Hari memasuki rembang petang. Para penduduk berlalu lalang menghentikan hentakkan kaki dan aktivitas apapun yang mereka lakukan, ketika sepasang mata melintasi gedung apartemen dipenuhi tubuh-tubuh tak sadarkan diri. Seorang pria berjalan menggendong seorang anak laki-laki yang bercucuran darah. Pria itu, Donar, berhasil melangkah muka pintu dan disambut oleh para penyihir dan pelindung sipil yang terheran-heran. Tidak wajar anggota parlemen berpakaian awut-awutan lalu membawa putranya yang penuh darah, berjalan di depan publik. Tapi mau bagaimana lagi, ada sebab ada akibat. Perjumpaan tak terduga dengan kelompok penyihir Morganian-lah biang dari semua ini.
Sihir penghalang menyebalkan yang menyelimuti gedung itu berhasil dipadamkan. Kedua instansi berwajib berhasil menyisiri tempat guna mencari petunjuk, serta mengevakuasi penghuni yang terjebak. Saat mereka memeriksa lantai tempat Donar tinggal, mereka tidak menemukan satupun penyihir hitam atau hal mencurigakan lainnya. Puing-puing kamar apartemen tentu mencurigakan, tapi tak memberikan bukti apapun. Sekumpulan griffin dikerahkan mengarungi udara. Mereka mengawasi sekitar menara gedung, dan temuan akan penyihir mencurigakan yang terbang adalah nihil.
"Aku harus bertemu dengan putriku." Donar kerap mengucapkan itu kepada seorang penyihir di dalam kereta medis. "Mereka mengincar putriku, kau harus melaporkannya ke Magisterium. Kau harus menemukan putriku!"
Seorang penyihir berpangkat rendah, jarang menghadap diri ke kastil langit, mencoba menenangkan Donar. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa, maka ia pergi melapor atasannya dan meneruskan pesan Donar kepadanya.
"Dia tidak berguna papa, dia penyihir amartir. Kita harus menemui Grand Magus Magisterium secara langsung!" ujar putranya, Leith. Leith bertelanjang dada, dibaluti lapisan perban yang masih meninggalkan bercak darah, namun masih tampak tubuh rampingnya diukir buku-buku abdomen yang cukup estetik. Ia mencoba untuk tidak menopang dadanya agar tak terlihat sedang menahan nyeri. Tapi cucuran peluh dan ekspresi wajahnya yang kaku tak bisa berbohong.
Sang ayah menyatakan rasa setuju. "Tidak bermaksud merendahkan penyihir tadi, tapi langsung meminta Magisterium yang mengurusnya akan lebih cepat. Kau tunggu di sini. Papa akan langsung menuju Skycastle.
"Aku ikut!" jawab anaknya.
"Jangan bercanda, Leith. Lukamu parah!"
"Luka ini tidak seberapa, papa, sungguh!"
"Oh ya? Coba cari cermin. Mukamu berkata sebaliknya. Tidak perlu merasa sok jagoan dan menyembunyikan rasa sakitmu. Itulah alasan banyak orang mati muda." Donar membuka kereta medis dan merangkak keluar. "Tunggu saja di rumah sakit. Papa akan segera kembali!"
Diliputi rasa gengsi sekaligus khawatir akan nasib kakaknya, sang adik tetap tidak peduli. Ia mengancingkan kemejanya dan ikut melompat keluar, menguntit ayahnya.
"Leith! Apa yang โฆ." Donar menghela napas pasrah. "Ah bodoh amatlah. Pokoknya jika sesuatu terjadi, papa tidak akan menggendongmu lagi!"
"Siapa juga yang minta digendong!"
Donar menghampiri kepala unit penyihir yang sedang berbicara dengan yang lain dekat kereta mesin milik pelindung sipil.
"Tuan, Donar!" kata kepala unit penyihir tersebut, "Anda dan putra Anda seharusnya memulihkan diri dulu di kereta sihir medis!"
"Aku tidak punya waktu untuk itu," jawab Donar. "Putriku mungkin sedang dalam bahaya, aku harus segera mencarinya!"
"Ya, aku tahu. Dia tadi sudah melaporkannya kepadaku." Kepala unit penyihir menunjuk penyihir berpangkat rendah tadi. "Dan aku sedang mencoba memanggil kantor Magisterium."
Ia mengeluarkan seperangkat telecomm kabel hitam. Sang kepala sihir mengangkat ganggang dan segera memencet beberapa tombol bertuliskan karakter, membentuk sebuah kode kontak. Ia menaruh ganggang itu di telinganya. Kakinya mengetuk tanah berkali-kali. Wajahnya berpeluh, dan matanya jelalatan kemana-manaโterkadang melihat sang anggota parlemen dan anaknya yang menatap balik dirinya yang gugup.
Tidak berselang lama, penyihir tadi mengernyitkan dahinya. Yang ia dengar di balik pemancar suara tersebut hanya suara statis yang kosong. Ia mencoba melakukan kontak beberapa kali, dan hasilnya masih sama.
Donar merasakan firasat buruk. Dirinya lalu menanggapi gelagat penyihir tersebut, "Apa ada masalah, tuan?"
"Tunggu sebentar, ada sesuatu yang aneh. Tidak seperti biasanya aku tidak bisa melakukan kontak dengan Skycastle."
