"Jika kau sangat ingin mengetahuinya, maka akan ku ceritakan"
Ren mengambil cemilan toples dan duduk di sofa dengan santai
"Ayuni indira, dia adalah orang paling baik, ceria, pintar dan paling polos yang pernah kutemui, aku dan dia selalu duduk bersama ketika dikelas selama tiga tahun" Naomi pun memulai ceritanya pada Ren
"tapi, ada suatu kejadian dimana hidupnya menjadi berantakan"
"itu berawal saat kelas dua, ada seorang wanita kaya raya pindah ke sekolahku, Ruri namanya"
"dan suatu saat, tempat pensil Ruri terlihat rusak dan tidak bisa dipakai lagi, Ayuni dengan sifat baik pada sesamanya, ia membuatkan sebuah tempat pensil dari stik kayu untuk Ruri"
"Dia memberinya pada Ruri, namun Ruri merasa direndahkan karena diberi tempat pensil karya barang bekas, dia pikir Ayuni mengejeknya dan mengira Ruri tidak mampu beli tempat pensil lagi"
"dan akhirnya, Ruri menghancurkan tempat pensil buatan Ayuni didepan matanya, dan membuangnya ke tempat sampah"
"pada saat itu aku benar benar sangat ingin menendang Ruri hingga menangis karena ia sudah menyakiti perasaan Ayuni"
"namun Ayuni menyuruhku untuk memaafkannya dengan senyuman air mata diwajahnya"
"mulai saat itu, banyak orang yang menggangu dan membully Ayuni, dan aku juga tidak bisa berbuat apa apa"
"itulah mengapa aku sangat benci pembullyan"
"saat aku memberi saran padanya untuk pindah sekolah, dia hanya menjawab Tidak apa apa, kalau hanya seperti ini, aku bisa menahannya hehe"
"katanya begitu dengan senyuman diwajahnya"
"disaat itu aku merasa aku ini adalah teman yang tidak berguna, namun disisi lain aku juga takut"
"dan makin lama, perundungan itu semakin menjadi jadi, dan Ruri mulai membayar para anak lelaki untuk mengganggunya"
"sampai diapun terkena pelecehan seksual oleh lelaki yang dibayar Ruri itu"
"Ayuni hanya bisa tersenyum dan bertingkah sok kuat, namun aku sangat yakin, di hatinya dia sangat lelah"
"dan ada suatu saat dimana baju olahraga milik Ayuni dirobek oleh orang suruhan Ruri, dan tasnya disiram air hingga segala isinya itu basah dan sobek"
"disitu aku sangat kesal dan memukul orang suruhan ruri sampai orang itu mimisan"
"dan saat aku hendak dipukul, Ayuni melindungiku dan membuatnya terkena pukulan"
"terima kasih sudah mencoba menolongku, Naomi"
"katanya begitu dengan senyum air mata sedihnya lagi"
"aku sudah melapor pada guru, namun tidak ada satupun guru yang mau membantu, semua karena Ruri, dia menyuap para guru dengan uang"
"dan karena itulah mengapa, aku sangat ingin menjadi guru, guru yang selalu menolong murid yang kesulitan."
"dan kita pun naik ke kelas tiga"
"saat awal masuk kelas tiga, Ayuni sama sekali tidak tersenyum dan tidak ceria seperti biasanya, dia hanya murung dan berdiam diri melihat kearah jendela"
"bahkan aku tidak bisa lagi akrab dengannya seperti dahulu"
"dan perundungan padanya terus berlanjut dan semakin parah di kelas tiga, dan ini adalah pertama kalinya, aku melihat....."
"dia menangis keras dan memohon ampun"
"Apa lagi yang kalian inginkan dariku?! apa yang kulakukan pada kalian hingga aku diperlakukan seperti ini?! apa?! ke-kenapa aku tidak bisa hidup normal lagi?!, hei jawab aku!"
"kata katanya sangat mengiris hatiku pada saat itu"
"dan akhirnya Ayuni dipanggil ke ruang guru"
"aku mengikutinya dan terlihat Ayuni meninggalkan ruang guru dengan lemas dan lesu ditambah raut muka sangat menyedihkan"
"dia menepuk pundak ku dan berkata padaku Maaf Naomi, aku tidak bermaksud membuatmu jijik dan ketakutan, aku hanya.... aku hanya....."
"aku hanya bingung kenapa diriku diperlakukan seperti ini.."
"katanya seperti itu dan menatap wajahku dengan senyuman air mata itu lagi" Naomi yang menceritakan cerita itu sepertinya mulai terbawa suasana dan mulai meneteskan air mata
"kak... jika kau mau, kau bisa berhenti menceritakannya padaku" ucap ren santai
"tidak tidak, aku hanya sedikit terbawa suasana"
"maaf kak" ucap ren
"saat itu pun Ayuni di skorsing tanpa alasan yang jelas, dan aku menghampiri Ruri dan bertanya kenapa dia menggangu Ayuni sampai seperti itu"
"dan dia hanya menjawab Untuk bersenang senang, mendengar itu aku sangat kesal dan hendak memukul hidungnya hingga mengeluarkan darah"
"tapi aku terlalu takut"
"dan seminggu pun terlewat, masa skorsing Ayuni sudah terlewat, namun ada yang aneh dengannya, dia tampak ketakutan untuk masuk kelas"
"dan saat dikelas pun, dia hanya diam tanpa mengeluarkan suara apapun,bahkan saat diabsen dia hanya mengangkat tangannya"
"dan hari itu..... adalah hari dimana aku mengajaknya kerumah"
"awalnya dia tidak mau sampai akhirnya diapun luluh dan mau"
"apa kau tau kenapa aku membawanya kerumah?"
"itu karena aku tidak sengaja melihat diary miliknya dan disitu bertuliskan Selasa, Tanggal 29, Jadwal bunuh diri disekolah"
"Itu sangat membuatku terkejut bukan main dan tidak bisa berkata kata, itulah mengapa aku memaksanya untuk datang kerumah"
"dan aku sangat terkejut, saat ia datang kerumah, saat ia membantu ibu membuat makan malam, ia tersenyum sama seperti awal aku mengenalnya"
"aku berpikir bahwa dia sudah melupakan rencananya, karena tawa dan senyumnya telah kembali"
"namun..... sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya, bahkan keluarganya tidak tau dimana keberadaanya"
"dan setelah melihat foto itu, ada sisi diriku yang sangat senang melihatnya karena ia bisa tersenyum lagi"
"ren... darimana kau dapat foto itu?" tanya Naomi
"Adiknya"
"ohh, begitu"
"kalau begitu, terima kasih atas ceritanya kak, jujur saja, walau aku tidak mengenal orang itu, aku benar benar muak dengan sosok bernama Ruri itu" ucap ren yang berdiri dari sofa dengan wajah serius
"maafkan aku mungkin karena aku kau menjadi sedikit emosional kak" ucap ren santai
"aku ke kamar dulu" Ren pun pergi ke kamarnya menyisakan Naomi di ruang keluarganya
"(Ayuni, aku sangat senang setelah mengetahui kabarmu sekarang, aku harap.... kita bisa bertemu lagi)" gumam Naomi dalam pikirnya
Bersambung....