membuat mereka semakin tersiksa.

"Itu, Grand Magus, kan?" tanya Nadine yang melihatnya dari kejauhan. "Grand Magus! Tolong kami!" jeritnya.

"Anak-anak?" Haddock dan yang lain menatap mereka sesaat. "Teman-teman. Sepertinya acara minum rutin kita harus dibatalkan."

Beberapa koleganya mengeluh. Haddock berjalan dan mempertemukan diri dengan ketiga serangkai. "Kalian," katanya, "Apa yang kalian lakukan disini? Alicia! Apa dia baik-baik saja? Kalian terjebak masalah apa lagi kali ini?"

Gilmore menurunkan sahabatnya. Alicia tidak berlari, namun napasnya sama sengalnya dengan kedua temannya. Saat dirinya melihat sosok David Whistlehoff yang mengingatkannya akan Manusia Ngengat, ia langsung menghunuskan Orbnya, yang membuat semua yang di sana terkejut. David tampak tidak terkesan, tapi tubuhnya juga ikut siaga.

"Alicia! Apa maksudnya ini?" Haddock bertanya kepada sang gadis.

"Sekelompok penyihir bertopeng dan manusia serangga menyerangku dan teman-temanku demi merebut Orb!"

"Manusia serangga, katanya?" Haddock dan yang lain perlahan menatap David Whistlehoff. Ia mungkin satu-satunya praktisi ilmu mistis Arthromaniaโ€”Ilmu mistis yang berfokus pada manipulasi hal-hal yang berbau Artropodaโ€”di seluruh kerajaan Camelot. Tapi jika ada seorang penyihir serangga yang lain, maka jelas ada sesuatu yang salah.

"Kau bicara apa, bocah? Whistlehoff selama ini ada bersama kami!" terang Bartholomew.

Whistlehoff membuka suara murung khasnya, "Kau tidak sedang mengada-ngada karena sedang menaruh dendam padaku, nona?"

"Hei, Tuan. Lihat dirinya sekarang!" Gilmore menukasnya. "Apa ia sungguh mengada-ngada dengan kondisinya seperti ini? Sekelompok wizard hitam yang dikepalai oleh seorang penyihir serangga benar-benar menyergap kami!"

Whistlehoff terdiam sesaat. Ia mengakui bahwa para remaja itu sedang tidak bersenang hati untuk membual. "Jika ada penyihir serangga selain diriku di Camelot, aku pasti sudah tahuโ€”Oh, astaga, penyihir serangga itu benar-benar ada di sana!"

Whistlehoff menunjuk Manusia Ngengat dan anak buahnya melayang di langit senja, menatap mereka dari kejauhan. Penyihir serangga itu pintar. Ia menjaga jaraknya karena matanya menemukan sosok Grand Magus yang terlihat maju melindungi ketiga remaja itu. Alicia yang gila akan trivia sihir sepertinya tidak tahu akan reputasi sang kepala organisasi sihir dunia yang dijuluki "Bocah Ajaib Europa", sampai-sampai mereka harus berpikir dua kali jika Haddock terlibat langsung dalam pertempuran, dengan atau tanpa kekuatan Arcane. Manusia Ngengat dengan bijak memutusukan untuk mundur. Mereka semua lenyap di tengah cakrawala jingga. Waktu terus berputar, dan peradaban Eidyn tetap bergerak melupakan kejadian tadi.

"Untung saja mereka bijak," sahut Barthie.

"Bukan berarti ini sudah berakhir," balas Haddock. Ia melihat lengan Alicia yang memerah dan wajahnya yang sayu, dipegangnyalah kedua tangannya erat. Haddock bisa merasakan otot pada tangannya habis berkontraksi akibat disetrum. Ia terpukau tubuh sang gadis terlihat baik-baik saja, tidak ada luka bakar, ataupun gagal organ. Hanya tenaga yang terkuras habis.

Walaupun sihir yang ia alami hanyalah sensasi listrik semu, tanpa kekuatan Arcane, Alicia bisa saja kehilangan daya hidupnya. "Kau tidak apa-apa, nona, tapi tetap butuh perawatan. Ayo kita ke Skycastle, aku akan meracik ramuan penyembuh untukmu. Donar dan Leith akan kami kabariโ€”"

Haddock sontak terhenti.

"Oh, tidak, penyakitnya kambuh lagi." Gilmore menahan sang gadis dengan cemas.

Sang gadis kelelahan. Tubuhnya sakit. Emosinya bercampur aduk. Ia sangat ingin melampiaskan amarah yang menggebu-gebu. Kepada Spencer, paman John dan bibi Aimee. Kepada kakek Alasdair. Kepada klan Crimsonmane. Kepada dunia. Kepada dirinya sendiri. Namun, sang gadis tertunduk tak mampu melakukannya. Yang dia bisa lakukan hanyal mencengkram kulit tangannya hingga merah, lalu memukul pelipisnya sendiri berulang kali dengan tangan terkepal.

Alicia menangis.

"Alicia โ€ฆ. Jangan memukul dirimu sendiri!" Haddock mencoba meraihnya. Ia meminta penjelasan kepada Gilmore dan Nadine, tapi bibir mereka terasa sangat berat untuk diangkat. Hanya tatapan penyesalanlah yang dapat diberikan kepada sang Magus, yang tentu tidak cukup untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"M-mereka โ€ฆ adalah keluargaku," kata sang gadis sambil terisak. "S-setelah โ€ฆ bertahun-tahun โ€ฆ mereka โ€ฆ m-mereka โ€ฆ"

Semua orang disana memperhatikannya. Bahkan Barthie dan Whistlehoff merasakan secercah keprihatinan.

"โ€ฆ Mereka m-masih ingin membunuhku โ€ฆ."

Lupa dia akan segala sengatan mematikan waktu pertarungan tadi. Memar kecil akibat menyakiti diri sendiri pun tak sesakit luka lama dalam relung hati yang kembali sobek. Akan sangat sulit untuk menutup luka tersebut kali ini. Bukan tanpa alasan ia mengatakan demikian. Beberapa anggota keluarganya pernah berkonspirasi untuk menyusun rencana pembunuhan untuknya, semata-mata demi ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ถ๐˜ค๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ kembali citra Crimsonmane. Sekarang, tujuan yang sama, dilengkapi bumbu bernama ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ณ๐˜ค๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฆ. Haddock menatapnya sang gadis dengan penuh prihatin. Pemikiran akan keturunan penyihir murni benar-benar membuatnya sangat muak. Mengorbankan gadis kecil tak bersalah demi kemasyhuran nama keluarga adahal hal yang tak bisa masuk di akal baginya. Membunuh keluarga sendiri demi kekuatan Ilahi hanya melipatgandakan kegeramannya. Sang Grand Magus mulai ikut memendam amarah kepada keluarga Alicia.

Haddock menahan kedua tangan Alicia agar berhenti memukul diri sendiri. Dipeluknya gadis tersebut, dan sang gadis ikut berserah di sandaran Grand Magus. Ia benar-benar membutuhkan kenyamanan di saat-saat seperti ini. "Aku berjanji akan memburu mereka semua, Alicia," katanya lembut. "Kami akan menyelidiki keluarga besarmu segera. Mereka akan mendapatkan ganjaran yang setimpal." Alicia masih belum selesai merintih, namun Haddock membiarkannya. Ia merangkul sang gadis untuk berdiri, dan bersama yang lain kembali ke kastil sihir di atas kolong langit. []