Suara ketikan keyboard terdengar.
dan terlihat seorang pemuda sedang duduk dan menatap layar laptopnya dengan sangat serius
"Hei, pernahkan kalian merasa bahwa kehidupan kalian tidak ada artinya?terutama saat kalian kehilangan orang yang kalian sayang, rasanya seperti... ingin mengakhiri hidup ini bersamaan dengan rasa sakit didalamnya"
"atau saat merasa kecewa dengan keadaan dan merasa sudah tidak bisa melanjutkan hidup dengan sebaik baiknya, dan muncul pikiran seperti Mungkin mati akan lebih baik"
"atau ketika hubunganmu dan orang lain merenggang, dan kau sibuk membandingkan hidupmu yang kau rasa suram dengan kehidupan orang lain, dan kau berpikir Bagaimana Hidupku Bisa Menjadi Sepertinya"
"Dirimu yang dilanda dilema dan depresi berkepanjangan, dan berpikir kenapa kau masih bisa hidup sampai dengan hari ini sampai sampai kau melupakan apakah Kebahagiaan itu ada dalam hidupmu?"
"Sampai kapan rasa sakit ini berakhir, sampai kapan beban dalam hati ini bertambah, sampai kapan hidupku hancur seperti ini, apa itu kebahagiaan?"
"aku yakin kalian pasti pernah berpikir demikian bukan?apa berpikir seperti itu adalah hal yang normal?atau bahkan itu adalah hal yang gila dan tidak masuk akal?"
"jawabannya adalah.... itu adalah hal normal, kalian boleh berpikir seperti itu, karena sejatinya kalian hanyalah manusia biasa yang memiliki sebuah batasan dalam hidup, apa itu semua ada hubungannya dengan Kurangnya iman pada yang maha kuasa?"
"tidak, perasaan seperti itu bisa muncul kepada siapapun, termasuk para pemuka agama sekalipun, yang membedakan hanya saja cara masing masing orang menghadapi pemikiran seperti itu."
"jika kalian memiliki sebuah masalah yang sulit kalian hadapi, biasanya akan tiga cara orang orang menghadapinya, sebenarnya ada empat, namun yang terakhir itu bisa berimbas buruk pada kehidupan."
"yang pertama, ini adalah cara yang paling logis untuk menghadapi persoalan kehidupan. Itu adalah berdoa dan meminta bantuan pada yang maha kuasa, tentu saja ini terlepas dari Kurangnya iman, karena semua orang berhak meminta bantuan pada yang maha kuasa."
"Yang kedua, Menghadapinya sendiri dan berpikir bahwa semuanya akan baik baik saja suatu hari nanti, tetapi untuk melakukan cara ini dibutuhkan kesiapan mental dan pikiran yang jernih untuk bersiap menghadapi Kemungkinan terburuk."
"Yang ketiga, untuk melakukan ini kau harus memiliki orang yang paling kau percaya, entah itu sahabat, pacar, orang tua, kerabat dekat, atau siapapun, cara yang ketiga adalah meminta bantuan pada orang di sekitar hidupmu, kau bisa meminta bantuan soal masalah kehidupan mu, contohnya meminta pendapat tentang suatu hal, tentu saja ini tidak bisa dilakukan pada satu orang saja, kau harus melakukannya pada lebih dari satu orang, setelah kau melakukannya, kau yang akan memutuskan akan mengikuti pendapat orang yang kau percaya, atau mengikuti kata hatimu."
"yang keempat?sudah kubilang ini mungkin akan berdampak buruk pada hidupmu, itu adalah..... melarikan diri dari masalahmu, tapi jika kau melakukan itu, bisa saja masalahmu menjadi lebih besar lho, jadi sebelum melakukan ini sebaiknya kau pikirkan dulu yang terbaik untukmu."
"Yahh, mungkin hanya sampai sini untuk hari ini, kita akan bertemu di lain waktu"
Enter
Seorang pemuda pun menekan tombol enter pada laptop nya, pemuda itu mulai meregangkan badannya dengan mulut yang menguap
"ahh, hari ini aku lelah sekali, ingin rasanya aku tidur disini, bahkan aku saja malas berjalan keluar" gumam pemuda itu sendirian, pemuda itu adalah rajendra yang kerap disapa Ren
"tapi mau bagaimana lagi, tanpa blog itu, aku tidak bisa mendapat uang, hufft sulitnya hidup di ibu kota"
Ren pun merapikan buku dan memasukkan laptopnya kedalam tas bersiap siap untuk meninggalkan perpustakaan
Ren pun keluar perpustakaan dan terlihat suasana koridor kampus yang ramai seperti biasanya.