Kepala unit penyihir mengeluarkan sebuah bingkai cerimin keemasan. Ia mengangkat bingkai tersebut sejajar dengan dadanya, kemudian melepaskan cermin tersebut begitu saja. Bingkai cermin tersebut tetap melayang pada tempatnya. Sambil memutarkan tongkatnya lembut, penyihir tersebut membisikkan sebuah kalimat mantra.
"๐๐ช๐ด๐ช๐ฐ ๐๐ฎ๐ฏ๐ช๐ข!"
Cermin tersebut sekonyong-konyong bersinar. Refleksi sang sahir berubah menjadi pusaran energi sihir. Penyihir itu berkata lagi.
"Ostende mihi Officium Magisterii Arcanum Planum!"
Cermin itu tampak sedang memproses permintaan sang kepala unit, yaitu untuk menampilkan potret Skycastle, kantor Magisterium. Betapa terkejutlah ia beserta keluarga Crimsonmane ketika ditemukan kastil tersebut tak berbentuk. "Tak berbentuk" bukan dalam artian dihancurkan oleh suatu gaya. Tapi memang tak berbentuk, pola-pola bangunan yang bergerak acak sehingga dari cermin tampak seperti gumpalan absurd.
"Apa yang kulihat ini?"
"Akupun juga tidak tahu, tuan Donar!"
Leith terpikirkan suatu hipotesa akan alasan Skycastle menjadi sedemikian semrawut. "Mereka mengubah gedung itu menjadi benda abstrak. Apakah ini tampak seperti sihir pengendalian realita bagi kalian?"
"Pengendalain realita? Seperti sihir dari seni mistis Sorcery?" tanya Donar.
Leith hanya mengangkat bahunya, mengimplikasikan bahwa itu yang dia maksud.
Mata sang ayah perlahan terbelalak. Pantas saja kastil angkasa itu tidak memberikan respon, kemungkinan kastil itu sedang diserang! Ia tidak tahu motif di balik penyerangan tersebut, tapi pertempuran di kantor sihir tidak pernah menjadi pertanda baik. Mungkin ada hubungannya dengan putrinya sang pemegang kekuatan Arcane. Donar beralih menatap sahir pemilik kaca yang tampak paham maksud tatapannya. Ia pun segera memanggil para penyihir lain.
"Unit Helios!" seru kepala sihir. "Siapkan sapu terbang dan griffin tunggangan kalian, dan segera menuju Skycastle! Aku ulangi, siapkan sapu terbang dan griffin, kita harus terbang ke Skycastle sekarang juga! Besar kemungkinan Skycastle diserang!"
"Kami ikut bersamamu!" ujar Donar.
"Sudah kukatan kalian berdua harus beristirahat!"
"Aku tidak bisa beristirahat kalau aku tidak menemukan putriku! Putriku mungkin ada di sana, atau setidaknya ada hubungan dengannya."
Tidak ada gunanya berdebat untuk masalah seperti itu. Seekor griffin langsung mendarat di jalan sambil melolong nyaring ke arah ketua unit sihir. "Kalau tuan memaksa, kita akan pakai griffinku."
Langit segera mengeluarkan gemuruh dan lolongan griffin yang saling sahut menyahut. Unit Helios yang melesat di udara kini juga disokong oleh sebagian besar penyihir Magisterium yang sedang bertugas di hamparan Eidyn. Ketika mereka tiba, kastil itu memang berbentuk aneh. Mereka bahkan tidak bisa menemukan yang mana pintu menuju kastil, sebab suatu waktu pintu tersebut ada di suatu sisi, setelah itu bergerak ke sisi lain, atau ditimpa bagian gedung kastil yang mereka juga tidak bisa tebak apa itu, atau yang aneh lagi, pintu itu bisa saja terbelah menjadi beberapa bagian, saking berantakannya! Menembaknya dengan sihir juga tampak tak bekerja dengan baik, karena sekali lagi, mereka tidak tahu apa yang mereka tembak. Mereka berhasil merusak permukaan batu dengan sihir, yang bagi mereka terlihat seperti bagian eksterior dari menara kastil. Indera mereka benar-benar dikacaukan oleh karya seni sihir abstrak ini!
"HEI! SIAPAPUN! APA ADA YANG BISA MENDENGARKAN KAMI?" salah seorang penyihir berteriak nyaring di depan kastil. Nyaris tak ada suara, kecuali bunyi gesekan antar bagian gedung yang menari lepas secara liar.
Mereka berdikusi satu dengan yang lain bagaimana mereka bisa mendapatkan akses masuk ke dalam gedung. Ada yang menyarankan untuk meledakkan bagian depan kastil yang mana ide tersebut langsung dicaplok mentah-mentah. Masalahnya, yang mana bagian depan kastil? Jika mereka meledakkan apa yang ada di depan mereka, apa yang mereka anggap sebagai ๐ด๐ช๐ด๐ช ๐ฅ๐ฆ๐ฑ๐ข๐ฏ, dapat dikatakan seyogyanya mereka meledakkan seluruh sisi gedung.
Ini merupakan sihir pengendalian realita yang berbeda dengan apa yang pernah mereka saksikan pada para Sorcerer ritus barat. Tidak ada pengalaman yang membantu mereka menyelesaikan susunan teka-teki gedung, mereka hanya bisa melongo selagi memutar otak. []