"huh, ramai seperti biasanya ya" ucapnya dengan mulut yang menguap
"huh sebaiknya aku makan dulu deh, aku lapar sekali"
Ren berjalan menuju kearah kantin dan di jalannya menuju kantin ia melihat ada seorang wanita sedang membawa tumpukan buku terjatuh karena bertabrakan dengan wanita lainnya.
wanita yang bertabrakan dengannya hendak membantunya namun terlihat ada kalung yang menggantung di leher wanita itu, kalung itu adalah kalung salib.
"eh, maaf aku tidak sengaja menabrakmu" ucap wanita berkalung salib itu
"apa apaan kau, pergi jauh jauh dariku, aku bisa sendiri, dasar kafir!" ucap wanita yang hendak ditolong
mendengar itu wanita berkalung salib itu langsung tertegun kaget
"ohh i-iya... baiklah, sekali lagi aku minta maaf" ucap wanita itu dengan wajah terlihat kecewa, dan wanita itupun pergi
Ren mendekati wanita itu dan membantunya mengambil buku yang terjatuh
"ah, terima kasih" ucap wanita itu dengan sedikit senyuman
saat wanita itu hendak pergi tiba tiba Ren bertanya sebuah pertanyaan aneh padanya
"apa menurutmu orang kafir itu... kotor?" tanyanya tiba tiba
"eh?ma-maaf aku tidak mengerti" ucap wanita itu
"maksudku, apa orang kafir itu seperti najis yang harus dijauhkan dan dibenci?" tanya ren padanya dengan wajah serius
"a-ahh y-yaa itu..." ucap wanita itu terbata bata karena gugup
"ya aku juga tidak terlalu mengerti tentang agama.."
"tapi, bukankah tidak dilarang untuk berbuat adil dan berteman dengan orang non muslim?"
"bahkan di al quran pun menegaskan bahwa kita harus berbuat baik dan adil pada mereka" ucap ren santai
"mungkin aku hanya keliru, tapi menurutku, kau bisa menolak bantuannya dengan baik dan sopan dibanding meneriakinya kafir"
"bukan maksudku untuk berceramah padamu atau semacamnya, tapi aku hanya mengutarakan pendapat soal perilaku mu yang berlebihan"
"karena menurutku, orang baik tidak hanya terlahir di satu kepercayaan saja"
"aku yakin bahwa pada dasarnya, agama apapun itu, entah itu islam, kristen, hindu, buddha, atau kepercayaan yang lainnya."
"semuanya, itu mengajarkan untuk menjadi orang yang baik."
"dan menurutku juga, baik atau tidaknya seseorang itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepercayaan seseorang."
"karena kebaikan atau kejahatan yang sebenarnya itu..."
"muncul dari hati seseorang, bukan dari kepercayaan yang dianut seseorang" ucap ren dengan mata serius menatap wanita itu
Deg
Wanita itu merasa tertegun setelah mendengar perkataan Ren
"ah, sekali lagi aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk menggurui atau apapun" ucap ren pada wanita itu
terlihat wanita itu tersenyum kecil diwajahnya
"tidak apa apa, setelah mendengarmu barusan, setidaknya pikiranku menjadi sedikit terbuka, mungkin memang aku yang berlebihan, lagipula jujur aku sendiri belum terlalu memahami agama, aku hanya bersikap superior, itu saja, aku minta maaf" ucap lembut wanita itu dengan senyuman kearah ren
"bukan padaku seharusnya kau meminta maaf, kau tau pada siapa, aku pergi dulu" ucap ren dengan sedikit senyuman diwajahnya dan ia pun pergi meninggalkan wanita itu
"ahh, laparrrr" ren pun duduk dibangku kantin dan langsung memesan mie ayam, ia melihat bahwa dua wanita yang tadi ia temui sudah saling memaafkan dan ren pun tersenyum dari kejauhan.
"huhh, manusia... " gumam ren sendirian